- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Beberapa terobosan yang mungkin dapat mengobati buta warna


TS
reif
Beberapa terobosan yang mungkin dapat mengobati buta warna
wel, berawal saat ponakan ane mewek waktu ketahuan positip mengidap buta warna,
ponakan ane ini ngotot banget minta disembuhin en gak percaya kalo buta warna gak bisa disembuhin
malah ponakan ane ini bilang, semua penyakit ada obatnya
ngotot banget nih anak, belum tau apa kalo buta warna itu kelainan genetik bukan penyakit (bener gak nih)

karena penasaran dan sedikit terprovokasi sama ponakan ane, akhirnya ane cari-cari infonya di google
langsung aja, nih hasil pencarian ane
kalo dirasa bermanfaat minta

ato minimal

Beberapa terobosan yang mungkin dapat mengobati buta warna :
1. transplatasi mata
kedengaranya berlebihan transplatasi mata cuma buat obati buta warna
selepas dari persoalan diatas, transplatasi mata bukan cuma megatasi buta warna, orang buta beneran juga bakal bisa liat lagi, dengan catatan mata yang dipake buat transplatasi adalah mata sehat & tidak buta warna, jangan mata katarak, apalagi mata kambing

2. memakai kacamata Oxy-Iso

Meskipun nih kacamata belum sempurna dan cuma bisa dipakai untuk tes buta warna, tidak menutup kemungkinan dimasa depan nih barang bakal bisa dipake buat sehari-hari, ato bahkan tersedia juga dalam bentuk lensa kontak
nih kacamata sudah banyak yang jual diinternet, kalo agan berminat bisa cari di google ato ebay, tapi awas barang tiruan
TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini kacamata diciptakan untuk mengatasi gangguan mata minus, plus, atau silinder. Namun, bagaimana dengan para penderita buta warna? Penemuan Dr Mark Changizi tampaknya bakal memberikan harapan baru bagi mereka.
Baru-baru ini, ilmuwan asal Amerika Serikat itu secara tidak sengaja berhasil menciptakan kacamata khusus untuk orang-orang yang tidak bisa membedakan warna itu. Awalnya, Changizi tengah mengembangkan kacamata dengan teknik Oxy-Iso untuk membantu petugas medis menemukan pembuluh darah. Dalam pengujiannya, kacamata ini bisa membantu membedakan warna merah dan hijau.
Menurut Changizi, cara kerja lensa kacamata ini adalah dengan menyaring cahaya penggangu, yang membuat seseorang tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Ia menilai, teknologi Oxy-Iso ini bisa membantu otak manusia membedakan warna. "Teknologi Oxy-Iso berkonsentrasi meningkatkan sensitivitas letak warna merah-hijau, warna yang banyak diderita pengidap buta warna," ujarnya.
Dr Daniel Bor, penguji kacamata dari University of Sussex, mengatakan, dengan mengenakan kacamata khusus itu, para penderita buta warna bisa lulus tes buta warna. Mereka juga diperkirakan dapat melewati tes warna Ishihara, yakni tes yang mengharuskan seseorang membaca angka dari bulatan-bulatan warna-warni.
Bor, yang juga buta warna, mengaku, ketika mengenakan kacamata itu, dia mampu membedakan dengan jelas warna hijau dan merah. Padahal, biasanya dia selalu kebingungan bila dalam seminar ditampilkan grafik presentasi yang menggunakan kedua warna tersebut. "Saya amat senang, apalagi jika istri atau anak saya memakai gaun berwarna. Kini saya bisa melihat warnanya," ujarnya.
Namun demikian, Bor mengatakan, kacamata dengan lensa biru keungu-unguan itu belum sempurna. Ketika digunakan untuk melihat warna kuning dan biru, kedua warna itu menjadi bisa. "Padahal, saat tak memakai kacamata ini, warna kuning tak ada masalah," kata Bor
Sumber
3. terapi gen
peneliti University of Washington berhasil nyembuhin 2 monyet bajing jantan dewasa.
perlu agan tau kalo semua monyet bajing jantan buta warna sejak lahir.
efek jangka panjangnya masih diteliti.
dan sangat berpotensi untuk dapat menyembuhkan manusia dewasa
apalagi manusia sama monyet punya banyak kesamaan tampang & DNA

TEMPO Interaktif, Seattle - Dalton menatap layar komputer penuh bintik biru kelabu dengan penuh semangat. Ketika layar menampilkan kumpulan bintik berwarna merah di antara bintik kelabu, dengan cepat Dalton membenturkan wajahnya ke bintik berwarna cerah itu. Segera setelah menunjuk kelompok warna itu, Dalton merunduk untuk menyedot jus jeruk, hadiah untuk ketepatannya menunjuk warna.
Sepintas kita akan mengira hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. Namun, bagi Dalton, monyet bajing (Saimiri sciureus) yang terlahir buta warna, dapat membedakan warna merah dan hijau dari warna lainnya adalah sebuah mukjizat.
Pengalaman baru itu dapat dinikmati Dalton berkat terapi gen yang diberikan sejumlah ilmuwan Amerika Serikat. Mereka memakai terapi gen untuk memberi penglihatan full color pada dua monyet bajing, yang sejak lahir tak bisa membedakan antara warna merah dan hijau. Suatu hari kelak, teknik ini dapat digunakan pada orang buta warna atau masalah penglihatan lain.
Sebelum diterapi, Dalton dan Sam, monyet bajing lainnya, hanya dapat melihat biru dan kuning. Buta warna merah dan hijau itu tak hanya dialami kedua monyet asal Amerika Selatan dan Tengah, melainkan seluruh monyet bajing jantan. Mereka tak memiliki satu reseptor pada mata yang membuat mereka bisa melihat merah dan hijau. Sebaliknya, monyet bajing betina memiliki reseptor tersebut dan dapat melihat seluruh spektrum warna.
Para peneliti University of Washington, Amerika Serikat, menggunakan Dalton dan Sam untuk menguji teknik terapi gen yang dikembangkan untuk memprogram ulang sejumlah reseptor warna pada mata monyet jantan. Riset ini sempat diremehkan para ilmuwan lain, yang skeptis terhadap pendekatan tersebut, kata Jay Neitz, seorang dosen ophthalmology di University of Washington, Amerika Serikat.
"Saya bertanya kepada semua rekan sesama neuroscientist, 'Jika saya melakukan hal ini pada seekor monyet dewasa, apakah hal tersebut dapat membuat mereka bisa melihat warna?'" kata Neitz. "Semua menyatakan, 'Tidak mungkin bisa.'"
Para ilmuwan skeptis itu memberi tahu Neitz bahwa sekalipun reseptor baru itu bekerja sebagaimana mestinya, mata baru monyet tersebut tampaknya tak mungkin bisa berkomunikasi dengan otak lama. Dengan alasan itu, tak ada jalur untuk membawa informasi merah dan hijau ke otak atau sirkuit mana pun untuk memprosesnya.
Meski semua koleganya memberi pandangan negatif, Neitz dan timnya tetap berkukuh mencoba melanjutkan eksperimen tersebut. Mereka menyuntikkan virus tak berbahaya yang mengirimkan gen terapeutik pada retina ke mata dua monyet bajing. Gen terapeutik, yang diperkenalkan kepada sel pencitra cahaya di belakang mata monyet jantan itu, mengandung kode DNA yang diperlukan sel reseptor agar bisa membedakan warna merah dan hijau.
Dalton, yang namanya diambil dari John Dalton, ilmuwan Inggris yang pertama kali mendeskripsikan buta warna, mendapat giliran pertama. Monyet bajing jantan itu disodori layar komputer yang menampilkan deretan bulatan berwarna kelabu dengan beberapa bulatan merah atau hijau di antaranya. Jika dapat menunjuk bulatan berwarna dengan benar, Dalton berhak atas hadiah seteguk jus jeruk.
Buat Dalton, yang buta warna sejak lahir, sulit baginya untuk membedakan bintik merah atau hijau itu dengan bintik kelabu lainnya. Semua bintik itu terlihat sama di matanya, berwarna abu-abu.
Selama beberapa bulan pertama, tak ada perubahan yang terlihat. Setiap hari, Dalton mencoba dan gagal. Ketika waktu berlalu tanpa perubahan, Neitz mulai cemas. Namun, dia tak terlalu kaget dengan perkembangan risetnya. Eksperimen sebelumnya menunjukkan bahwa proses terapi gen butuh waktu sekitar lima bulan untuk memprogram ulang jumlah minimum sel reseptor yang diperlukan.
Tepat setelah lima bulan berlalu, Dalton mulai menunjuk target yang tepat setiap kali diperlihatkan gambar bintik-bintik warna merah dan hijau yang dikelilingi bintik abu-abu. "Awalnya kami berkata, 'Mungkin dia cuma sukses menebaknya hari ini,'" kata Neitz. "Tapi, setelah beberapa hari, jelaslah bahwa dia tidak menebak-nebak. Itu yang membuat kami terkejut."
Khasiat terapi gen itu kian kukuh dengan keberhasilan Sam, monyet bajing lainnya, menunjuk bintik warna yang benar. Neitz menyatakan kedua monyet itu tampaknya lebih bersemangat dibanding sebelumnya. "Mereka seperti seorang anak yang baru masuk, dan tak ingin memberi jawaban yang salah dalam sebuah tes," ujarnya. "Kini mereka amat gembira menjadi pelajar bernilai A."
Tes menunjukkan bahwa terapi gen itu sukses. Kedua monyet jantan itu kini memiliki pigmen cahaya yang dibutuhkan untuk melihat semua jenis warna dan tak pernah salah lagi dalam tes bintik. Meski terapi dilakukan dua tahun lalu, penglihatan Sam dan Dalton tetap stabil hingga saat ini.
Keberhasilan Dalton dan Sam membantah semua keraguan yang sempat diutarakan para kolega Neitz. Kini para ilmuwan yang mempelajari penglihatan warna menyebut kisah kedua monyet jantan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature itu amat mengejutkan dan menggugah rasa ingin tahu.
Gerald Jacobs, seorang profesor riset di University of California, Santa Barbara, menyatakan formula Neitz sangat luar biasa karena teknik itu bekerja dengan sempurna pada seekor binatang dewasa. Riset sebelumnya memperlihatkan bahwa otak kehilangan sebagian besar kemampuannya untuk menyerap informasi visual jenis baru selepas masa kanak-kanak.
Namun, Jacobs menambahkan bahwa otak monyet buta warna itu tampaknya siap menerima masukan baru tentang warna. Dia menyatakan ini mungkin lantaran primata, termasuk manusia, sudah mempunyai sebuah jalur dari retina yang dirancang untuk mengekstrak informasi warna.
Robert Shapley, ilmuwan di Center for Neural Science, New York University, menyatakan hal yang paling memukau adalah kecepatan otak monyet merespons begitu sel reseptor yang diprogram ulang mulai aktif. "Hampir tak ada penundaan," ujarnya. "Ini benar-benar sangat luar biasa."
Meski studi lebih lanjut diperlukan, para ilmuwan yakin hasil eksperimen ini merupakan pertanda baik bagi orang yang menderita buta warna. "Tak ada alasan untuk berpikir bahwa monyet dan manusia sangat berbeda dalam cara menginterpretasi sinyal warna dari mata mereka," kata Shapley.
Para ilmuwan bahkan menyatakan terapi gen semacam ini suatu saat kelak bisa digunakan untuk mengobati beragam masalah penglihatan, bukan hanya buta warna.
Tim Neitz akan terus memantau binatang itu untuk mengevaluasi efek jangka panjang pengobatan tersebut. Mereka berharap terapi serupa dapat membantu orang yang buta warna. "Ini menyediakan pandangan positif bagi potensi terapi gen untuk menyembuhkan orang dewasa yang mengalami kelainan itu," kata Neitz.
Sumber
itulah terobosan yang mungkin dapat membantu para penderita buta warna.
meskipun tidak sekarang, tapi dimasa depan mungkin bisa dipakai
ato bakal muncul inovasi-inovasi lainya
kalo berkenan minta

ponakan ane ini ngotot banget minta disembuhin en gak percaya kalo buta warna gak bisa disembuhin
malah ponakan ane ini bilang, semua penyakit ada obatnya
ngotot banget nih anak, belum tau apa kalo buta warna itu kelainan genetik bukan penyakit (bener gak nih)

karena penasaran dan sedikit terprovokasi sama ponakan ane, akhirnya ane cari-cari infonya di google
langsung aja, nih hasil pencarian ane
Spoiler for sebelumnya:
kalo dirasa bermanfaat minta

ato minimal

Beberapa terobosan yang mungkin dapat mengobati buta warna :
1. transplatasi mata
Spoiler for sopiler:
kedengaranya berlebihan transplatasi mata cuma buat obati buta warna
selepas dari persoalan diatas, transplatasi mata bukan cuma megatasi buta warna, orang buta beneran juga bakal bisa liat lagi, dengan catatan mata yang dipake buat transplatasi adalah mata sehat & tidak buta warna, jangan mata katarak, apalagi mata kambing

2. memakai kacamata Oxy-Iso
Spoiler for sopiler:

Meskipun nih kacamata belum sempurna dan cuma bisa dipakai untuk tes buta warna, tidak menutup kemungkinan dimasa depan nih barang bakal bisa dipake buat sehari-hari, ato bahkan tersedia juga dalam bentuk lensa kontak
nih kacamata sudah banyak yang jual diinternet, kalo agan berminat bisa cari di google ato ebay, tapi awas barang tiruan
Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini kacamata diciptakan untuk mengatasi gangguan mata minus, plus, atau silinder. Namun, bagaimana dengan para penderita buta warna? Penemuan Dr Mark Changizi tampaknya bakal memberikan harapan baru bagi mereka.
Baru-baru ini, ilmuwan asal Amerika Serikat itu secara tidak sengaja berhasil menciptakan kacamata khusus untuk orang-orang yang tidak bisa membedakan warna itu. Awalnya, Changizi tengah mengembangkan kacamata dengan teknik Oxy-Iso untuk membantu petugas medis menemukan pembuluh darah. Dalam pengujiannya, kacamata ini bisa membantu membedakan warna merah dan hijau.
Menurut Changizi, cara kerja lensa kacamata ini adalah dengan menyaring cahaya penggangu, yang membuat seseorang tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Ia menilai, teknologi Oxy-Iso ini bisa membantu otak manusia membedakan warna. "Teknologi Oxy-Iso berkonsentrasi meningkatkan sensitivitas letak warna merah-hijau, warna yang banyak diderita pengidap buta warna," ujarnya.
Dr Daniel Bor, penguji kacamata dari University of Sussex, mengatakan, dengan mengenakan kacamata khusus itu, para penderita buta warna bisa lulus tes buta warna. Mereka juga diperkirakan dapat melewati tes warna Ishihara, yakni tes yang mengharuskan seseorang membaca angka dari bulatan-bulatan warna-warni.
Bor, yang juga buta warna, mengaku, ketika mengenakan kacamata itu, dia mampu membedakan dengan jelas warna hijau dan merah. Padahal, biasanya dia selalu kebingungan bila dalam seminar ditampilkan grafik presentasi yang menggunakan kedua warna tersebut. "Saya amat senang, apalagi jika istri atau anak saya memakai gaun berwarna. Kini saya bisa melihat warnanya," ujarnya.
Namun demikian, Bor mengatakan, kacamata dengan lensa biru keungu-unguan itu belum sempurna. Ketika digunakan untuk melihat warna kuning dan biru, kedua warna itu menjadi bisa. "Padahal, saat tak memakai kacamata ini, warna kuning tak ada masalah," kata Bor
Sumber
3. terapi gen
Spoiler for sopiler:
peneliti University of Washington berhasil nyembuhin 2 monyet bajing jantan dewasa.
perlu agan tau kalo semua monyet bajing jantan buta warna sejak lahir.
efek jangka panjangnya masih diteliti.
dan sangat berpotensi untuk dapat menyembuhkan manusia dewasa
apalagi manusia sama monyet punya banyak kesamaan tampang & DNA

Quote:
TEMPO Interaktif, Seattle - Dalton menatap layar komputer penuh bintik biru kelabu dengan penuh semangat. Ketika layar menampilkan kumpulan bintik berwarna merah di antara bintik kelabu, dengan cepat Dalton membenturkan wajahnya ke bintik berwarna cerah itu. Segera setelah menunjuk kelompok warna itu, Dalton merunduk untuk menyedot jus jeruk, hadiah untuk ketepatannya menunjuk warna.
Sepintas kita akan mengira hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. Namun, bagi Dalton, monyet bajing (Saimiri sciureus) yang terlahir buta warna, dapat membedakan warna merah dan hijau dari warna lainnya adalah sebuah mukjizat.
Pengalaman baru itu dapat dinikmati Dalton berkat terapi gen yang diberikan sejumlah ilmuwan Amerika Serikat. Mereka memakai terapi gen untuk memberi penglihatan full color pada dua monyet bajing, yang sejak lahir tak bisa membedakan antara warna merah dan hijau. Suatu hari kelak, teknik ini dapat digunakan pada orang buta warna atau masalah penglihatan lain.
Sebelum diterapi, Dalton dan Sam, monyet bajing lainnya, hanya dapat melihat biru dan kuning. Buta warna merah dan hijau itu tak hanya dialami kedua monyet asal Amerika Selatan dan Tengah, melainkan seluruh monyet bajing jantan. Mereka tak memiliki satu reseptor pada mata yang membuat mereka bisa melihat merah dan hijau. Sebaliknya, monyet bajing betina memiliki reseptor tersebut dan dapat melihat seluruh spektrum warna.
Para peneliti University of Washington, Amerika Serikat, menggunakan Dalton dan Sam untuk menguji teknik terapi gen yang dikembangkan untuk memprogram ulang sejumlah reseptor warna pada mata monyet jantan. Riset ini sempat diremehkan para ilmuwan lain, yang skeptis terhadap pendekatan tersebut, kata Jay Neitz, seorang dosen ophthalmology di University of Washington, Amerika Serikat.
"Saya bertanya kepada semua rekan sesama neuroscientist, 'Jika saya melakukan hal ini pada seekor monyet dewasa, apakah hal tersebut dapat membuat mereka bisa melihat warna?'" kata Neitz. "Semua menyatakan, 'Tidak mungkin bisa.'"
Para ilmuwan skeptis itu memberi tahu Neitz bahwa sekalipun reseptor baru itu bekerja sebagaimana mestinya, mata baru monyet tersebut tampaknya tak mungkin bisa berkomunikasi dengan otak lama. Dengan alasan itu, tak ada jalur untuk membawa informasi merah dan hijau ke otak atau sirkuit mana pun untuk memprosesnya.
Meski semua koleganya memberi pandangan negatif, Neitz dan timnya tetap berkukuh mencoba melanjutkan eksperimen tersebut. Mereka menyuntikkan virus tak berbahaya yang mengirimkan gen terapeutik pada retina ke mata dua monyet bajing. Gen terapeutik, yang diperkenalkan kepada sel pencitra cahaya di belakang mata monyet jantan itu, mengandung kode DNA yang diperlukan sel reseptor agar bisa membedakan warna merah dan hijau.
Dalton, yang namanya diambil dari John Dalton, ilmuwan Inggris yang pertama kali mendeskripsikan buta warna, mendapat giliran pertama. Monyet bajing jantan itu disodori layar komputer yang menampilkan deretan bulatan berwarna kelabu dengan beberapa bulatan merah atau hijau di antaranya. Jika dapat menunjuk bulatan berwarna dengan benar, Dalton berhak atas hadiah seteguk jus jeruk.
Buat Dalton, yang buta warna sejak lahir, sulit baginya untuk membedakan bintik merah atau hijau itu dengan bintik kelabu lainnya. Semua bintik itu terlihat sama di matanya, berwarna abu-abu.
Selama beberapa bulan pertama, tak ada perubahan yang terlihat. Setiap hari, Dalton mencoba dan gagal. Ketika waktu berlalu tanpa perubahan, Neitz mulai cemas. Namun, dia tak terlalu kaget dengan perkembangan risetnya. Eksperimen sebelumnya menunjukkan bahwa proses terapi gen butuh waktu sekitar lima bulan untuk memprogram ulang jumlah minimum sel reseptor yang diperlukan.
Tepat setelah lima bulan berlalu, Dalton mulai menunjuk target yang tepat setiap kali diperlihatkan gambar bintik-bintik warna merah dan hijau yang dikelilingi bintik abu-abu. "Awalnya kami berkata, 'Mungkin dia cuma sukses menebaknya hari ini,'" kata Neitz. "Tapi, setelah beberapa hari, jelaslah bahwa dia tidak menebak-nebak. Itu yang membuat kami terkejut."
Khasiat terapi gen itu kian kukuh dengan keberhasilan Sam, monyet bajing lainnya, menunjuk bintik warna yang benar. Neitz menyatakan kedua monyet itu tampaknya lebih bersemangat dibanding sebelumnya. "Mereka seperti seorang anak yang baru masuk, dan tak ingin memberi jawaban yang salah dalam sebuah tes," ujarnya. "Kini mereka amat gembira menjadi pelajar bernilai A."
Tes menunjukkan bahwa terapi gen itu sukses. Kedua monyet jantan itu kini memiliki pigmen cahaya yang dibutuhkan untuk melihat semua jenis warna dan tak pernah salah lagi dalam tes bintik. Meski terapi dilakukan dua tahun lalu, penglihatan Sam dan Dalton tetap stabil hingga saat ini.
Keberhasilan Dalton dan Sam membantah semua keraguan yang sempat diutarakan para kolega Neitz. Kini para ilmuwan yang mempelajari penglihatan warna menyebut kisah kedua monyet jantan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature itu amat mengejutkan dan menggugah rasa ingin tahu.
Gerald Jacobs, seorang profesor riset di University of California, Santa Barbara, menyatakan formula Neitz sangat luar biasa karena teknik itu bekerja dengan sempurna pada seekor binatang dewasa. Riset sebelumnya memperlihatkan bahwa otak kehilangan sebagian besar kemampuannya untuk menyerap informasi visual jenis baru selepas masa kanak-kanak.
Namun, Jacobs menambahkan bahwa otak monyet buta warna itu tampaknya siap menerima masukan baru tentang warna. Dia menyatakan ini mungkin lantaran primata, termasuk manusia, sudah mempunyai sebuah jalur dari retina yang dirancang untuk mengekstrak informasi warna.
Robert Shapley, ilmuwan di Center for Neural Science, New York University, menyatakan hal yang paling memukau adalah kecepatan otak monyet merespons begitu sel reseptor yang diprogram ulang mulai aktif. "Hampir tak ada penundaan," ujarnya. "Ini benar-benar sangat luar biasa."
Meski studi lebih lanjut diperlukan, para ilmuwan yakin hasil eksperimen ini merupakan pertanda baik bagi orang yang menderita buta warna. "Tak ada alasan untuk berpikir bahwa monyet dan manusia sangat berbeda dalam cara menginterpretasi sinyal warna dari mata mereka," kata Shapley.
Para ilmuwan bahkan menyatakan terapi gen semacam ini suatu saat kelak bisa digunakan untuk mengobati beragam masalah penglihatan, bukan hanya buta warna.
Tim Neitz akan terus memantau binatang itu untuk mengevaluasi efek jangka panjang pengobatan tersebut. Mereka berharap terapi serupa dapat membantu orang yang buta warna. "Ini menyediakan pandangan positif bagi potensi terapi gen untuk menyembuhkan orang dewasa yang mengalami kelainan itu," kata Neitz.
Sumber
itulah terobosan yang mungkin dapat membantu para penderita buta warna.
meskipun tidak sekarang, tapi dimasa depan mungkin bisa dipakai
ato bakal muncul inovasi-inovasi lainya
kalo berkenan minta

Diubah oleh reif 08-10-2013 20:12
0
2.8K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan