Hei Media Massa, Indonesia Bukanlah Sebatas Jakarta
TS
Ikki30
Hei Media Massa, Indonesia Bukanlah Sebatas Jakarta
Media massa atau Stasiun TV, melalui merekalah kita mendapat informasi. Mendekati pemilu 2014 dan juga pemilu daerah di seantero negeri turut andil meningkatkan keuntungan media massa. Entah itu lewat iklan para calon hingga pencitraan lewat liputan khusus pemilu sampai Quickcount.
Dari hal itu bisa kita petik satu kata, yaitu kompetisi.
Kenapa saya seperti memprioritas atau menomor satukan media? Karena kita akui pasti toh informasi memang sebagian besar kita dapat dari mereka. Sebuah kebenaran yang tak terbantah bukan?
Nah, oleh karena, bayangkan jika media bisa menimbulkan kompetisi positif. Akan lebih cepat Indonesia maju, aman, adil, makmur, sejahtera.
Misalnya saja media juga meliput tindakan kebijakan positif Gubernur dari Aceh hingga Merauke. Tak hanya gubernur di satu daerah saja yang di liput saban hari (ini bisa memunculkan kecurigaan publik, misalnya ada deal gubernur itu dengan media ini).
Saya yakin pasti ada kebijakan gubernur lain yang bagus di daerahnya entah membangun jalan, menyambangi masyarakat dalam acara kebudayaan, kunjungan daerah, acara-acara ajang kirap atau kebijakan-kebijakan gubernur di daerah masing-masing dalam hal ekonomi, pertanian, kelautan. Misal seperti keberhasilan Walikota Surabaya Rismaharini, kita juga tahu pasti akan kemajuan kota Surabaya di masa kepemimpinannya, tapi lihat, hanya sebagian kecil yang diliput media.
Saya melihat jika Media Massa mau memotret sisi-sisi kebijakan tiap pemimpin daerah di seluruh Indonesia (tak hanya di Jakarta) maka minimal bisa terwujud hal-hal berikut:
Spoiler for 1. Bekerja Lebih Baik:
Kalau saja kegiatan Gubernur dari se-Nusantara di liput mereka, para pemimpin daerah akan berada pada iklim kompetisi/lomba. Seperti halnya kita kalau dalam bekerja ada rasa kompetisi kita akan terpacu bekerja lebih, pokoknya daerah saya harus lebih baik dari daerah lain.
Contoh mudah saja, hampir di setiap daerah ada rakyat miskin, buat daftar peringkat daerah mana yang paling banyak kemiskinannya. Lalu media liput kegiatan/kebijakan gubernurnya selama setahun. Dan tahun depan buat daftar peringkat lagi, mana gubernur yang berhasil mengurangi rakyat miskin di daerahnya? apakah peringkat daerahnya berubah jadi lebih baik atau malah lebih buruk?
Menyenangkan bukan setiap hari kita di suguhi tontonan mendidik, hari ini misal gubernur daerah anu berhasil meningkatkan pertanian di daerahnya. Gubernur anu berhasil membangun bandara. Gubernur anu berhasil meningkatkan pendapatan daerah. Gubernur anu blusukan di hutan menyambangi masyarakat suku pedalam memberi bantuan dan lainnya.
Dengan begitu tiap daerah akan berusaha lebih baik lagi. Indonesia akan cepat maju.
Spoiler for 2. Rasa saling memiliki atau bahasa lainnya “Indonesia, dari Sabang hingga Merauke”:
Jika media massa mau meliput kegiatan gubernur se-Nusantara, akan ada rasa memiliki di tiap rakyat Indonesia. Yang di Aceh akan tahu kegiatan saudaranya di Merauke, yang di Jakarta akan tahu kegiatan anak bangsa membangun negeri di ujung Indonesia. Yang di Kalimantan akan tahu kegiatan di NTB dan lainnya.
Belakangan ini kan kita cuma di cekoki kegiatan seputar DKI Jakarta. Kalau terus begini seolah olah Indonesia cuma DKI Jakarta. Atau sadar tidak sadar kita mengalami kecemburuan sosial antara rakyat di DKI Jakarta dengan di luar DKI Jakarta, antara di pulau Jawa dengan luar pulau Jawa.
Kalau saja berita bagus seluruh kegiatan Gubernur di media masa seimbang (atau lebih banyak) dari porsi berita Jakarta, akan ada timbul rasa memiliki yang kuat di benak anak anak Indonesia.
Indonesia tak cuma Jakarta wahai wartawan. Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari ujung utara sampai selatan, ayolah buat liputan yang nasional.
Spoiler for 3. Kemajuan nilai ekonomi:
Selama ini yang diangkat media hanya Jakarta atau lebih sering pulau Jawa. Ya cuma segitu yang lain ada tapi kayak iklan baris di koran-koran. Baru jadi News Utama kalau terjadi konflik, bencana alam atau pimpinannya KORUPSI! Belum lagi di DKI Jakarta prestasi buruk sama banyaknya dengan yang baik. Padahal saya yakin manusia lebih kuat kecenderungannya untuk mengingat kecacatan serta keburukan ketimbang kebaikan.
Orang dari luar negeri kalau di terus disuguhi berita busuk tentang Indonesia akan tak percaya pada Indonesia, efeknya nilai tukar Rupiah menjadi turun atau tetap segitu saja. Contoh, sewaktu Amerika kemarin-kemarin mengalami gejolak, mengakibatkan Dollar jadi turun dan Rupiah menguat.
Dengan memberitakan potensi positif tiap daerah, bukan tidak mungkin bakal merangsang investor lokal maupun asing untuk berinves di daerah tersebut yang mana akan menggerakkan roda perekonomian daerah itu dan pada akhirnya Rupiah Indonesia lambat laun akan naik.
Dengan pemberitaan Media Massa yang memberikan porsi berita Ibukota lebih besar ketimbang daerah lain malah menghilangkan iklim kompetisi, bahkan mungkin membuat muak para penikmat berita.
Quote:
Yakinkan masyarakat Indonesia bahwa bukan hanya Jakarta yang sedang menuju perubahan yang mana hal itu mungkin malah membuat investor lebih tertarik untuk berinvest di Jakarta karena dilihatnya hanya Jakarta kota yang berpotensial secara ekonomi dan lagi-lagi kegiatan ekonomi malah kembali berpusat di Ibukota, tidak tersebar merata ke kota-kota lain.
Quote:
Masih ada kebaikan di negeri ini. Membahas bobrok Ibukota bukan berarti kota lain juga ikut bobrok. Oleh karena itu, kesetaraan pemberitaan setidaknya bisa memicu harapan bangsa ini. Media massa juga bagian dari negeri ini. Berikanlah pengabdian pada negeri ini niscaya negeri ini akan besar kembali.