Seperti yang telah diberitakan bahwa buku kompilasi Kompasianer, Jokowi (Bukan) untuk Presiden Kata warga tentang DKI-1, sudah beredar 16 september lalu di TB Gramedia khusus area Jabodetabek, untuk yang di daerah segera menyusul. Kamis siang lalu (19/9), saya iseng-iseng plus rasa penasaran menuju TB Gramedia Malang di jalan Basuki Rakhmad siapa tahu buku itu sudah ada. Dan benar buku itu telah ada di bagian deretan buku baru. Tanpa pikir panjang saya ambil buku itu, untuk saya serahkan ke kasir. Rp 57.000 yang harus dikeluarkan dengan meminta ijin saya Rp 200 untuk didonasikan, saya pun mengangguk.
Lega rasanya buku itu sudah di tangan. Maklum saja saya salah satu diantara 42 Kompasianer yang ada di buku itu. Saya suka dan sepakat dengan pendapat kang Pepih (dalam pengantar buku) yang mengatakan bahwa buku ini adalah tulisan dari warga biasa bukan dari penulis buku, analis, atau jurnalis profesional. Warga biasa menurutnya –biasanya- menulis lebih jujur, sesuai hati nurani, dan mampu memandang Jokowi dalam sudut beragam dan tidak terduga.
Salut pula kepada sang editor (mas Nurulloh) yang mampu memilih dan memilah dari sekian banyak postingan Kompasianer sehingga dapat berbentuk buku seperti ini. Adalah sesuatu yang tidak mudah untuk membuat buku menjadi padu dengan 42 penulis dan 66 tulisan. Setiap penulis mempunyai gaya penulisan tersendiri sendiri dalam menyajikan beberapa hal. Walaupun para penulis mempunyai gaya yang berbeda, mampu dirangkai beberapa tulisan itu menjadi tampak menarik untuk sampai tujuan yang diinginkan : harmonisasi (meminjam kata yang diucapkan Vicky
).
Jokowi memang unik. Ia menjadi sorotan berbagai media (main stream) begitu pula media sosial. Dalam status facebook dan twitter serta postingan di blog tidak ada habis-habisnya untuk dibicarakan. Ada saja sisi-sisi yang perlu diangkat dan diberitakan baik formal/ non formal ataupun serius/ remeh-temeh. Jokowi berbeda dengan tokoh lainnya, ia menjadi sorotan publik tanpa ia sengaja memintanya. Coba bandingkan tokoh lain yang begitu bernafsu mencitrakan diri, menganggap diri sendiri “wah”. Walaupun dengan menguasi media (dengan memilikinya) terus menerus di tampilkan, namun tidak mampu mengalahkan perhatian warga sebagaimana terhadap Jokowi. Kelebihan Jokowi dibandingkan dengan tokoh lain adalah kedekatannya dengan warga, dan itu berada pada jarak yang sedekat mungkin.
Warga sekarang sudah begitu cerdas. Keterbukaan informasi yang begitu bebas mampu mengedukasi warga untuk bijak mana yang harus dicerna. Mana yang tulus dan kepura-puraan tokoh dapat diketahui dengan jelas. Dan inilah yang membuat warga dapat menentukan pandangannya sendiri. Penampilan Jokowi yang apa adanya membuat warga menilai Jokowi apa adanya pula, dan itu ditumpahkan dalam status atau postingan di media sosial. Sempat juga kita melihat format buku mirip Jokowi yang di tulis warga (blogger) tentang salah satu tokoh capres. Namun karena tidak natural dan terkesan dipaksakan maka buku itu terasa diabaikan warga dan tidak mampu mendrongkrak citra sang tokoh.
Bagi saya menjadi bagian dari buku tentang Jokowi ini membanggakan sekaligus mencemaskan. Saya senang, bangga, dan suatu kehormatan dapat bersanding dengan para penulis hebat, apalagi diterbitkan oleh penerbit ternama. Topik tulisan juga menyangkut kepada tokoh yang paling fenomenal di negeri ini : Jokowi. Mencemaskan bagi saya adalah ketakutan jika saya akan berbangga diri dan membuat terlena. Dan akibat yang paling tidak mengenakkan adalah kehilangan ide dan kreatif dalam kegiatan menulis. Semoga saja saya tidak terjangkit “penyakit” itu.
Saya rasa buku ini sudah dapat ditemui tidak saja di TB Gramedia Jabodetabek. Di ujung timur pulau Jawa (Malang) sudah begitu mudah didapatkan apalagi di bagian barat dan tengah pasti sudah tersedia. Mudah-mudahan untuk di luar pulau Jawa pun akan segera tersedia. Buku yang patut dibaca warga karena juga ditulis dari warga biasa tentang sosok yang sedang digadang-gadang menjadi pengganti SBY. Dengan membaca buku ini setidaknya dapat jadi- sedikit banyak- pertimbangan tersendiri apakah Jokowi layak maju jadi Presiden 2014 nanti.
Jokowi (Bukan) untuk Presiden. Sebenernya belum beli dan belum baca, tapi keliatannya menarik. klow liat judulnya "Jokowi (Bukan) untuk Presiden" setuju dah, Jokowi Gubernur ane bukan untuk Presiden. Kalau presiden nanti saja kalau jakarta sudah rapih. "Sedikit Egois, Jokowi untuk warga Jakarta"
cendolin gan...