TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Demi menciptakan kota humanis yang memungkinkan terjadinya interaksi yang baik antarpenduduk, gedung-gedung tinggi di Jakarta nantinya tidak boleh memiliki pagar pembatas. Pagar-pagar yang kini ada akan dirobohkan, diganti dengan taman yang bisa dimanfaatkan orang untuk bersantai ria.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menjadi pembicara dalam acara "Kanisius Education Fair" di SMA Kolese Kanisius, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2013).
Dia menjelaskan, di antara gedung-gedung tersebut nantinya akan ada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan. Konsep ini akan diterapkan di gedung-gedung yang berada di kawasan Jalan Sudirman, Thamrin, dan HR Rasuna Said (Kuningan).
"Tapi PKL-nya kita didik dan kalau ketahuan tidak menjaga kebersihan, akan kita denda dan kita usir," kata Basuki.
Karena tidak lagi memiliki pagar, kata Basuki, nantinya pengamanan di gedung harus diperketat, utamanya dengan CCTV. Selain berfungsi sebagai alat pengamanan, CCTV juga berfungsi untuk mengawasi PKL bandel yang tidak menjaga kebersihan.
Selain itu, lanjut Basuki, nantinya di tiap taman akan ada kursi-kursi tempat duduk buat dua orang. Keberadaan CCTV juga untuk mengawasi agar tidak ada yang berpacaran dengan bertindak macam-macam di tempat tersebut.
"Pengamanan diperketat, biar orang bisa santai tapi tetap aman," jelasnya
SumberJAKARTA, KOMPAS.com —Jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serius untuk menerapkan peraturan bahwa gedung-gedung di Jalan Sudirman-Thamrin harus tanpa pagar, maka harus mulai dipikirkan jaminan keamanan kepada pengelola gedung. Apalagi, Jalan Sudirman-Thamrin merupakan kawasan langganan aksi unjuk rasa.
"Demonya dalam jumlah besar lagi, apakah Pemrov DKI bisa memberikan jaminan keamanan?" kata pengamat perkotaan Nirwono Yoga saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/9/2013).
Nirwono mengungkapkan, rencana pembongkaran pagar gedung-gedung di kawasan Sudirman-Thamrin telah muncul sejak tahun 2005. Saat itu masih era pemerintahan Sutiyoso.
Saat itu, melalui program "Pedestrianisasi Jalan Thamrin", Sutiyoso mengingingkan pagar di depan jalan raya maupun pagar pembatas antargedung dibongkar. Pembongkaran pagar depan bertujuan supaya trotoar bisa dilebarkan.
"Pembongkaran pagar pembatas antargedung supaya orang bisa mengggunakan teras gedung untuk berjalan kaki agar perpindahan dari gedung satu ke gedung lain menjadi lebih mudah," jelas Nirwono.
Saat itu, lanjut Nirwono, pada dasarnya para pengelola gedung tidak keberatan. Namun, mereka menginginkan adanya jaminan keamanan. Saat itu, Sutiyoso menawarkan patroli satpol PP selama 24 jam. Namun, langkah tersebut membutuhkan biaya operasional yang besar karena membutuhkan banyak Satpol PP yang secara bergantian menjaga kawasan tersebut.
Terlebih lagi, ada tiga kedutaan besar negara asing yang ada di kawasan tersebut, yaitu Kedubes Jepang, Inggris, dan Jerman. Tentunya tidak mungkin untuk membongkar pagar pembatas tiga gedung kedubes negara lain.
"Dibongkar jelas tidak bisa tapi dimundurkan untuk pelebaran trotoar, mereka (kedubes asing) mendukung. Jadi waktu itu akhirnya pagarnya tidak dibongkar, tapi dimundurkan. Jadilah yang saat itu lebar trotoar hanya 1,5-2 meter, sekarang sudah 6 meter. Itu salah satu keberhasilan program itu," jelas Nirwono.
Lebih lanjut, kata Nirwono, dia sangat senang apabila nantinya gedung-gedung di kawasan Sudirman-Thamrin tanpa pagar. Hal itu untuk menghidupkan lantai bawah gedung-gedung yang ada di kawasan itu.
"Kalau tanpa pagar akan lebih enak. Mau makan siang bisa berjalan di teras-teras gedung. Kalau sekarang kan harus keluar gedung dulu, jalan di trotoar, baru masuk ke gedung yang lain," ujarnya.
Untuk itu, dia mengharapkan Pemprov DKI harus mulai menyusun urban design guidelines dari saat ini. Hal itu tentu saja menyangkut aspek keamanan serta bagaimana nantinya batas area antargedung jika tanpa pagar.
Wacana untuk meniadakan pagar gedung-gedung di Jalan Sudirman-Thamrin dilontarkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menjadi pembicara dalam acara Kanisius Education Fair di SMA Kolese Kanisius, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2013).
Basuki menjelaskan, tujuan peniadaan pagar untuk menciptakan kota yang humanis dan interaksi yang baik antarpenduduk. Pagar-pagar nantinya akan diganti dengan taman yang bisa untuk orang bersantai ria. Di taman itu, nantinya juga akan ada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang diperkenankan berjualan.
"Tapi PKL-nya kita didik dan kalau ketahuan tidak menjaga kebersihan, akan kita denda dan kita usir," tegasnya.
sumber