- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sekolah Internasional di Desa Pinggiran Danau Toba


TS
bengabsin
Sekolah Internasional di Desa Pinggiran Danau Toba
Sekolah Internasional di Desa Pinggiran Danau Toba
Pendidikan berkualitas yang dapat dinikmati semua kalangan ternyata masih ada di negeri tercinta ini
Sekolah Internasional identik dengan kemewahan yang tak akan sanggup dinikmati kalangan jelata
Di desa kecil pinggiran danau Toba ada sebuah sekolah yang bertaraf internasional..ya siapa sangka..dengan kesederhanaan kita masih bisa menikmati taraf internasional di sekolah ini
Spoiler for :
Soposurung Balige Sumatera Utara, berjarak lebih kurang 400 km dari kota Medan dan dapat ditempuh melalui jalanan darat selama 5-6 jam. Di Balige yang merupakan pelosok desa, jauh dari keramain dan hiruk pikuk gemerlap perkotaan dan kota metropolitan. Namun keindahan akan alam perbukitan dan indahnya pemandangan Danau Toba, membuat desa ini begitu menarik terutama bagi wisatawan, bahkan di sini telah berdiri hotel berbintang 5 dengan tarif yang cukup wah…serta fasilitas yang sangat baik.
Namun, di desa Soposurung Balige, telah berdiri sekolah bertaraf internasional, SMA dan asrama Soposurung ini terus melahirkan generasi muda penerus bangsa. Sejak berdiri tahun 1992, atas gagasan dari DR. T.B. Silalahi yang merupakan putra daerah yang dilahirkan dan dibesarkan di Balige. Untuk meningkatkan kualitas para lulusannya, maka beberapa guru didatangkan khusus dari luar negeri, seperti dari Singapura, Cina dan Australia, sehingga siswa pun dibiasakan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah.
Tidak heran jika menjadi siswa Soposurung menjadi impian banyak siswa, bahkan dari siswa Madrasah sekalipun. Tidak seperti sekolah umum lainya, keluar sekolah dan masuk asrama pun dilakukan dengan tertib. Kegiatan usai jam sekolah diisi dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti klub buku, klub film, tempat berdiskusi masalah film dan proses pembuatannya atau klub kesehatan yang dibimbing dokter dari alumni Soposurung.
Di sekolah unggulan ini disediakan asrama dan untuk masuk ke asrama ini diseleksi dengan ketat, terutam perilaku dan kebiasaannya. Pintar saja, tidak menjadi patokan agar bisa masuk ke dalam asramanya, tetapi harus juga memiliki perilaku dan tabiat yang baik. Di asrama yang diisi sekitar 250 siswa pilihan hasil seleksi ketat dari sekitar 10 ribu siswa yang berminat. Para siswa asrama Soposurung ini bergabung bersama 680 siswa di SMU Negeri 2 Soposurung, Balige.Proses belajar dan mengajar diupayakan sedemikian dan sebaik mungkin, untuk memenuhi kualitas internasional.
Jelang malam, kegiatan di asrama tak berhenti, dimana para pelajar, belajar bersama di aula untuk menambah keakraban.
Ada beberapa siswa lebih memilih belajar bersama di kamar mereka masing-masing dan tepat jam 11 malam, para siswa harus sudah tidur. Sebelum tidur, para siswa diajarkan untuk berdoa yang khusyuk dan mengucap syukur bagi sang pencipta. Walaupun mayoritas siswanya berasal dari daerah Balige dan Tapanuli Utara sekitarnya, yang merupakan beragama Kristen mayoritas, tetapi ada juga siswa yang berasal dari pulau Jawa dan beragama Islam.
Mereka semua bersatu dan bersahabat dengan baik, tanpa ada perbedaan agama dan suku. Mereka hanya memegang prinsip, belajar dan belajar untuk menggali ilmu, agar dapat di pergunakan demi keberhasilan pribadi dan bila memungkinkan, bisa berguna bagi nusa dan bangsa.
Keesokan harinya usai lelah seharian belajar, jam makan siang pun tiba. Secara tertib, para siswa memasuki ruang aula. Keletihan belajar di sekolah dan kegiatan asrama terbayar dengan menggunungnya nasi dan lauk pauk yang disantap siswa ( maklum di daerah dingin membuat perut menjadi lapar ) Jika masih lapar siswa diperbolehkan mengangkat tangan untuk meminta tambahan nasi dan lauk. Karena mayoritas siswa adalah orang dari Batak, dimana kita ketahui kalau mereka makan pasti nasi di piring berbentuk seperti gunung.
Siswa di asrama soposurung berasal dari kalangan yang beragam. Seorang siswa yang bernama Dedi Simanjuntak misalnya. Dia berasal dari keluarga petani penggarap. Tinggal di rumah adat Batak sederhana. Itu pun statusnya masih mengontrak. Namun ijin keluar asrama untuk bermalam di rumah pun tetap disambut hangat oleh Dedi dan orang tuanya. Rasa percaya diri dan prestasi cemerlang di sekolah, membuat kedua orang tuanya ikut bersemangat memenuhi kebutuhan pendidikan putranya. Harapan orang tua Dedi dijawab oleh sang anak dengan belajar giat dan membantu meringankan pekerjaan orang tua. Keinginan kuat untuk menjadi orang sukses telah terpatri kuat. Hidup berdisiplin di asrama membuat setiap waktu digunakan dengan baik. Siswa kelas 3 yang akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri pun memanfaatkan sebaik-baiknya waktu belajar mereka. Pentingnya pendidikan tampaknya sudah sangat disadari siswa dan alumni. Hal ini juga dapat disaksikan ketika melihat keseharian Theresia Aruan, seorang siswa asrama SMA Soposurung yang mendapat kesempatan untuk pulang bermalam di rumah orang tuanya di sudut desa yang tidak jauh dari kota Balige. Kegiatan pulang ini digunakan untuk membantu orang tuanya di rumah. Kebiasaan mandiri yang ditanamkan di asrama menjadi kebiasaan baik yang dilakukan di keluarga. Meski di luar asrama disiplin belajar tidak pernah ditinggalkan.
Rata-rata, 98 persen lulusan Sekolah Unggulan Soposurung pada setiap angkatan, berhasil masuk perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa maupun luar negeri dan lulus sarjana dengan nilai terbaik.
Dalam beberapa tahun berjalan, Sekolah Unggulan Soposurung itu pun menjadi cikal bakal dibentuknya SMU Taruna Nusantara yang dibiayai Depdagri dan beberapa Propinsi lainnya pun mendirikan SMU Plus, yang mengikuti Sekolah Unggulan Soposurung yang dibiayai pemerintah. “Propinsi Riau saja belakangan memiliki SMU Plus yang 100 persen dibiayai pemerintahnya tapi SMU Soposurung itu tetap dikelola swasta dan disubsidi sendiri,” ujar pak T.B. Silalahi. Belakangan, lanjut pak T.B. Silalahi, sejak tahun 2007 Mendiknas menetapkan Sekolah Unggulan Soposurung sebagai salah satu SMU berstandar internasional maka biaya semakin bertambah besar, karena harus mendatangkan guru-guru dari Jakarta bersertifikat internasional maupun langsung dari luar negeri yang gajinya jauh lebih besar dibanding guru-guru biasa. Bahkan sejak 2007 Sekolah Unggulan Soposurung telah membeli buku-buku dari Singapura dan negara-negara lain untuk buku pelajaran maupun untuk pengetahuan tambahan di perpustakaan.
Sumber Dana
Sumber dana dari pembiayaan operasional kegiatan Sekolah Unggulan ini berasal dari sumbangan serta bantuan dari beberapa pengusaha Batak nasional dan berasal dari pengusaha lainnya. Ada juga bantuan dari pihak asing, yang begitu concern akan perkembangan pendidikan di Indonesia, terutama di Tanah Batak.
Alumni
Sekolah Unggulan Soposurung Balige ini, telah menghasilkan banyak alumni yang sukses baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti Newin Hartati Manulang, salah satu alumni asrama Soposurung berhasil menjadi seorang dosen di Prancis. Di usia 31 tahun, ia meraih gelar Doktor di Paris dan Master di Sydney, Australia. Newin mengaku nilai disiplin asrama Soposurung berhasil membentuk karakternya dan membuat dia tidak patah semangat, walaupun sempat gagal dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Tetapi dengan semangat pantang menyerah yang di tempah pada saat sekolah di Sekolah Unggulan Soposurung, membuat dia dapat terus maju dan berhasil seperti sekarang.
Kemudian Joseph Sihite, yang pada saat ini sedang menyelesaikan gelar S-3 dari University of Kyoto Jepang. Dengan tempahan dasar dari Sekolah Unggulan Soposurung ini, beliau berhasil dan sukses dalam mencapai harapan dan sekolah yang tinggi.
Dan masih banyak alumni lainnya, yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar Indonesia, yang rata-rata semuanya berhasil dan sukses dalam karir dan pendidikannya.
Namun, di desa Soposurung Balige, telah berdiri sekolah bertaraf internasional, SMA dan asrama Soposurung ini terus melahirkan generasi muda penerus bangsa. Sejak berdiri tahun 1992, atas gagasan dari DR. T.B. Silalahi yang merupakan putra daerah yang dilahirkan dan dibesarkan di Balige. Untuk meningkatkan kualitas para lulusannya, maka beberapa guru didatangkan khusus dari luar negeri, seperti dari Singapura, Cina dan Australia, sehingga siswa pun dibiasakan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah.
Tidak heran jika menjadi siswa Soposurung menjadi impian banyak siswa, bahkan dari siswa Madrasah sekalipun. Tidak seperti sekolah umum lainya, keluar sekolah dan masuk asrama pun dilakukan dengan tertib. Kegiatan usai jam sekolah diisi dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti klub buku, klub film, tempat berdiskusi masalah film dan proses pembuatannya atau klub kesehatan yang dibimbing dokter dari alumni Soposurung.
Di sekolah unggulan ini disediakan asrama dan untuk masuk ke asrama ini diseleksi dengan ketat, terutam perilaku dan kebiasaannya. Pintar saja, tidak menjadi patokan agar bisa masuk ke dalam asramanya, tetapi harus juga memiliki perilaku dan tabiat yang baik. Di asrama yang diisi sekitar 250 siswa pilihan hasil seleksi ketat dari sekitar 10 ribu siswa yang berminat. Para siswa asrama Soposurung ini bergabung bersama 680 siswa di SMU Negeri 2 Soposurung, Balige.Proses belajar dan mengajar diupayakan sedemikian dan sebaik mungkin, untuk memenuhi kualitas internasional.
Jelang malam, kegiatan di asrama tak berhenti, dimana para pelajar, belajar bersama di aula untuk menambah keakraban.
Ada beberapa siswa lebih memilih belajar bersama di kamar mereka masing-masing dan tepat jam 11 malam, para siswa harus sudah tidur. Sebelum tidur, para siswa diajarkan untuk berdoa yang khusyuk dan mengucap syukur bagi sang pencipta. Walaupun mayoritas siswanya berasal dari daerah Balige dan Tapanuli Utara sekitarnya, yang merupakan beragama Kristen mayoritas, tetapi ada juga siswa yang berasal dari pulau Jawa dan beragama Islam.
Mereka semua bersatu dan bersahabat dengan baik, tanpa ada perbedaan agama dan suku. Mereka hanya memegang prinsip, belajar dan belajar untuk menggali ilmu, agar dapat di pergunakan demi keberhasilan pribadi dan bila memungkinkan, bisa berguna bagi nusa dan bangsa.
Keesokan harinya usai lelah seharian belajar, jam makan siang pun tiba. Secara tertib, para siswa memasuki ruang aula. Keletihan belajar di sekolah dan kegiatan asrama terbayar dengan menggunungnya nasi dan lauk pauk yang disantap siswa ( maklum di daerah dingin membuat perut menjadi lapar ) Jika masih lapar siswa diperbolehkan mengangkat tangan untuk meminta tambahan nasi dan lauk. Karena mayoritas siswa adalah orang dari Batak, dimana kita ketahui kalau mereka makan pasti nasi di piring berbentuk seperti gunung.
Siswa di asrama soposurung berasal dari kalangan yang beragam. Seorang siswa yang bernama Dedi Simanjuntak misalnya. Dia berasal dari keluarga petani penggarap. Tinggal di rumah adat Batak sederhana. Itu pun statusnya masih mengontrak. Namun ijin keluar asrama untuk bermalam di rumah pun tetap disambut hangat oleh Dedi dan orang tuanya. Rasa percaya diri dan prestasi cemerlang di sekolah, membuat kedua orang tuanya ikut bersemangat memenuhi kebutuhan pendidikan putranya. Harapan orang tua Dedi dijawab oleh sang anak dengan belajar giat dan membantu meringankan pekerjaan orang tua. Keinginan kuat untuk menjadi orang sukses telah terpatri kuat. Hidup berdisiplin di asrama membuat setiap waktu digunakan dengan baik. Siswa kelas 3 yang akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri pun memanfaatkan sebaik-baiknya waktu belajar mereka. Pentingnya pendidikan tampaknya sudah sangat disadari siswa dan alumni. Hal ini juga dapat disaksikan ketika melihat keseharian Theresia Aruan, seorang siswa asrama SMA Soposurung yang mendapat kesempatan untuk pulang bermalam di rumah orang tuanya di sudut desa yang tidak jauh dari kota Balige. Kegiatan pulang ini digunakan untuk membantu orang tuanya di rumah. Kebiasaan mandiri yang ditanamkan di asrama menjadi kebiasaan baik yang dilakukan di keluarga. Meski di luar asrama disiplin belajar tidak pernah ditinggalkan.
Rata-rata, 98 persen lulusan Sekolah Unggulan Soposurung pada setiap angkatan, berhasil masuk perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa maupun luar negeri dan lulus sarjana dengan nilai terbaik.
Dalam beberapa tahun berjalan, Sekolah Unggulan Soposurung itu pun menjadi cikal bakal dibentuknya SMU Taruna Nusantara yang dibiayai Depdagri dan beberapa Propinsi lainnya pun mendirikan SMU Plus, yang mengikuti Sekolah Unggulan Soposurung yang dibiayai pemerintah. “Propinsi Riau saja belakangan memiliki SMU Plus yang 100 persen dibiayai pemerintahnya tapi SMU Soposurung itu tetap dikelola swasta dan disubsidi sendiri,” ujar pak T.B. Silalahi. Belakangan, lanjut pak T.B. Silalahi, sejak tahun 2007 Mendiknas menetapkan Sekolah Unggulan Soposurung sebagai salah satu SMU berstandar internasional maka biaya semakin bertambah besar, karena harus mendatangkan guru-guru dari Jakarta bersertifikat internasional maupun langsung dari luar negeri yang gajinya jauh lebih besar dibanding guru-guru biasa. Bahkan sejak 2007 Sekolah Unggulan Soposurung telah membeli buku-buku dari Singapura dan negara-negara lain untuk buku pelajaran maupun untuk pengetahuan tambahan di perpustakaan.
Sumber Dana
Sumber dana dari pembiayaan operasional kegiatan Sekolah Unggulan ini berasal dari sumbangan serta bantuan dari beberapa pengusaha Batak nasional dan berasal dari pengusaha lainnya. Ada juga bantuan dari pihak asing, yang begitu concern akan perkembangan pendidikan di Indonesia, terutama di Tanah Batak.
Alumni
Sekolah Unggulan Soposurung Balige ini, telah menghasilkan banyak alumni yang sukses baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti Newin Hartati Manulang, salah satu alumni asrama Soposurung berhasil menjadi seorang dosen di Prancis. Di usia 31 tahun, ia meraih gelar Doktor di Paris dan Master di Sydney, Australia. Newin mengaku nilai disiplin asrama Soposurung berhasil membentuk karakternya dan membuat dia tidak patah semangat, walaupun sempat gagal dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Tetapi dengan semangat pantang menyerah yang di tempah pada saat sekolah di Sekolah Unggulan Soposurung, membuat dia dapat terus maju dan berhasil seperti sekarang.
Kemudian Joseph Sihite, yang pada saat ini sedang menyelesaikan gelar S-3 dari University of Kyoto Jepang. Dengan tempahan dasar dari Sekolah Unggulan Soposurung ini, beliau berhasil dan sukses dalam mencapai harapan dan sekolah yang tinggi.
Dan masih banyak alumni lainnya, yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar Indonesia, yang rata-rata semuanya berhasil dan sukses dalam karir dan pendidikannya.
Spoiler for :
DIBANDINGKAN bangunan lain di kompleks perkantoran Soposurung, gedung asrama Yayasan Soposurung (Yasop) SMAN 2 Soposurung, Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara, paling mencolok. Bukan hanya masalah luas lahan yang membuatnya jadi point of view. Kemegahan dan desain modernnya menjadikan sekolah itu enak dipandang.
ihatlah, sebuah gerbang yang dibangun mirip Arc de triomphe de l"toile atau gapura kemenangan di Paris menyambut para tamu. Gerbang kukuh itu diapit tembok yang tingginya sekitar 10 meter. Cukup untuk "menyembunyikan" sekolah itu dari luar.
Yang terlihat dari celah gerbang besar tersebut hanya tiang bendera, sedikit gedung sekolah, dan gunung di latar belakangnya. Menurut Dewan Pembina Yasop T.B. Silalahi, ada maksud tertentu mengapa komposisinya seperti itu. "Tiang bendera berlatar gunung itu mengingatkan perjuangan saat mengusir penjajah di bukit itu," ujarnya kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang diundang untuk menghadiri upacara pelepasan siswa kelas 3 SMAN 2 Soposurung yang akan lulus tahun ini Sabtu (14/4).
T.B. Silalahi adalah pendiri sekolah berstatus RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional) tersebut. Bersama rekan-rekannya, mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Men PAN) itu mendirikan sekolah tersebut pada 1990. Dia amat bangga dengan perkembangan pesat SMAN 2 Soposurung. Karena itu, saat mengundang Dahlan Iskan beserta para tokoh dari ibu kota untuk menghadiri peringatan ulang tahun ke-4 T.B. Silalahi Center, dia tak lupa menunjukkan kemegahan dan berbagai prestasi yang diraih SMA tersebut.
Purnawirawan berpangkat mayor jenderal itu tahu betul bagaimana mendidik para siswa untuk menjadi pemenang. Dia lantas menyebut tagline pursuit our glory sebagai salah satu pilar menjadi siswa SMAN 2 Soposurung.
Jawa Pos yang juga diundang sempat blusukan ke sudut-sudut kompleks sekolah yang bersih dan rapi itu. Begitu masuk, tamu langsung dibawa ke ruang tamu yang tak begitu luas. Ukurannya sekitar 5 x 7 meter.
Di ruang yang ditutup gorden kuning tersebut ada sepuluh foto pejabat negara yang pernah berkunjung dan memberikan kesan serta pesan. Di antaranya Menpora Andi Mallarangeng, Menhub Freddy Numberi, hingga Menteri Perguruan Tinggi Filipina Angel C. Alcala.
Kepada Dahlan Iskan, T.B. Silalahi berkelakar bahwa SMAN 2 Soposurung layak mendapat rekor dari Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai sekolah negeri yang paling banyak dikunjungi menteri. Dia lantas meminta mantan Dirut PLN itu memberikan kesan dan pesan juga. "Nah, untuk Pak Dahlan, jangan sampai lupa kelihatan sepatu ketsnya," ucapnya yang disambut senyum Dahlan.
Rombongan kemudian memasuki perpustakaan yang berhadapan dengan laboratorium komputer. Sembari menyusuri sekolah, pemilik nama lengkap Tiopan Bernhard Silalahi itu menceritakan latar belakang berdirinya SMAN 2 Soposurung. Diawali dari kisah keprihatinan dirinya terhadap kualitas hidup masyarakat di tanah Batak. Dia yakin, peningkatan kualitas pendidikan bisa menjadi jawaban untuk mengentaskan masalah kemiskinan.
Maka, Menteri PAN pada Kabienat Pembangunan VI itu lalu mendirikan Yayasan Soposurung yang menaungi SMAN 2 Soposurung pada 1990. "Sekarang sekolah ini berkembang pesat," tuturnya.
Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1961 itu juga menyatakan bahwa sekolahnya unik karena hasil perkimpoian antara sekolah negeri dan swasta. Perjanjian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Yasop pada 10 Oktober 1991 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pendidikan, pengadaan sarana prasarana, dan sumber daya pendidikan di sekolah itu.
Sedangkan yayasan bertanggung jawab untuk pemberian beasiswa, pembangunan dan pengelolaan asrama, kegiatan ekstrakurikuler, hingga penyaluran lulusan di lapangan kerja. Kini, setelah 22 tahun beroperasi, hasilnya sangat membanggakan. T.B. Silalahi mengatakan, lima tahun berturut-turut seluruh siswa di sekolah itu lulus ujian nasional (unas). Bahkan, seluruh lulusan sekolah tersebut berhasil lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Di antaranya ke UI, ITB, USU, dan UGM.
Prestasi tersebut membuat seleksi masuk di SMAN 2 Soposurung menjadi lebih ketat. T.B. Silalahi mengklaim sedikitnya 10 ribu siswa ÔøΩÔøΩmelamarÔøΩÔøΩ masuk sekolah setiap tahun. Dari jumlah tersebut disaring menjadi 1.500 orang dengan tingkat akademik terbaik.
"Tapi, itu belum cukup. Proses berikutnya dikerucutkan melalui psikotes menjadi 350 siswa, dan terakhir dipilih 90 siswa terbaik yang kami pilih," tandasnya.
Karena itulah, dia menyebutkan bahwa kualitas otak para siswa SMAN 2 Soposurung tidak perlu diragukan lagi. Setelah siswa diterima, giliran sekolah yang melengkapi kepandaian itu dengan emotional quotiont (EQ) dan spiritual quotiont (SQ), serta dipadu dengan intelligent quotiont (IQ) untuk menghasilkan siswa berkualitas.
Kakek yang hari ini (17/4) genap berusia 74 tahun itu mengatakan, proses pendidikan yang sistematis dan berkualitas tersebut kini telah membuahkan hasil nyata. Salah satu buktinya, Tunghai University Taiwan bersedia memberikan beasiswa khusus kepada lulusan SMAN 2 Soposurung untuk kuliah di sana. "Tidak tanggung-tanggung, mereka memberikan beasiswa kuliah dari S-1 hingga S-3 gratis," kata T.B. Silalahi disambut tepuk tangan para tamu dan siswa.
Program itu bukan isapan jempol. Sebab, pada acara itu dilakukan penandatanganan MoU antara Yasop dan Tunghai University. Penandatanganan itu disaksikan Dahlan Iskan, Dirjen Pendidikan Menengah Hamid Muhammad, dan Wamendikbud Wiendu Nuryanti. Dari Taiwan hadir Menteri Council of Indigenous People Sun Ta-Chuan.
Meski ada syarat TOEFL minimum 600, T.B. Silalahi tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, di sekolah itu bahasa Inggris sudah menjadi bahasa sehari-hari. "Anak-anak di sini juga terbiasa hidup mandiri di asrama," ujarnya.
Sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional, bahasa Inggris juga digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Tentu saja siswa tetap mendapatkan materi formal untuk English Class dan English Days. "Pelajaran juga kami buat bilingual, bahasa Indonesia dan Inggris," jelasnya.
Bahasa internasional itu wajib dipraktikkan pada setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar, pada tiga hari itu bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar. Strategi itu berbuah manis karena mereka menjadi lancar berbahasa Inggris.
Bukan hanya itu. Menurut Kepala Asrama Yasop Halasan Sitorus, pihaknya juga mendatangkan pengawas dari militer. Masing-masing dua anggota Marinir atau angkatan darat. Dengan begitu, kedisiplinan para siswa langsung terbentuk dengan baik.
Kepala SMAN 2 Soposurung Danjor Nababan membenarkan bahwa sekolahnya perlu menghadirkan anggota TNI untuk membentuk kedisiplinan siswa. "Mereka diajari baris-berbaris, disiplin waktu, hingga kebersihan," ucapnya.
ihatlah, sebuah gerbang yang dibangun mirip Arc de triomphe de l"toile atau gapura kemenangan di Paris menyambut para tamu. Gerbang kukuh itu diapit tembok yang tingginya sekitar 10 meter. Cukup untuk "menyembunyikan" sekolah itu dari luar.
Yang terlihat dari celah gerbang besar tersebut hanya tiang bendera, sedikit gedung sekolah, dan gunung di latar belakangnya. Menurut Dewan Pembina Yasop T.B. Silalahi, ada maksud tertentu mengapa komposisinya seperti itu. "Tiang bendera berlatar gunung itu mengingatkan perjuangan saat mengusir penjajah di bukit itu," ujarnya kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang diundang untuk menghadiri upacara pelepasan siswa kelas 3 SMAN 2 Soposurung yang akan lulus tahun ini Sabtu (14/4).
T.B. Silalahi adalah pendiri sekolah berstatus RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional) tersebut. Bersama rekan-rekannya, mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Men PAN) itu mendirikan sekolah tersebut pada 1990. Dia amat bangga dengan perkembangan pesat SMAN 2 Soposurung. Karena itu, saat mengundang Dahlan Iskan beserta para tokoh dari ibu kota untuk menghadiri peringatan ulang tahun ke-4 T.B. Silalahi Center, dia tak lupa menunjukkan kemegahan dan berbagai prestasi yang diraih SMA tersebut.
Purnawirawan berpangkat mayor jenderal itu tahu betul bagaimana mendidik para siswa untuk menjadi pemenang. Dia lantas menyebut tagline pursuit our glory sebagai salah satu pilar menjadi siswa SMAN 2 Soposurung.
Jawa Pos yang juga diundang sempat blusukan ke sudut-sudut kompleks sekolah yang bersih dan rapi itu. Begitu masuk, tamu langsung dibawa ke ruang tamu yang tak begitu luas. Ukurannya sekitar 5 x 7 meter.
Di ruang yang ditutup gorden kuning tersebut ada sepuluh foto pejabat negara yang pernah berkunjung dan memberikan kesan serta pesan. Di antaranya Menpora Andi Mallarangeng, Menhub Freddy Numberi, hingga Menteri Perguruan Tinggi Filipina Angel C. Alcala.
Kepada Dahlan Iskan, T.B. Silalahi berkelakar bahwa SMAN 2 Soposurung layak mendapat rekor dari Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai sekolah negeri yang paling banyak dikunjungi menteri. Dia lantas meminta mantan Dirut PLN itu memberikan kesan dan pesan juga. "Nah, untuk Pak Dahlan, jangan sampai lupa kelihatan sepatu ketsnya," ucapnya yang disambut senyum Dahlan.
Rombongan kemudian memasuki perpustakaan yang berhadapan dengan laboratorium komputer. Sembari menyusuri sekolah, pemilik nama lengkap Tiopan Bernhard Silalahi itu menceritakan latar belakang berdirinya SMAN 2 Soposurung. Diawali dari kisah keprihatinan dirinya terhadap kualitas hidup masyarakat di tanah Batak. Dia yakin, peningkatan kualitas pendidikan bisa menjadi jawaban untuk mengentaskan masalah kemiskinan.
Maka, Menteri PAN pada Kabienat Pembangunan VI itu lalu mendirikan Yayasan Soposurung yang menaungi SMAN 2 Soposurung pada 1990. "Sekarang sekolah ini berkembang pesat," tuturnya.
Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1961 itu juga menyatakan bahwa sekolahnya unik karena hasil perkimpoian antara sekolah negeri dan swasta. Perjanjian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Yasop pada 10 Oktober 1991 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pendidikan, pengadaan sarana prasarana, dan sumber daya pendidikan di sekolah itu.
Sedangkan yayasan bertanggung jawab untuk pemberian beasiswa, pembangunan dan pengelolaan asrama, kegiatan ekstrakurikuler, hingga penyaluran lulusan di lapangan kerja. Kini, setelah 22 tahun beroperasi, hasilnya sangat membanggakan. T.B. Silalahi mengatakan, lima tahun berturut-turut seluruh siswa di sekolah itu lulus ujian nasional (unas). Bahkan, seluruh lulusan sekolah tersebut berhasil lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Di antaranya ke UI, ITB, USU, dan UGM.
Prestasi tersebut membuat seleksi masuk di SMAN 2 Soposurung menjadi lebih ketat. T.B. Silalahi mengklaim sedikitnya 10 ribu siswa ÔøΩÔøΩmelamarÔøΩÔøΩ masuk sekolah setiap tahun. Dari jumlah tersebut disaring menjadi 1.500 orang dengan tingkat akademik terbaik.
"Tapi, itu belum cukup. Proses berikutnya dikerucutkan melalui psikotes menjadi 350 siswa, dan terakhir dipilih 90 siswa terbaik yang kami pilih," tandasnya.
Karena itulah, dia menyebutkan bahwa kualitas otak para siswa SMAN 2 Soposurung tidak perlu diragukan lagi. Setelah siswa diterima, giliran sekolah yang melengkapi kepandaian itu dengan emotional quotiont (EQ) dan spiritual quotiont (SQ), serta dipadu dengan intelligent quotiont (IQ) untuk menghasilkan siswa berkualitas.
Kakek yang hari ini (17/4) genap berusia 74 tahun itu mengatakan, proses pendidikan yang sistematis dan berkualitas tersebut kini telah membuahkan hasil nyata. Salah satu buktinya, Tunghai University Taiwan bersedia memberikan beasiswa khusus kepada lulusan SMAN 2 Soposurung untuk kuliah di sana. "Tidak tanggung-tanggung, mereka memberikan beasiswa kuliah dari S-1 hingga S-3 gratis," kata T.B. Silalahi disambut tepuk tangan para tamu dan siswa.
Program itu bukan isapan jempol. Sebab, pada acara itu dilakukan penandatanganan MoU antara Yasop dan Tunghai University. Penandatanganan itu disaksikan Dahlan Iskan, Dirjen Pendidikan Menengah Hamid Muhammad, dan Wamendikbud Wiendu Nuryanti. Dari Taiwan hadir Menteri Council of Indigenous People Sun Ta-Chuan.
Meski ada syarat TOEFL minimum 600, T.B. Silalahi tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, di sekolah itu bahasa Inggris sudah menjadi bahasa sehari-hari. "Anak-anak di sini juga terbiasa hidup mandiri di asrama," ujarnya.
Sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional, bahasa Inggris juga digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Tentu saja siswa tetap mendapatkan materi formal untuk English Class dan English Days. "Pelajaran juga kami buat bilingual, bahasa Indonesia dan Inggris," jelasnya.
Bahasa internasional itu wajib dipraktikkan pada setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar, pada tiga hari itu bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar. Strategi itu berbuah manis karena mereka menjadi lancar berbahasa Inggris.
Bukan hanya itu. Menurut Kepala Asrama Yasop Halasan Sitorus, pihaknya juga mendatangkan pengawas dari militer. Masing-masing dua anggota Marinir atau angkatan darat. Dengan begitu, kedisiplinan para siswa langsung terbentuk dengan baik.
Kepala SMAN 2 Soposurung Danjor Nababan membenarkan bahwa sekolahnya perlu menghadirkan anggota TNI untuk membentuk kedisiplinan siswa. "Mereka diajari baris-berbaris, disiplin waktu, hingga kebersihan," ucapnya.
Spoiler for videonya:
Spoiler for :

Spoiler for Pict:
Spoiler for :

Spoiler for :

Spoiler for :

Spoiler for :

Spoiler for :

Spoiler for Finally:
Ane cuma minta
atau rate 5 aja cukup gan
Sekian infonya semoga berguna


Sekian infonya semoga berguna

0
4.8K
Kutip
12
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan