- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mata Najwa Miss World 2013: Ekonomi Libido dan Narasumber Invalid [Virus Vicky]
TS
fansadox
Mata Najwa Miss World 2013: Ekonomi Libido dan Narasumber Invalid [Virus Vicky]
Share dari room sebelah
Quote:
Original Posted By rainbowmedia►Mata Najwa Tentang Miss World 2013: Ekonomi Libido dan Narasumber Invalid
Simak Videonya:
VIRUS bahasa Vickyisasi rupanya ‘menyerang’ salah satu narasumber Mata Najwa kemarin malam. Manakala salah seorang perwakilan NU yang berada di kubu kontra, mengutarakan frase yang nyeleneh, asing, dan tidak lazim. Apakah itu? Ya, dia menyebut ekonomi libido. Frase yang bikin kontroversi hati!
Tapi malam tadi di Metro TV sekira pukul setengah sepuluh malam, Mata Najwa membahas tentang prokontra Miss World dengan judul Ajang Ratu Sejagat. Dalam sesi pertama dimana ada tiga narasumber yang dihadirkan. Mereka adalahwakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, Sapta Nirwandar, perwakilan penyelenggara Miss World 2013 Syafril Nasution, dan ketua pengurus Nahdatul Ulama, Slamet Effendi.
Pada dasarnya kita tak akan menemukan banyak ‘kejutan’ dalam diskusi ini. Bagaimana tidak, mereka membicarakan polemik yang sama dalam dua minggu ke belakang. Tapi melihat bagaimana Najwa kembali mengorek-ngorek, mungkin hal itulah yang paling ditunggu. Meskipun taringnya kurang kuat karena mungkin kebanyakan narasumber. Dan dia lumayan mampu memosisikan diri dengan imbang, dengan gaya mancing-mancing khasnya.
Slamet dengan peci hitamnya tetap menganggap bahwa MW adalah ajang eksploitasi perempuan, dan penuh dengan unsur kapitalisme, dia juga beranggapan bahwa para kontestan adalah ‘boneka’. Sampai pada suatu kesempatan dia berkata, “Jadi yang selalu ada dalam ini (penyelenggaraan Miss World), sejak pra sampai bisa dipoles sampai akhir itu menjadi semacam ekonomi libido ..”
“Ekonomi libido?” tanya Najwa. :3
“Iya, ekonomi libido. Jadi tubuh menjadi sesuatu yang sangat penting. Tubuh yang katakanlah seksis, tubuh dengan ukuran tertentu, tinggi berapa, dada berapa ..”
Jadi intinya Pak Slamet tetap berkeyakinan kalau penilaian ajang kecantikan melulu di tubuh. Lalu Pak Sapta pun mengaku bahwa pihaknya sempat mengundang kelompok yang kontra untuk dijadikan penasihat dan dipersilakan untuk melihat sistem penjurian, tapi kelompok tersebut menolak.
Frase ‘ekonomi libido’ ini pun mendapatkan reaksi cukup ‘keras’ dari salah seorang feminis bernama Mariana Aminuddin, yang adalah seorang redaktur eksekutif Jurnal Perempuan.
Narasumber di sesei kedua ini berkata untuk tidak menilai tubuh perempuan sebagai sesuatu yang negatif atau jorok. Di sesi kedua ini, dan tetap menghadirkan Pak Slamet, diundang pula Pak Reynald, guru besar Universitas Indonesia yang pernah jadi juri kontes kecantikan.
Pak Reynald berkata bahwa makna kecantikan telah berubah. Yakni ketika seseorang yang boleh jadi rupawan, bisa sangat tidak layak jadi role model karena pembawaan sikap yang ‘tidak beraura’. Namun hal ini tentu tidak mematahkan keyakinan Pak Slamet.
Mariana : Ofensif, Rasis, dan Sok Tahu?
Saya sempat mengutip apa-apa yang pernah dia katakan di artikelnya untuk salah satu mata kuliah saya. Tapi baru pertama kali lihat ‘wujud aslinya’. Dan ternyata lumayan mengejutkan karena beliau saya anggap terkesan keukeuh terutama saat dimintai pendapat mengenai perkara komersialisasi/kapitalis.
Bahwa menurut Pak Reynald, kita semua memang sudah berada dalam kungkungan ‘budaya’ kapitalis/komersialisasi dimana kita tak bisa beranjak kemana-mana dan harus menerima. Lantas Mariana, mulai mengambil contoh Metro TV pun begitu, lantas dengan perilaku yang menurut saya kurang sopan, Mariana menanyakan pada Najwa seperti begini, “Najwa cantik, apakah itu eksploitasi? TV mana yang mau menerima .. tidak ada standar kecantikan dan kecerdasan tentunya. Saya tanya Nahwa adalah standar cantik ..”
Maksud Mariana adalah bahwa komersialisasi pun lekat sekali dengan dunia TV. Jadi istilahnya untuk jadi presenter, otomatis tak harus cerdas saja,melainkan harus cantik. Karena cantik adalah nilai jual. Dan Mariana bertanya pada Najwa karena yakin jawabannya adalah “saya tidak merasa diekspolitasi”.
Dan dalam argumennya, Mariana berkata .. “TV juga kan punya standar, pembawa acara yang harus setinggi apa yang harus berwajah arab atau oriental ..” Kata-kata lumayan lugas ini memang terlalu blak-blakan untuk ditaruh di TV. Tapi kalau sebagian orang tak menganggap soal, ya tak mengapa. Intinya Mariana memang mewakili suara perempuan yang harus dan berhak ‘memerdekakan tubuh’, dan tak ada hubungannya dengan unsur kapitalis/komersialisasi karena dua hal itu adalah berbeda.
Ada satu hal lagi yang disayangkan dari Mariana. Yakni kesalahan data.
Dia berkata dengan yakinnya bahwa Indonesia sudah terbiasa mengirimkan wakil ke Miss World sejak tahun 1960an. Dan menyebut beberapa nama dan tahun di sebuah kertas yang dia bawa. Tapi tahukah kalau data itu tidak valid? Ya, faktanya Indonesia mengirimkan delegasi ke MW pertama kali pada tahun 1982, kemudian mengirim Titi Dj pada 1983 dan setelah itu Indonesia tak mengirimkan perwakilannya. Indonesia kembali ke MW pada tahun 2005.
Jadi apa yang dikatakan Mariana? Ya, disa salah data. Dia menyebut peserta MISS INTERNATIONAL. Lihat capture-an berikut.
Miss World dan Miss International adalah ajang yang berbeda.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Perwaki..._internasional
Menuju ending, dia berkata bahwa pemenang Miss World tahun lalu (itu berarti tahun 2012) datang dari Venezuela, hanya ingin mengatakan bahwa pemenang itu bergelar Phd. Padahal pemenang tahun 2012, adalah dari RRC.
Akhirnya saya sebagai penonton malah menyukai semua narasumber kecuali Mariana. Karena narasumber lain terutama Pak Slamet, bisa mengontrol emosi dan diri, dan lebih bijak dalam menelurkan opininya. Jadi tak masalah dengan istilah ekonomi libido itu, yang kalau ditelaah hanya dari frase itu bisa jadi terdefinisi sebagai praktek komersialisasi pramuriaan. Siapa tahu. Tapi yang lebih lucu dari itu dan ini tak semua orang tahu, adalah kepedean Mariana Amminudin. Wong lain kali lebih apik lagi kalau nyari-nyari data ya, Mbak …
Komen TS: Hadeeeeeeh viruisme vickynisasi tidak hanya mengkudeta tata bahasa anak muda, ternyata juga mampu mengkotroversikan gaya bahasa orang tua
Simak Videonya:
VIRUS bahasa Vickyisasi rupanya ‘menyerang’ salah satu narasumber Mata Najwa kemarin malam. Manakala salah seorang perwakilan NU yang berada di kubu kontra, mengutarakan frase yang nyeleneh, asing, dan tidak lazim. Apakah itu? Ya, dia menyebut ekonomi libido. Frase yang bikin kontroversi hati!
Tapi malam tadi di Metro TV sekira pukul setengah sepuluh malam, Mata Najwa membahas tentang prokontra Miss World dengan judul Ajang Ratu Sejagat. Dalam sesi pertama dimana ada tiga narasumber yang dihadirkan. Mereka adalahwakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, Sapta Nirwandar, perwakilan penyelenggara Miss World 2013 Syafril Nasution, dan ketua pengurus Nahdatul Ulama, Slamet Effendi.
Pada dasarnya kita tak akan menemukan banyak ‘kejutan’ dalam diskusi ini. Bagaimana tidak, mereka membicarakan polemik yang sama dalam dua minggu ke belakang. Tapi melihat bagaimana Najwa kembali mengorek-ngorek, mungkin hal itulah yang paling ditunggu. Meskipun taringnya kurang kuat karena mungkin kebanyakan narasumber. Dan dia lumayan mampu memosisikan diri dengan imbang, dengan gaya mancing-mancing khasnya.
Slamet dengan peci hitamnya tetap menganggap bahwa MW adalah ajang eksploitasi perempuan, dan penuh dengan unsur kapitalisme, dia juga beranggapan bahwa para kontestan adalah ‘boneka’. Sampai pada suatu kesempatan dia berkata, “Jadi yang selalu ada dalam ini (penyelenggaraan Miss World), sejak pra sampai bisa dipoles sampai akhir itu menjadi semacam ekonomi libido ..”
“Ekonomi libido?” tanya Najwa. :3
“Iya, ekonomi libido. Jadi tubuh menjadi sesuatu yang sangat penting. Tubuh yang katakanlah seksis, tubuh dengan ukuran tertentu, tinggi berapa, dada berapa ..”
Jadi intinya Pak Slamet tetap berkeyakinan kalau penilaian ajang kecantikan melulu di tubuh. Lalu Pak Sapta pun mengaku bahwa pihaknya sempat mengundang kelompok yang kontra untuk dijadikan penasihat dan dipersilakan untuk melihat sistem penjurian, tapi kelompok tersebut menolak.
Frase ‘ekonomi libido’ ini pun mendapatkan reaksi cukup ‘keras’ dari salah seorang feminis bernama Mariana Aminuddin, yang adalah seorang redaktur eksekutif Jurnal Perempuan.
Narasumber di sesei kedua ini berkata untuk tidak menilai tubuh perempuan sebagai sesuatu yang negatif atau jorok. Di sesi kedua ini, dan tetap menghadirkan Pak Slamet, diundang pula Pak Reynald, guru besar Universitas Indonesia yang pernah jadi juri kontes kecantikan.
Pak Reynald berkata bahwa makna kecantikan telah berubah. Yakni ketika seseorang yang boleh jadi rupawan, bisa sangat tidak layak jadi role model karena pembawaan sikap yang ‘tidak beraura’. Namun hal ini tentu tidak mematahkan keyakinan Pak Slamet.
Mariana : Ofensif, Rasis, dan Sok Tahu?
Saya sempat mengutip apa-apa yang pernah dia katakan di artikelnya untuk salah satu mata kuliah saya. Tapi baru pertama kali lihat ‘wujud aslinya’. Dan ternyata lumayan mengejutkan karena beliau saya anggap terkesan keukeuh terutama saat dimintai pendapat mengenai perkara komersialisasi/kapitalis.
Bahwa menurut Pak Reynald, kita semua memang sudah berada dalam kungkungan ‘budaya’ kapitalis/komersialisasi dimana kita tak bisa beranjak kemana-mana dan harus menerima. Lantas Mariana, mulai mengambil contoh Metro TV pun begitu, lantas dengan perilaku yang menurut saya kurang sopan, Mariana menanyakan pada Najwa seperti begini, “Najwa cantik, apakah itu eksploitasi? TV mana yang mau menerima .. tidak ada standar kecantikan dan kecerdasan tentunya. Saya tanya Nahwa adalah standar cantik ..”
Maksud Mariana adalah bahwa komersialisasi pun lekat sekali dengan dunia TV. Jadi istilahnya untuk jadi presenter, otomatis tak harus cerdas saja,melainkan harus cantik. Karena cantik adalah nilai jual. Dan Mariana bertanya pada Najwa karena yakin jawabannya adalah “saya tidak merasa diekspolitasi”.
Dan dalam argumennya, Mariana berkata .. “TV juga kan punya standar, pembawa acara yang harus setinggi apa yang harus berwajah arab atau oriental ..” Kata-kata lumayan lugas ini memang terlalu blak-blakan untuk ditaruh di TV. Tapi kalau sebagian orang tak menganggap soal, ya tak mengapa. Intinya Mariana memang mewakili suara perempuan yang harus dan berhak ‘memerdekakan tubuh’, dan tak ada hubungannya dengan unsur kapitalis/komersialisasi karena dua hal itu adalah berbeda.
Ada satu hal lagi yang disayangkan dari Mariana. Yakni kesalahan data.
Dia berkata dengan yakinnya bahwa Indonesia sudah terbiasa mengirimkan wakil ke Miss World sejak tahun 1960an. Dan menyebut beberapa nama dan tahun di sebuah kertas yang dia bawa. Tapi tahukah kalau data itu tidak valid? Ya, faktanya Indonesia mengirimkan delegasi ke MW pertama kali pada tahun 1982, kemudian mengirim Titi Dj pada 1983 dan setelah itu Indonesia tak mengirimkan perwakilannya. Indonesia kembali ke MW pada tahun 2005.
Jadi apa yang dikatakan Mariana? Ya, disa salah data. Dia menyebut peserta MISS INTERNATIONAL. Lihat capture-an berikut.
Miss World dan Miss International adalah ajang yang berbeda.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Perwaki..._internasional
Menuju ending, dia berkata bahwa pemenang Miss World tahun lalu (itu berarti tahun 2012) datang dari Venezuela, hanya ingin mengatakan bahwa pemenang itu bergelar Phd. Padahal pemenang tahun 2012, adalah dari RRC.
Akhirnya saya sebagai penonton malah menyukai semua narasumber kecuali Mariana. Karena narasumber lain terutama Pak Slamet, bisa mengontrol emosi dan diri, dan lebih bijak dalam menelurkan opininya. Jadi tak masalah dengan istilah ekonomi libido itu, yang kalau ditelaah hanya dari frase itu bisa jadi terdefinisi sebagai praktek komersialisasi pramuriaan. Siapa tahu. Tapi yang lebih lucu dari itu dan ini tak semua orang tahu, adalah kepedean Mariana Amminudin. Wong lain kali lebih apik lagi kalau nyari-nyari data ya, Mbak …
Komen TS: Hadeeeeeeh viruisme vickynisasi tidak hanya mengkudeta tata bahasa anak muda, ternyata juga mampu mengkotroversikan gaya bahasa orang tua
Diubah oleh fansadox 12-09-2013 12:40
0
2.7K
Kutip
9
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan