- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
7 Desa Tradisional Unik di Indonesia Gan...!!!!!!!


TS
Toxz2710
7 Desa Tradisional Unik di Indonesia Gan...!!!!!!!



SEBAGAI KOMUNITAS PEMBUAT THREAD TERFAVORIT DI KASKUS AWARD
Quote:
Quote:
7 Desa Tradisional Unik di Indonesia



Quote:
Quote:
Dari 17 ribu lebih pulau-pulau di Indonesia, masih banyak desa tradisional yang dihuni suku setempat. Mereka bahkan masih melakoni ritual budayanya.
Simak ulasannya berikut ini, seperti dikutip dari Indonesia travel:
Simak ulasannya berikut ini, seperti dikutip dari Indonesia travel:

Quote:
Quote:
Menyaksikan Cenderawasih Menari di Desa Sawingrai
Desa Sawingrai, Raja Ampat
Desa Sawingrai, Raja Ampat
Quote:

Quote:
Raja Ampat, Papua Barat, tak hanya indah alam bawah lautnya, tapi juga punya kekayaan fauna yang menarik. Bila ke Raja Ampat, jangan lupa berkunjung ke Desa Sawing Rai untuk melihat burung khas Papua, burung cendrawasih.
Desa Sawing Rai terletak di Distrik Meos Mansar, Raja Ampat. Desa ini adalah salah satu desa populer di Raja Ampat, setelah Desa Arborek.
Keunikan Desa Sawing Rai adalah menjadi habitat bagi burung cendrawasih atau disebut juga Red Bird of Paradise. Ada empat spesies cendrawasih yang dapat ditemui di sekitar desa ini, yaitu Cendrawasih Merah, Cendrawasih Belah Rotan, Cendrawasih Kecil, dan Cendrawasih Besar.
Cendrawasih Merah sendiri adalah ikon Desa Sawinggrai. Kabarnya, atraksi cendrawasih yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Sawing Rai bermula dari keuletan seorang Yesaya Mayor. Selama berbulan-bulan, dia memetakan lokasi mencari makan berikut jenis makanan burung ini, untuk musim kimpoi dan musim bertelur.
Pada musim kimpoi, burung cenderwasih jantan akan melakukan gerakan serupa tarian demi memikat betina. Yesaya Mayor berhasil memetakan tempat burung cantik ini menari hingga dia menjadi pemandu pemantauan burung cendrawasih, terutama untuk menyaksikan atraksi burung menari.
Atraksi unik dan eksotis dari burung yang senang menebar pesona ini dapat dinikmati sebab masyarakat Desa Sawing Rai tidak memburu cendrawasih di hutan-hutan mereka. Untuk menyaksikan atraksi burung cendrawasih menari, sebaiknya Anda datang pada waktu selain Desember dan Februari. Bulan-bulan tersebut adalah musim bertelur bagi burung cendrawasih betina, karenanya atraksi menari tak akan dapat disaksikan.
Desa Sawing Rai terletak di Distrik Meos Mansar, Raja Ampat. Desa ini adalah salah satu desa populer di Raja Ampat, setelah Desa Arborek.
Keunikan Desa Sawing Rai adalah menjadi habitat bagi burung cendrawasih atau disebut juga Red Bird of Paradise. Ada empat spesies cendrawasih yang dapat ditemui di sekitar desa ini, yaitu Cendrawasih Merah, Cendrawasih Belah Rotan, Cendrawasih Kecil, dan Cendrawasih Besar.
Cendrawasih Merah sendiri adalah ikon Desa Sawinggrai. Kabarnya, atraksi cendrawasih yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Sawing Rai bermula dari keuletan seorang Yesaya Mayor. Selama berbulan-bulan, dia memetakan lokasi mencari makan berikut jenis makanan burung ini, untuk musim kimpoi dan musim bertelur.
Pada musim kimpoi, burung cenderwasih jantan akan melakukan gerakan serupa tarian demi memikat betina. Yesaya Mayor berhasil memetakan tempat burung cantik ini menari hingga dia menjadi pemandu pemantauan burung cendrawasih, terutama untuk menyaksikan atraksi burung menari.
Atraksi unik dan eksotis dari burung yang senang menebar pesona ini dapat dinikmati sebab masyarakat Desa Sawing Rai tidak memburu cendrawasih di hutan-hutan mereka. Untuk menyaksikan atraksi burung cendrawasih menari, sebaiknya Anda datang pada waktu selain Desember dan Februari. Bulan-bulan tersebut adalah musim bertelur bagi burung cendrawasih betina, karenanya atraksi menari tak akan dapat disaksikan.
Quote:
Quote:
Kearifan Desa Bayan di Kaki Rinjani
Quote:

Quote:
Desa Bayan adalah salah satu dari sekian banyak desa wisata di belahan Bumi Indonesia yang menarik untuk dikunjungi. Desa Bayan terletak di kaki Gunung Rinjani (di kawasan sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani) yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Terletak sekira 75 kilometer dari Mataram, Desa Bayan seluas 2.600 hektare ini adalah salah satu desa yang menjadi jalur pendakian menuju Danau Segara Anak dan puncak Rinjani. Desa beriklim sejuk ini juga hanya berjarak sekira 2 kilometer dari Desa Senaru, desa yang merupakan gerbang dan basis pendakian Rinjani. Air terjun yang terdapat di kawasan sekitar kedua desa ini adalah tujuan wisata alam yang lain yang juga menarik untuk dikunjungi.
Desa adat ini dihuni oleh penduduk asli Lombok, yaitu suku Sasak yang memiliki kearifannya sendiri dalam menjaga kelestarian adat dan alam yang mereka huni. Suku Sasak masih memegang teguh adat dan mematuhi aturan adat yang diwariskan oleh leluhur. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan tata bangunan adat, rumah hunian, dan tempat ibadah (masjid) serta serangkaian upacara, tradisi, dan pola hidup yang masih dipraktekkan hingga kini.
Suku Sasak juga sangat arif menjaga kelestarian lingkungan dan alam sekitar. Sumber mata air Mandala yang terkenal karena kejernihannya adalah satu dari sembilan mata air di kaki Rinjani yang menjadi kebanggaan masyarakat Desa Bayan.
Terletak sekira 75 kilometer dari Mataram, Desa Bayan seluas 2.600 hektare ini adalah salah satu desa yang menjadi jalur pendakian menuju Danau Segara Anak dan puncak Rinjani. Desa beriklim sejuk ini juga hanya berjarak sekira 2 kilometer dari Desa Senaru, desa yang merupakan gerbang dan basis pendakian Rinjani. Air terjun yang terdapat di kawasan sekitar kedua desa ini adalah tujuan wisata alam yang lain yang juga menarik untuk dikunjungi.
Desa adat ini dihuni oleh penduduk asli Lombok, yaitu suku Sasak yang memiliki kearifannya sendiri dalam menjaga kelestarian adat dan alam yang mereka huni. Suku Sasak masih memegang teguh adat dan mematuhi aturan adat yang diwariskan oleh leluhur. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan tata bangunan adat, rumah hunian, dan tempat ibadah (masjid) serta serangkaian upacara, tradisi, dan pola hidup yang masih dipraktekkan hingga kini.
Suku Sasak juga sangat arif menjaga kelestarian lingkungan dan alam sekitar. Sumber mata air Mandala yang terkenal karena kejernihannya adalah satu dari sembilan mata air di kaki Rinjani yang menjadi kebanggaan masyarakat Desa Bayan.
Quote:
Quote:
Menjaga Keanggunan Ulos di Desa Jangga
Quote:

Quote:
Datang dan rasakan kehidupan suku Batak tradisional di sebuah desa yang sebagian besar wilayahnya belum tersentuh oleh dunia modern. Terletak di lereng bukit yang indah, pengunjung yang datang ke desa Jangga akan bertemu dengan orang Batak asli dan melihat bagaimana budaya mereka yang unik terus berkembang hingga saat ini.
Desa Jangga terkenal dengan kain ulos yang indah yang ditenun oleh kaum wanitanya. Melihat kaum wanita desa ini menenun kain ulos yang rumit di depan rumah mereka. Ulos memainkan peranan penting dalam masyarakat tradisional Batak dan digunakan tidak hanya sebagai pakaian tetapi juga digunakan pada acara-acara adat seperti kelahiran, kematian dan pernikahan.
Di desa Jangga Anda akan menemukan deretan rumah-rumah tradisional, atraksi budaya dan sejarah, seperti sisa-sisa peninggalan raja-raja Batak berabad-abad yang lalu, termasuk Raja Tambun dan monumen raja Manurung.
Desa Jangga terletak di tepi Gunung Simanuk-Manuk, Lumban Julu, kabupeten Toba Samosir, Sumatra Utara, sekitar 24 km dari Danau Toba. Desa ini adalah salah satu dari sejumlah desa Batak asli di wilayah Lumban Nabolon, Tonga-Tonga Sirait Uruk, Janji Matogu, hubak Sihubak, Siregar, Sigaol, Silalahi Toruan Muara dan Tomok Sihotang.
Desa Jangga terkenal dengan kain ulos yang indah yang ditenun oleh kaum wanitanya. Melihat kaum wanita desa ini menenun kain ulos yang rumit di depan rumah mereka. Ulos memainkan peranan penting dalam masyarakat tradisional Batak dan digunakan tidak hanya sebagai pakaian tetapi juga digunakan pada acara-acara adat seperti kelahiran, kematian dan pernikahan.
Di desa Jangga Anda akan menemukan deretan rumah-rumah tradisional, atraksi budaya dan sejarah, seperti sisa-sisa peninggalan raja-raja Batak berabad-abad yang lalu, termasuk Raja Tambun dan monumen raja Manurung.
Desa Jangga terletak di tepi Gunung Simanuk-Manuk, Lumban Julu, kabupeten Toba Samosir, Sumatra Utara, sekitar 24 km dari Danau Toba. Desa ini adalah salah satu dari sejumlah desa Batak asli di wilayah Lumban Nabolon, Tonga-Tonga Sirait Uruk, Janji Matogu, hubak Sihubak, Siregar, Sigaol, Silalahi Toruan Muara dan Tomok Sihotang.
Quote:
Quote:
Hidup Bebas dari Teknologi di Kampung Naga
Quote:

Quote:
Jika bosan dengan kehidupan kota metropolitan yang dipenuhi gedung pencakar langit, Anda harus mengambil cuti beberapa hari untuk tinggal di kampung Naga di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung Naga dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda.
Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda di masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat. Kampung seluas 1,5 hektare ini masih sangat terlihat 'hijau' dan sama sekali belum dipengaruhi modernisasi. Sekira 311 orang tinggal di desa ini. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dengan Kota Tasikmalaya.
Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah di sebelah barat adalah hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Setibanya di kampung ini, Anda akan melihat ratusan pohon yang tumbuh tinggi, sawah hijau, dan Sungai Ciwulang panjang. Selain itu, Anda akan menghirup udara sejuk dan suara gemericik air sungai di kejauhan.
Di Kampung Naga, Anda tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat elektronik ataupun gadget. Namun, hal itulah yang membuat desa ini menarik. Anda bisa menikmati keindahannya dengan tenang, tanpa terganggu suara ponsel ataupun gadget lain.
Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda di masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat. Kampung seluas 1,5 hektare ini masih sangat terlihat 'hijau' dan sama sekali belum dipengaruhi modernisasi. Sekira 311 orang tinggal di desa ini. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dengan Kota Tasikmalaya.
Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah di sebelah barat adalah hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Setibanya di kampung ini, Anda akan melihat ratusan pohon yang tumbuh tinggi, sawah hijau, dan Sungai Ciwulang panjang. Selain itu, Anda akan menghirup udara sejuk dan suara gemericik air sungai di kejauhan.
Di Kampung Naga, Anda tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat elektronik ataupun gadget. Namun, hal itulah yang membuat desa ini menarik. Anda bisa menikmati keindahannya dengan tenang, tanpa terganggu suara ponsel ataupun gadget lain.
Quote:
Quote:
Tinggal Sejenak bersama si Pemburu Paus
Quote:

Quote:
Desa Lamalera di Pulau Lembata mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnnya. Namun, desa ini sudah menjadi perhatian asing sebab menjadi satu-satunya tempat di dunia dimana masyarakatnya berburu paus tanpa alat berat.
Tradisi berburu paus dilakukan di Lembata hanya dengan menggunakan perahu tradisional dan tombak. Kebiasaan memburu paus sudah dimulai sejak abad ke-17 atau mungkin ke-16.
Catatan Portugis menyebutkan adanya masyarakat di Lembata yang mencari paus dengan cara tradisional. Di Lamalera ada 15 klan keluarga dengan tradisi ini, lengkap dengan rumah adat, rumah perahu atau najeng, dan tale leo atau tali penangkap paus.
Ikan Paus Sperma adalah buruan satu-satunya yang dijalankan masyarakat Lamalera Atas ataupun Lamalera Bawah. Ikan paus biru (Balaenoptera musculus) pun sering berlalu di hadapan mereka sebagai mamalia air terbesar yang ada (cetacean). Namun, paus itu tak pernah diburu, karena selain untuk menjaga kelestarian satwa laut besar ini, tradisi menyebutkan bahwa Lamalera dan Lembata pada umumnya pernah diselamatkan paus biru dulu kala.
Tradisi berburu paus dilakukan di Lembata hanya dengan menggunakan perahu tradisional dan tombak. Kebiasaan memburu paus sudah dimulai sejak abad ke-17 atau mungkin ke-16.
Catatan Portugis menyebutkan adanya masyarakat di Lembata yang mencari paus dengan cara tradisional. Di Lamalera ada 15 klan keluarga dengan tradisi ini, lengkap dengan rumah adat, rumah perahu atau najeng, dan tale leo atau tali penangkap paus.
Ikan Paus Sperma adalah buruan satu-satunya yang dijalankan masyarakat Lamalera Atas ataupun Lamalera Bawah. Ikan paus biru (Balaenoptera musculus) pun sering berlalu di hadapan mereka sebagai mamalia air terbesar yang ada (cetacean). Namun, paus itu tak pernah diburu, karena selain untuk menjaga kelestarian satwa laut besar ini, tradisi menyebutkan bahwa Lamalera dan Lembata pada umumnya pernah diselamatkan paus biru dulu kala.
Quote:
Quote:
Menenangkan Diri di Kedamaian Desa Penglipuran
Quote:

Quote:
Desa Penglipuran berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Penglipuran merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Bali.
Desa Penglipuran saat ini semakin populer sebagai alternatif tujuan wisata konvensional. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara datang ke sini untuk melihat dan menikmati suasana desa yang masih asri, baik dari kalangan biasa, ilmuwan, maupun mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian di desa ini.
Desa Penglipuran memiliki ciri khas tersendiri dengan bentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang serupa dan tersusun rapi, mulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Posisi daerah utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun sampai ke daerah hilir.
Awal mula keberadaan Desa Penglipuran sudah ada sejak dahulu, konon pada zaman Kerajaan Bangli. Para leluhur penduduk desa ini datang dari Desa Bayung Gede dan menetap sampai sekarang, sementara nama “Penglipuran” sendiri berasal dari kata “Pengeling Pura” yang mempunyai makna tempat suci untuk mengenang para leluhur.
Desa Penglipuran saat ini semakin populer sebagai alternatif tujuan wisata konvensional. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara datang ke sini untuk melihat dan menikmati suasana desa yang masih asri, baik dari kalangan biasa, ilmuwan, maupun mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian di desa ini.
Desa Penglipuran memiliki ciri khas tersendiri dengan bentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang serupa dan tersusun rapi, mulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Posisi daerah utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun sampai ke daerah hilir.
Awal mula keberadaan Desa Penglipuran sudah ada sejak dahulu, konon pada zaman Kerajaan Bangli. Para leluhur penduduk desa ini datang dari Desa Bayung Gede dan menetap sampai sekarang, sementara nama “Penglipuran” sendiri berasal dari kata “Pengeling Pura” yang mempunyai makna tempat suci untuk mengenang para leluhur.
Quote:
Quote:
Keunikan Budaya Jawa di Kaki Borobudur
Quote:

Quote:
Ketika Anda berkunjung ke Candi Borobudur, bukan keindahan candi yang bisa Anda saksikan. Ternyata, tidak jauh dari candi Buddha terbesar di dunia ini terdapat sebuah desa wisata yang sangat menarik dan patut dikunjungi, namanya Desa Wisata Candirejo.
Desa ini masih sangat setia mempertahankan keasliannya, baik tradisi di dalamnya maupun lingkungan di sekitarnya. Bagi Anda yang terbiasa hidup di perkotaan dan mendamba suasana pedesaan, cobalah datang dan tinggal di desa ini untuk beberapa hari, dijamin Anda tidak akan kecewa.
Desa Candirejo terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, sekira 3 km arah Timur Candi Borobudur. Desa ini berbatasan dengan Desa Pulutan di sebelah timur. Di sebelah utara dengan Desa Kesongo, Tuntang, dan Semarang. Di sebelah barat dengan Rawa Pening, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jombor, Tuntang, dan Semarang.
Desa Candirejo dapat dikatakan merupakan simbol dari budaya Jawa. Berbagai daya tarik dan kegiatan wisata dapat dilakukan di sini, mulai dari wisata alam, kesenian, kerajinan, kuliner, jalan-jalan, budaya, sejarah, dan minat khusus.
Desa ini masih sangat setia mempertahankan keasliannya, baik tradisi di dalamnya maupun lingkungan di sekitarnya. Bagi Anda yang terbiasa hidup di perkotaan dan mendamba suasana pedesaan, cobalah datang dan tinggal di desa ini untuk beberapa hari, dijamin Anda tidak akan kecewa.
Desa Candirejo terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, sekira 3 km arah Timur Candi Borobudur. Desa ini berbatasan dengan Desa Pulutan di sebelah timur. Di sebelah utara dengan Desa Kesongo, Tuntang, dan Semarang. Di sebelah barat dengan Rawa Pening, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jombor, Tuntang, dan Semarang.
Desa Candirejo dapat dikatakan merupakan simbol dari budaya Jawa. Berbagai daya tarik dan kegiatan wisata dapat dilakukan di sini, mulai dari wisata alam, kesenian, kerajinan, kuliner, jalan-jalan, budaya, sejarah, dan minat khusus.
Diubah oleh Toxz2710 12-11-2013 01:31
0
12.6K
Kutip
99
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan