Thread ini bukan bermaksud SARA . Thread ini dibuat untuk kebaikan kita semua, bangsa Indonesia



Tulisan ini sebenarnya berangkat dari keprihatinan ane sebagai anak bangsa Indonesia terkait hebohnya kontroversi Miss World yang semakin melebar menjadi sentimen antar agama di Indonesia.


Akhir-akhir ini, ramai diberitakan bagaimana beberapa ormas Islam menolak penyelenggaraan Miss World di tiga daerah, Bali, Jakarta, dan Bogor. Hujatan-hujatan yang diajukan beraneka ragam, mulai dari masalah "pamer aurat" hingga "kontes bikini". Itu yang berkembang di media massa. Sementara, di sisi lain, pemerintah dan beberapa kalangan masyarakat, menganggap penyelenggaraan Miss World ini akan menguntungkan negara dan bangsa. Penyelenggaraan Miss World ini akan menjadi alat promosi pariwisata dan budaya yang luar biasa bagi Indonesia, khususnya Bali.



Namun, tidak berhenti di situ, sekarang terjadi sentimen agama di beberapa media sosial, khususnya dari umat yang merasa minoritas. Mereka mengganggap sang agama mayoritas sewenang-wenang dan arogan. Mereka mengatakan, bahwa ini bukan negara satu agama, ada lima agama lain di sini. Bahkan, mereka membandingkannya dengan kondisi masyarakat sebangsa di beberapa daerah yang secara adat, belum berpakaian sempurna.

Ada yang salah dari keadaan ini. Sebenarnya harus dipahami oleh kita semua, bangsa Indonesia, bahwa penolakan penyelenggaraan Miss World di Indonesia bukan hanya masalah "pamer aurat' atau "kontes bikini". Tetapi, lebih karena karena filosofi, pradigma, dan latar belakang acara ini sendiri yang menempatkan wanita ibarat "komoditas" komersial untuk kepentingan bisnis. Untuk lebih jelasnya, coba kita masing-masing baca lebih dalam mengenai sejarah diadakannya Miss World.



Tentunya, apa yang dibawa oleh kontes Miss World ini, bukan hanya tidak sesuai dengan ajaran Islam, tapi juga dengan nilai-nilai bangsa Indonesia . Kita bangsa yang menghargai wanita, oleh karena itu ada Kementerian Pemberdayaan Wanita. Kita bangsa yang menghargai wanita, oleh karena itu kita menjunjung tinggi HAM.

Coba kalau kita mau melihat, lebih jauh dan memahami ajaran Pancasila sebagai dasar negara, misalnya sila "Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab" . Sila ini bermakna bahwa setiap manusia adalah ciptaan Tuhan yang berbudi dan mempunyai cipta, rasa dan karsa. Untuk melakukan dengan potensi itu, segala manusia mempunyai hak dan kewajiban asasinya. Hak dan kewajiban tersebut berdasarkan persamaan, yaitu tidak dibedakan menurut jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Namun, yang disayangkan, sejauh ini ormas-ormas Islam tidak dapat berdiplomasi dengan baik untuk menyampaikan aspirasinya. Sehingga, apa yang mereka lakukan cenderung terkesan anarkis, penuh ancaman, dan juga arogan. Padahal, ini masalah bangsa Indonesia. Masalah kita semua.

Bahkan, beberapa ormas cenderung terkesan ditunggangi oleh kepentingan politik menjelang pemilu 2014, dimana kebetulan Harry Tanoe sudah mendklarasikan diri sebagai calon wakil presiden dari partai Hanura.



Seharusnya, ormas-ormas Islam tersebut, dan yang ada di negeri ini, bersama Menteri Agama, Suryadharma Ali, dapat berdiskusi dengan lebih baik dan santun dengan ormas dan pemuka lima agama lain yang diakui secara konstitusi di negara ini. Karena ane yakin, semua agama di Indonesia pasti menjunjung tinggi hak dan martabat wanita. Kalau itu bisa tercapai, pastinya akan ada kesepakatan terbaik bagi bangsa Indonesia.

Tapi untuk apa kalau kita terus menyalahkan pemerintah, menyalahkan ormas tertentu, bahkan menyalahkan agama tertentu. Ini harus dimulai dari kita. Kita pemuda Indonesia yang katanya punya nasionalisme tinggi. Kita harus bisa melihat akar masalah dengan jelas. Pahami dan telusuri dengan baik. Jangan ikut-ikutan menghina dan bertendensi negatif. Coba dengarkan dan telusuri maksud dan pendapat dari seseorang atau sekelompok orang.

Kalau menurut ane sendiri, yang lebih penting adalah harga diri dan prinsip bangsa, daripada iming-iming promosi wisata. Karena, masih banyak cara yang dapat kita lakukan selain mengadakan kontes Miss World.

Kita semua, Budha, Hindu, Islam, Katholik, Khonghucu, Kristen, Padang, Jawa, Sunda, Aceh, Ambon, Papua, Batak, Dayak, Madura, Melayu harus bisa menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.