Mengenal Nama Jendral Indonesia Yang Di Abadikan Jadi Nama Jalan
TS
rulfhi
Mengenal Nama Jendral Indonesia Yang Di Abadikan Jadi Nama Jalan
[/CENTER]
Mengenal Nama Jendral Indonesia Yang Di Abadikan Jadi Nama Jalan
Jangan lupa di
Quote:
Mungkin kalian semua sudah pernah melewati jalan seperti Jl. Gatot Subroto atau Daan Mogot.
Tapi apakah kalian tahu siapakah mereka itu
Berikut ini beberapa nama pahlawan dari tentara yang diabadikan lewat nama jalan di seantero nusantara:
Spoiler for Jenderal Gatot Subroto :
Quote:
Quote:
Jenderal Gatot Subroto (10 Oktober 1909 - 11 Juni 1962)
[CENTER]
Lahir di Banyumas, Gatot Subroto adalah tentara yang aktif di tiga zaman militer: Tentara Hindia Belanda (KNIL), anggota Pembela Tanah Air (Peta) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia adalah tokoh penting terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).
Setelah Indonesia merdeka, antara 1945-1950, Gatot dipercaya memegang beberapa jabatan penting. Di antaranya, menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, serta Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.
Ia wafat ketika usianya mencapai 55 tahun dan dimakamkan di Desa Sidomulyo, Semarang, Jawa Tengah. Seminggu setelah wafatnya, Gatot dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Spoiler for Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Satrio :
Quote:
Quote:
Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Satrio (28 Mei 1916 - 10 Mei 1986)
Lahir di Banyuwangi, Satrio adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 10 Juli 1959-25 Juli 1966. Satrio menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Jakarta pada 1942.
Tahun 1963, ia membentuk Tim Akupuntur Negara, sebuah lembaga yang dipimpin oleh Prof. Dr. Oei Eng Tie. Tim ini bertugas memberikan pengobatan terhadap Presiden Soekarno. Semasa hidupnya, ia pernah berkiprah sebagai Ketua Palang Merah Indonesia. Saat usianya 69 tahun, Satrio wafat di Bandung.
Spoiler for Mayor Jenderal Basuki Rahmat:
Quote:
Quote:
Mayor Jenderal Basuki Rahmat (14 November 1921 - 8 Januari 1969)
Pria kelahiran Tuban ini dikenal sebagai tentara sekaligus politisi. Sebelum memulai karir sebagai tentara, Basuki adalah mahasiswa di Universtas Muhamadiyah Yogyakarta. Ia mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (Peta) dan ditempatkan di Pacitan dengan pangkat komandan pelopor.
April 1966, Basuki Rahmat diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri. Selain itu, ia juga mengemban jabatan sebagai Menteri Veteran dan Demobilisasi. Tugasnya memenangkan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian Barat.
Basuki adalah tokoh kunci perisitiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, selain Jenderal Amirmachmud dan Jenderal M. Jusuf. Setelah wafat, jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas jasanya, ia dianugerahi Jenderal TNI Anumerta Basuki Rahmat diberi gelar pahlawan Nasional.
Spoiler for Kolonel Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto :
Quote:
Quote:
Kolonel Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto (12 Agustus 1926 – 1 Oktober 1965)
Lahir di Gedaran, Gunung Kidul, 12 Agustus 1926. Ia dikenal sebagai salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia karena menjadi satu di antara korban Gerakan 30 September 1965.
1 Oktober 1965, Sugiyono termasuk yang diculik anggota Partai Komunis Indonesia, bersama Komandan Korem 072, Brigadir Jenderal Anumerta Katamso Darmokusumo. Jasad mereka baru ditemukan 20 hari setelahnya. Sebagai penghormatan, mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Spoiler for Letnan Jenderal Tahi Bonar Simatupang :
Quote:
Quote:
Letnan Jenderal Tahi Bonar Simatupang (TB Simatupang) (28 Januari 1920 - 1 Januari 1990)
Anak kedua dari tujuh bersaudara ini dikenal sebagai ahli menyusun strategi. Ia lahir di Sidikalang dikenal dengan sebutan Pak Sim.
Setamat dari Sekolah Menengah Atas (AMS Belanda), Simatupang menetapkan hati masuk ke sekolah militer. Karir militernya dimulai ketika mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Belanda di Hindia Belanda, Bandung.
Ia pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI (1948-1949) dan Kepala Staf Angkatan Perang RI (1950-1954). Pada 1954-1959, ia diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI. Ia pensiun dari dinas kemiliteran pada tahun 1959. 10 tahun kemudian ia dianugerahi gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Universitas Tulsa, AS.
Spoiler for Mayor Daan Mogot :
Quote:
Quote:
Mayor Daan Mogot (28 Desember 1928 - 25 Januari 1946)
Nama asli pejuang kelahiran Manado ini adalah Elias Daniel Mogot. Saat usianya 14 tahun, Daan bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air). Ketika Jepang jatuh, Daan ikut tergabung mendirikan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Mayor. Saat itu, usianya baru 16 tahun.
Pada 18 November 1945, bersama Kemal Idris, Daan Yahya dan Taswin, Daan mendirikan Akademi Milter di Tangerang. Dia ditasbihkan sebagai direkturnya saat usianya baru 17 tahun. Ia meninggal di Lengkong, Serpong, Tangerang, bersama 36 orang lainnya dalam pertempuran melawan tentara Jepang saat hendak melucuti senjata mereka pada 1946.
Spoiler for Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman:
Quote:
Quote:
Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman (4 Agustus 1918 – 1 Oktober 1965)
Jenderal kelahiran Wonosobo ini adalah salah seorang dari tujuh Pahlawan Revolusi. Ia memulai karirnya di militer dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR), kemudian bernama TNI setelah kemerdekaan. Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.
Desember 1949, posisi Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya diemban. Di sini, dia berhasil membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta, di bawah pimpinan Westerling. Maret 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G. Setahun kemudian, Parman belajar di Military Police School, Amerika Serikat.
Pulang dari Amerika, ia ditugaskan di Kementerian Pertahanan, lalu diangkat menjadi Atase Militer RI di London pada tahun 1959. Tahun 1964, posisinya sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal.
Spoiler for Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani:
Quote:
Quote:
Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani (19 Juni 1922 – 1 Oktober 1965)
Achmad Yani adalah nama penting dalam jajaran TNI. Pria kelahiran Purworejo, 19 Juni 1922 ini merupakan Menteri/Panglima Angkatan Darat yang tewas dalam pemberontakan 30 September 1965.
Yani menghabiskan waktu mudanya di lembaga pendidikan militer. Ia mengikuti pendidikan pada Dinas Topografi Militer di Malang dan Bogor. Pada masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Ketika Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Yani diangkat menjadi Komandannya di Purwokerto. Tahun 1955, dia melanjutkan studi di Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat. Pada 1956, ia juga mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course, Inggris. Tahun 1962, ia diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Spoiler for Aipda Anumerta Karel Satsuit Tabun :
Quote:
Quote:
Aipda Anumerta Karel Satsuit Tabun (KS Tubun) (14 Oktober 1928 - 1 Oktober 1965)
Sebelum hijrah ke Jakarta, Karel adalah anggota polisi yang ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon. Namun tragis, peristiwa Gerakan 30 September ikut menjadikannya sebagai korban. Saat itu ia tengah menjaga rumah Wakil Perdana Menteri Dr.J. Leimena.
Atas segala jasa-jasanya, pemerintah memasukannya sebagai salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia. Pangkatnya Dinaikan Menjadi Ajun Inspektur Dua Polisi.
Spoiler for Laksamana Madya Yosaphat Soedarso :
Quote:
Quote:
Laksamana Madya Yosaphat Soedarso (24 November 1925 - 15 Januari 1962)
Yos Sudarso adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Pria kelahiran Salatiga ini gugur di atas KRI Macan Tutul di Laut Aru saat melawan armada Belanda, di tengah kampanye Trikora. Kapalnya ditenggelamkan kapal Belanda.
Nama Yos Sudarso sangat lekat dalam ingatan bangsa Indonesia dalam perjuangan merebut Irian Barat dari tangan penjajah Belanda. Posisi terakhirnya sebagai Kepala Staf Angkatan Laut.
Spoiler for Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean:
Quote:
Quote:
Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean (21 Februari 1939 – 1 Oktober 1965)
Ia gugur saat pemberontakan 30 September 1965 karena melindungi Jenderal Abdul Haris Nasution yang ketika itu hendak diculik.
Dalam perjalanan karirnya, Tendean masuk Akademi Militer Bandung (ATEKAD) Angkatan VI dan dilantik dengan pangkat Letnan Dua pada 1962. Dia sempat bertugas sebagai Danton Yon Zipur 2/Dam II dan mengikuti Pendidikan Intelijen tahun 1963. Bahkan pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD. Pada 1965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal Nasution dengan pangkat Letnan Satu.