Kaskus

Food & Travel

puragaAvatar border
TS
puraga
Gn. Guntur: Langkah Ke Seribu Takkan Tercapai Tanpa Langkah Yang Pertama
Pada hari Sabtu, tepatnya tanggal 31 Agustus 2013 saya dan rekan-rekan dari Pongo Adventure melakukan sebuah pendakian salah satu gunung di daerah Garut, tepatnya di Desa Pananjung atau lebih dikenal dengan daerah Citiis, Tarogong Kaler.
Pendakian kali ini terasa berbeda karena ada salah satu teman kami yang sebelumnya belum pernah mendaki, dan pengalaman kali ini menjadi pengalaman pertama baginya.

Persiapan sudah dimulai sejak hari Jumat. Sebagian dari tim membeli berbagai kebutuhan mulai dari kaus kaki, ponco, dan parafin yang sedang melonjak harganya, dari yang tadinya berkisar antara Rp. 8.000 - Rp. 15.000, kali ini kami mendapatkan parafin dengan harga Rp. 22.000,-/pak di daerah Pasar Kosambi.

Spoiler for Biaya Perjalanan:


Sabtu, 31 Agustus 2013
08:00-09:00
Spoiler for Cicaheum:

Tim bersiap dan melakukan penyesuaian keril di Terminal Cicaheum, sambil menunggu salah satu teman yang tak kunjung datang (yang akhirnya kami putuskan untuk pergi dikarenakan yang bersangkutan masih tertidur saat dicoba ditelepon ke rumahnya).
Bis pun menunggu penuh, dan waktu terbuang percuma pun cukup banyak.


09:15 - 11:45
Spoiler for Bis:

Perjalanan dilalui dengan kemacetan yang melanda di sekitaran Ujung Berung - Cibiru, sebagian dari kami tertidur karena seperti biasanya, sudah pasti kurang tidur sebelum melakukan pendakian. Pedagang asongan pun datang dan pergi masuk ke bis, dan sempat ada orang yang terkena gangguan kejiwaan yang naik bis serta meminta uang untuk ongkos ke Garut. Yang cukup menghibur adalah dengan adanya pengamen yang menyanyikan lagu dangdut koplo dengan semangat dan cengkok yang sangat khas. Dan akhirnya kami memutuskan berhenti dan turun dari bis di daerah Tanjung, setelah secara kebetulan bertemu dengan penduduk setempat yang satu bis dengan kami, beliau pun turun bersamaan dengan kami.


11:45 - 12:05

Kami bertanya kepada penduduk sekitar untuk memastikan keberangkatan ke arah atas, dan puji syukur kami mendapatkan sebuah tumpangan truk pasir yang akan pergi ke arah atas, yaitu ke arah penambangan.


12:05 - 12:55
Spoiler for Truk Pasir 1:

Spoiler for Truk pasir 2:

Perjalanan dilalui dengan cara berpegangan ke samping truk pasir yang melaju dengan kecepatan sedang dan cenderung pelan. Kondisi jalannya pun tidak bisa dibilang bagus, mungkin dikarenakan setiap harinya puluhan truk naik turun menuju lokasi penambangan. Pemandangan indah pun beberapa kali sulit dilihat karena debu pasir jalanan yang naik sampai ke tempat kami di bak belakang truk. Sesampainya di lokasi penambangan yang gersang dan panas oleh terik matahari siang, kami bertanya-tanya kepada para penambang pasir, arah manakah yang harus dituju jika ingin menuju Curug Citiis. Ternyata tanpa bertanya pun saat mereka melihat "kostum" yang kami kenakan, mereka langsung menunjuk arah dengan mantap.


12:55 - 13:23
Spoiler for Curug Citiis:

Dari jalan bebatuan pasir, berbelok ke arah kanan menuju hutan hijau yang cukup rimbun. Terdengar suara sungai menandakan arah kami sudah betul untuk menuju Curug Citiis. Udara terasa lebih sejuk meskipun tidak sesejuk hutan di gunung-gunung lainnya yang pernah kami coba daki. Begitu sampai kami beristirahat dan mempersiapkan makan siang.


13:23 - 14:00
Spoiler for Curug Citiis:

Tim pun seperti kerasukan setan, langsung menyapu bersih jatah makanan yang dibawa salah satu tim. Menu makan siang kali ini adalah Spaghetti Bolognaise, sebuah makanan istimewa yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk kami bawa. Setelah selesai makan, tim pun bersantai sejenak menunggu makanan turun sambil mengisi air minum di sungai. Ternyata kami tidak sendirian, ada tim pendaki lain yang juga akan naik menuju Puncak Guntur, mereka adalah "asgar" (Asli Garut).


14:10 - 15:10
Spoiler for Pendakian:

Pendakian dimulai, tujuan pertama kami adalah sumber mata air Curug Citiis. Terik matahari menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk tim, khususnya untuk salah satu teman kami yang pertama kali mendaki. Tubuh dan mentalnya masih "kaget" saat berjibaku dengan tanjakan dan gersangnya Gunung Guntur. Saat sampai di mata air, sebagian dari tim mengisi air minum untuk perjalanan dan sebagian mencuci muka agar terasa lebih segar ditengah panasnya matahari.


15:10 - 18:30
Spoiler for Pendakian 2:

Spoiler for Pendakian 3:

Trek berupa kerikil, batu, dan pasir menjadi kesulitan tersendiri untuk pendakian kali ini. Trek tersebut hanya ditemani ilalang dan jarangnya pohon cemara yang bisa menjadi payung alami untuk tim beristirahat. Teman kami yang baru pertama kali sudah down mentalnya, diam seribu bahasa menjadi senjatanya. Kaki yang kram semakin menurunkan mentalnya, berkali-kali dia berkata tidak kuat kepada yang lainnya. Namun saya dan teman-teman terus menyemangatinya tanpa kenal lelah. Ada yang berusaha membuat hatinya lebih tenang dengan memberikan harapan-harapan palsu, ada pula yang "galak" dan terus memberikan support dengan cara "mencambuk" nya dengan kata-kata. Matahari mulai turun dan gelap pun datang. Senter kami nyalakan, dan kesulitan pun bertambah. Banyak kondisi dimana kami melangkah untuk dua langkah kedepan, dan turun satu langkah karena licinnya kerikil. Salah satu teman kami yang kelelahan parah tersebut akhirnya dibantu dengan dibawakan tasnya sampai menuju batu besar tepat sebelum Puncak Bohong atau Puncak Satu Gunung Guntur. Sesampainya di Batu, kami mengisi perut karena sudah lapar dengan Spaghetti sisa siang hari.
Spoiler for Pendakian Malam:



19:00 - 20:00

Perjalanan kami lanjutkan, dan tak sampai 15 menit pun kami sampai di Puncak Satu. Ternyata pendaki lain yang kami temui sebelumnya, mendirikan tenda di tempat tersebut. Tempat semakin terbatas dan tak menyediakan pilihan lain untuk memasang tenda sangat berdekatan dan salah satu dari dua tenda yang kami bawa terpaksa dipasang agak miring sesuai dengan kontur tanah. Setelah tenda terpasang kami memakan makanan yang kembali mewah, Terderloin Steakdan Potato Wedges menjadi makanan penutup hari yang sangat melelahkan ini.


20:00 - 03:30
Spoiler for Puncak Satu:

Tim pun beristirahat, ada yang cepat tertidur, ada pula yang masih mengobrol. Jujur, saya merasa kepanasan saat berada di dalam tenda. Tanahnya terasa cukup hangat, dan beberapa titik malah terasa panas. Kemungkinan besar disebabkan oleh adanya lapisan magma dibawah tanah tepat dibawah tenda kami. Sleeping bag pun tak terpakai, jaket pun tak disentuh. Bahkan saya mengeluarkan keringat saat mencoba tidur, baru selewat pukul 00:00 udara menjadi lebih sesuai. Angin dingin diluar yang bertemu tanah yang hangat menjadikan udara di dalam tenda terasa cukup pas seperti suhu ruangan.


03:30 - 04:35

Saya pun terbangun mendengar alarm yang berbunyi, saya langsung insiatif membangunkan seluruh anggota tim. Masih ada yang malas-malasan. Saya hibur dengan segelas teh panas yang menghangatkan tubuh dan memberikan semangat untuk melakukan summit attack ke Puncak Dua atau Puncak Utama Gunung Guntur. Teman kami yang dari awal perjalanan sudah mengeluh tersebut hampir tidak mau untuk ikut bersama tim menuju puncak. Setelah dibujuk dan sedikit ditakut-takuti bahwa sendirian di tenda bisa berakibat cukup banyak hal, mulai dari kedinginan parah hingga cerita hantu, akhirnya dia memutuskan untuk ikut melakukan summit attack. Pendaki yang lain pun sudah duluan berjalan menuju puncak.


Minggu, 1 September 2013
04:35 - 05:05

Pendakian menuju Puncak Utama pun dilakukan, kondisi yang dingin, kaki yang harus kembali beradaptasi menjadi penghalan pendakian subuh tersebut. Namun tekad yang kuat untuk menyaksikan pemandangan yang sudah pasti tidak mudah dilihat di daerah perkotaan menjadi penyemangat kami. Jalanan landai dan sempat turun sebentar, berbelok ke arah kiri dan akhirnya menanjak terus hingga puncak. Sampai akhirnya salah satu teman kami yang sudah biasanya menjadi leader dalam pendakian di manapun menyebutkan kata yang sudah lama saya dan teman-teman lainnya rindukan; Welcome!


05:05 - 06:25
Spoiler for Puncak Utama:

Spoiler for Puncak Utama 2:

Kebahagiaan yang tak ternilai menjadi perasaan pertama yang saya rasakan, rasa haru pun muncul. Teman kami yang kesulitan semenjak awal, yang dari awal pendakian sampai di tenda pun terlihat lesu dan tidak memunculkan senyumnya, akhirnya berteriak kencang mengekspresikan kepuasan hatinya. Senyumnya muncul dan wajahnya terlihat cerah, secerah matahari pagi di Puncak Gunung Guntur. Kami menyempatkan untuk berfoto-foto sepuasnya, bergantian juga dengan pendaki lain yang ingin juga berfoto. Matahari pagi terlihat berwarna jingga kekuningan, lapisan awan seolah-olah menjadikan kami seperti berdiri di negeri diatas awan. Setelah puas berfoto-foto dan menikmati panorama dari atas Puncak Utama, kami memutuskan untuk turun kembali ke tempat dimana tenda kami berada, yaitu di Puncak Satu.
Spoiler for Bersama Pendaki Lain:

Spoiler for Full Team di Puncak Guntur:



06:25 - 09:45

Ada yang tertidur kembali, ada juga yang menyiapkan sarapan pagi. Makanan yang kami pilih untuk pagi ini adalah nasi goreng dengan sosis dan baso, namun sayangnya karena kebanyakan beras, maka nasi pun terasa masih setengah matang. Namun itu tak menjadikan nafsu makan berkurang, karena kami tahu energi yang dibutuhkan untuk turun pun sangatlah besar, mengingat kerikil yang licin dan sudah pasti menghabiskan kemampuan dengkul untuk menopang. Setelah selesai, kami membereskan semuanya, menutup tenda, dan menyempatkan berfoto sebelum turun.


09:45 - 11:45

Benar saja, turun dari puncak menuju arah bawah terasa hampir sama sulitnya dengan mendaki ke puncak, meskipun dengan kesulitan yang berbeda. Trek yang terjal menguji tim untuk mengatur momentum kecepatan dan gaya berat, licin dan tak sedikit yang terjatuh. Saat naik kami kesulitan karena kerikil yang licin sehingga harus menambah langkah, saat turun kami kesulitan mengerem pijakan kami yang cenderung tergelincir terus menerus. Tingkat bahaya nya pun menurut saya cukup lumayan, saya pun entah sudah berapa kali jatuh dan hampir menggelinding ke bawah. Teman kami yang dari awal pendakian cukup kesulitan pun memilih "serodotan" terus menerus daripada kesulitan bertarung dengan kondisi kaki yang sudah tidak lagi prima. Saya pun hampir setengah perjalanan menggunakan cara yang sama, yaitu memanfaatkan batu yang mudah jatuh untuk menuju ke arah bawah. Istirahat hanya dilakukan saat kami bertemu pohon cemara yang cukup untuk membuat suasana teduh bagi tim. Sampai akhirnya kami sampai di mata air yang teduh dan sejuk.


11:45 - 13:30
Spoiler for Mata Air:

Tim beristirahat sambil mengisi kembali botol air yang sudah mulai kosong. Ada yang memasak air untuk menyeduh kopi dan teh, ada juga yang mendinginkan badan dan kaki dengan masuk ke sungai yang airnya sangat jernih tersebut. Suasana terasa sangat sejuk dan hijau, berbeda dengan trek sebelumnya yang cenderung gersang dan panas. Tim mengganjal perut dengan memakan makanan-makanan kecil, mulai dari coklat, wafer, hingga biskuit asin yang dikombinasikan dengan tuna kalengan. Setelah siap, tim kembali melanjutkan perjalanan menuju Curug Citiis.


13:30 - 13:45

Jalan yang dilalui sangat berbeda dengan sebelumnya, kali ini jalan lebih seperti jalan hutan pada umumnya. Tangga batu dan akar, serta tanah yang empuk menjadi medan utama di sepanjang trek menuju Curug Citiis. Tim sempat mencoba jalur menyusuri sungai dan trabas hutan, namun akhirnya kembali menuju jalur punggungan karena dihadapkan dengan kebuntuan. Saya pribadi lebih menikmati trek seperti ini, meskipun tubuh sudah lelah dan dengkul semakin lemas, tapi tekad untuk segera sampai ke Curug Citiis menjadi semangat utama untuk terus melangkahkan kaki.


13:45 - 14:05
Spoiler for Curug Citiis:

Tim beristirahat sejenak, menyalakan rokok, memakan sepotong coklat, untuk bersiap-siap melangkah kembali menuju penambangan pasir.


14:05 - 14:20

Jalanan hutan yang sejuk menemani sisa perjalanan kami menuju penambangan pasir. Meskipun jalannya sedikit sulit dikarenakan ranting, dan beberapa jalan yang miring membuat kaki cukup kesulitan menentukan keseimbangan yang tepat. Sampai pada akhirnya kami memasuki kembali awal dari perjalanan kami, yaitu penambangan pasir.


14:20 - 15:10
Spoiler for Penambangan Pasir:

Tim menunggu truk pasir yang menuju ke arah jalan raya sambil tidur-tiduran di bebatuan yang pada dasarnya keras, namun karena kelelahan tidak sedikit yang tidur. Saya memilih untuk tidak tidur dan menunggu truk yang lewat. Sampai akhirnya ada truk pasir yang terisi penuh yang bersedia mengantar kami ke arah bawah.


15:10 - 16:25
Spoiler for Truk Pasir:

Meskipun cukup sulit menjaga keseimbangan untuk duduk dengan sempurna di atas truk pasir yang terisi penuh, hampir semuanya tertidur sambil berpegangan. Rasa lelah sudah memasuki hampir seluruh tubuh dari tim. Saya memilih menahan kantuk karena takut terjatuh. Kembali kami bertarung dengan debu dan goncangan dari jalanan yang rusak. Sampai akhirnya kami sampai di pertigaan jalan raya dan memutuskan untuk rehat di sebuah warung.


16:25 - 18:35

Mandi, cuci muka, gosok gigi, dan kegiatan lainnya dilakukan sebelum pulang ke Bandung. Kami menyempatkan untuk makan malam di sebuah tempat makan yang berada tepat di seberang jalan menuju penambangan. Kami menyetop bis Mios yang menuju cicaheum, barang diangkut, kami mun naik bis yang akan langsung melaju menuju Bandung.


18:35 - 21:30

Kondisi bis yang penuh sesak dan panas menemani kami, jalanan pun macet dan ada sistem buka tutup di daerah Leles, Garut. Namun tim sudah tidak menghiraukannya, semuanya tertidur lelap hingga sampai di Bandung, sebagian tim memilih turun di sekitaran Pasir Impun dan Sukamiskin, karena lebih dekat ke rumahnya. Saya dan beberapa teman lainnya turun di Terminal Cicaheum dengan kondisi sehat dan senang, karena telah sampai dengan selamat di kota kami tercinta, kota Bandung.

Akhir catatan perjalanan ini saya hanya mau mengingatkan, bahwa pengalaman mendaki gunung apapun akan selalu menjadi pengalaman yang unik, bahkan mendaki gunung yang sama berkali-kali pun akan tetap berbeda pengalamannya. Ilmu yang didapat dan pengalaman dari Gunung Guntur ini sangat bermanfaat untuk kelak mendaki gunung lainnya, ataupun untuk kehidupan sehari-hari. Agar terus dan tetap bersyukur dan menikmati semua kenikmatan yang kita rasakan. Semua gunung tidak dapat diremehkan, Guntur walau seperti gunung yang tidak terlalu tinggi bahkan sinyal seluler pun ada di puncaknya, tapi memiliki kesulitan tersendiri yang sangat menguras tenaga, dan tentunya memacu adrenalin serta mengetes lutut kita semua.

Quotes Of The Trip
  • Langkah Keseribu tak akan tercapai tanpa langkah yang pertama. Maka dari itu teruslah melangkah. Tak ada tempat yang terlalu jauh selama masih di dunia ini, karena beban yang sesungguhnya adalah kemauan. Jaga motivasi, tingkatkan kemauan dan tutupi kemaluan. - Ahmad Saiful Muhtadi, orang pertama yang selalu terdepan dalam tim kami.

  • It is not the mountain we conquer, but ourself. - Sir Edmund Hillary

  • No mountain is worth even a finger or a toe to frostbite. Return home is real success. Summit is only bonus - Alan Hinkes

  • Mendaki gunung adalah sarana evaluasi diri sekaligus liburan singkat yang padat - Puraga Baskara Somantri, penulis dan bagian dari tim ini.


Songs Of The Trip
  • Suamiku Kawiin Lagi - Siti Badriah

  • Aku Jalak Bukan Jablay - Miranty Dewi

Kedua lagu tersebut selalu terngiang selama perjalanan, dikarenakan ada pengamen yang menyanyikan lagu tersebut dengan mantapnya di atas bis yang kami naiki menuju Garut.



Tim PONGO Adv (dari kiri ke kanan)
Gn. Guntur: Langkah Ke Seribu Takkan Tercapai Tanpa Langkah Yang Pertama

  • Aulia Arrafi - semoga kelak pengalaman baru ini menyebabkan ketagihan, terus semangat pantang menyerah.

  • Perkasa Darussalam - pengalaman yang menantang, tetap ceria selama perjalanan tanpa mengeluh, bahkan membantu yang kesulitan dengan kuatnya.

  • Muhammad Ari Ruwaedi - biasanya banyak diam, namun kali ini banyak ngomong dan cenderung bikin kesal setengah tertawa. lanjutkan

  • Robby Berlin Dwi Andika - kondisi yang fit menyebabkan kemampuan maksimal, tingkatkan dan jangan cedera lagi seperti yang dulu-dulu

  • Ahmad Saiful Muhtadi - no comment, tetap selalu terdepan tanpa masalah berarti

  • Kiddy Nahli Aulia - no comment nomer dua, selalu memotivasi dari arah belakang, konsisten.

  • Puraga Baskara Somantri - kali ini saya merasa banyak kesulitan terutama kerikilnya, namun tetap semangat sampai pulang ke bandung


*Gn. Guntur saat kami daki dalam kondisi Waspada 2, Alhamdulillah tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat kami menginjakan kaki disana.
Diubah oleh puraga 03-09-2013 17:41
0
2.7K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan