

Sebuah berita lama yang menyedihkan terangkat kembali lantaran ramai di jejaring sosial Twitter dan media Televisi yang menyiarkan Orangutan asal wilayah Kerengpangi, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah dijadikan pelacur melayani nafsu bejat banyak lelaki di tempat itu. Situs vice.com melaporkan peristiwa ini lima tahun lalu (2007). Orangutan yang berumur 17 tahun bernama Pony itu hidup di tengah-tengah lokalisasi di Kerengpangi. Dia dipelihara oleh seorang gundik tidak disebutkan namanya. Sekitar umur lima tahun Pony mulai diajarkan melayani para hidung belang pencari kenikmatan
Berdasarkan wawancara vice.com dengan direktur Organisasi Penyelamatan Orangutan Borneo Michelle Desilets, keadaan Pony sangat mengenaskan saat diselamatkan dari tempat prostitusi itu. Dia dirantai, tiduran di atas matras, dan semua bulunya dicukur. Pony seolah telah dilatih menjadi pelacur. Jika ada lelaki berjalan mendekatinya dia langsung bergaya seperti menjajakan diri. Gundiknya mengatakan Pony menjadi bintang di rumah bordilnya. Pendapatan gundik itu jadi berlipat-lipat dan dia pun dianggap sebagai keberuntungan sebab si gundik selalu menang judi togel jika ada Pony.
Para tamu pun menyukai Pony. Mereka bisa saja memilih pelacur manusia namun banyak juga bercinta dengan orangutan itu. Agar nyaman seluruh bulu Pony digunduli akibatnya, Pony jadi sering digigit nyamuk dan kulitnya iritasi bahkan berjerawat. Butuh tahunan menyelamatkan Pony dari tempat itu sebab warga lokal tidak menyerahkan Pony begitu saja pada Organisasi Penyelamatan Orangutan Borneo malah mereka menghadang dengan senjata, dan pisau beracun.
Pada saat awal, terlihat perilaku Pony dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima sebelumnya. "Setiap ada teknisi laki-laki yang lewat, Pony selalu berteriak meminta perhatian. Pony tidak mau bersama babysitter (pemelihara orangutan yang biasanya seorang perempuan)," kata Manajer Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Tengah BOSF, Anton Nurcahyo. Pony lalu masuk sekolah orangutan. "Di sana, Pony harus belajar mulai dari cara memanjat pohon, membedakan buah yang bisa dimakan ,hingga menghindari bahaya seperti gigitan ular," kata Aton saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/7/2013)

Anton mengatakan, mengajari Pony untuk menjadi orangutan terbilang sulit. Pada usia 7 tahun saat memasuki tempat rehabilitasi, Pony seharusnya sudah mampu mandiri. Anton mengibaratkan, mengajari Pony mandiri sama sulitnya seperti mengajari remaja 15 tahun untuk membaca. Tahun 2005, Pony sempat diberi kesempatan bebas di Pulau Bangamat lewat langkah pra-lepasliaran. Namun, Pony dinyatakan belum siap. Pony tak pernah memanjat pohon, selalu ada di tanah. Pony juga selalu mengandalkan makanan pemberian teknisi. Pony juga tak pernah mengeksplorasi hutan
Pony akhirnya ditarik kembali ke Nyaru Menteng. Ia harus belajar lebih keras lagi. Pada tahun 2010, kata Anton, Pony kembali dicoba di dilepasliarkan, tetapi kembali dianggap belum bisa hidup di alam liar. Hingga pada 29 Juni 2013 lalu, tim BOSF kembali mencoba melakukan langkah pra-lepasliar lagi. Anton mengatakan, Pony dianggap bisa diuji coba untuk dilepasliarkan berdasarkan perilakunya yang telah menunjukkan kemandirian.
"Pony sudah semakin jarang kembali ke tempatnya. Pony juga sudah bisa memanjat pohon, membuat sarang sendiri, dan memperoleh makanan. Kalau bertemu dengan teknisi, sekarang juga sudah biasa saja," kata Anton. Pony juga dianggap sehat. Dengan langkah pra-lepasliar ini, Pony mendapatkan kesempatan kebebasan baru. Namun, ia masih harus membuktikan bahwa dirinya adalah orangutan yang mumpuni. Tim BOSF masih akan terus memantau perilaku Pony.
"Sejauh ini selama hampir sebulan, Pony menunjukkan perilaku yang baik. Pony bisa mencari makan sendiri, cukup aktif bergerak. Di saat hampir memasuki kemarau dan air terbatas, Pony juga tidak membutuhkan tanda-tanda meminta pada manusia," kata Anton.
muke gileeeeeeeeee



