BANGKOK, KOMPAS.com — Pengelola Universitas Kasetsart, Thailand, memerintahkan mahasiswanya yang tengah menjalani ujian mengenakan "penghalang mata" untuk mencegah mereka menyontek.

Alat ini sangat sederhana. Dibuat dari dua kertas berukuran A4 yang ditautkan ke sebuah pengikat kepala. Alat anti-menyontek itu kemudian dikenakan 100 mahasiswa yang tengah menjalani ujian awal pekan ini.

Ide ini datang dari seorang profesor dari sebuah universitas kenamaan di Thailand yang sangat prihatin dengan "hobi" menyontek para mahasiswa Thailand.

Namun, saat foto para mahasiswa Universitas Kasetsart yang mengenakan alat anti-menyontek itu muncul di jejaring sosial, maka kebijakan itu menjadi bahan "tertawaan" media massa Thailand yang terbit Jumat (16/7/2013).

Kontroversi media ini membuat pihak universitas menghentikan untuk sementara kebijakan itu.

Sementara, dosen di belakang ide ini terpaksa menjelaskan masalah ini kepada masyarakat lewat sejumlah televisi.

"Kebijakan itu sebenarnya untuk bersenang-senang, rileks, dan humor. Saya ingin mahasiswa merasa santai saat menjalani ujian," kata profesor Nattadon Rungruangkitrai.

Akademisi berusia 40 tahun itu mengatakan ide itu muncul dalam sebuah diskusi dengan sejumlah mahasiswa pekan lalu terkait cara mencegah praktik menyontek.

"Ini adalah sebuah uji coba dan sudah disepakati antara saya dan para mahasiswa, dan mereka menyukainya," tambah Nattadon.

Para mahasiswa, lanjut Nattadon, malah menganggap "penghalang mata" itu bisa mengurangi stres saat menjalani ujian dan membantu meningkatkan konsentrasi.

"Secara alami, mahasiswa senang membantu temannya dengan cara membiarkan kawan mereka menyontek," kata seorang pakar pendidikan Thailand dari Universitas Chulalongkorn, Somphong Chitradub.

"Namun, mereka harus belajar menghargai diri mereka sendiri dan sadar bahwa berkompetisi dengan menyontek bukanlah sebuah hal yang membanggakan," tambah Somphong.