Peringatan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 senantiasa dirayakan warga Indonesia di dalam dan luar negeri dengan berbagai acara dan kegiatan seperti pertandingan olah raga, acara kesenian, karnaval, resepsi 17an dan sebagainya dengan puncaknya tentu saja adalah upacara pengibaran bendera merah putih.
Seperti kata Bung Karno ‘Jangan sekali-kali melupakan sejarah’, maka apa yang dilakukan warga Indonesia tersebut pada dasarnya merupakan refleksi kecintaan warga terhadap bangsa dan negaranya. Masyarakat Indonesia di Beijing misalnya, merefleksikan kecintaan terhadap tanah air dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan menjelang dan setelah 17 Agustus.
Berbagai kegiatan diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia seperti mengadakan pertandingan gaple, ping pong, badminton, dan bowling. Puncaknya adalah pelaksanaan upacara pengibaran bendera merah putih di halaman kantor KBRI Beijing pada tanggal 17 Agustus dan resepsi diplomatik pada tanggal 17 September.
Kok resepsi diplomatik baru dilaksanakan tanggal 17 September atau sebulan kemudian, apa tidak terlalu jauh jaraknya dengan puncak peringatan 17 Agustus? Begitu beberapa pertanyaan yang mengemuka. Menjawab pertanyaan tersebut, seorang angagota panitia resepsi diplomatik di KBRI Beijing menjelaskan bahwa pelaksanaan resepsi sengaja diadakan pada bulan September agar bisa dihadiri banyak pejabat tinggi RRT dan duta besar, karena jika dilaksanakan pada bulan Agustus banyak duta besar asing yang sedang libur musim panas dan tidak berada di Beijing.
Semarak peringatan 17 Agustus sendiri terlihat dari kehadiran berbagai elemen masyarakat Indonesia di Beijing seperti staf kedutaan, mahasiswa, pelajar dan para pekerja. Mereka aktif berpartisipasi menyemarakkan kegiatan 17 Agustus, sekaligus bersilahturahmi antar sesama masyarakat Indonesia di Beijing.
Hal tersebut di atas tampak antara lain dalam acara pertandingan badminton yanga digelar di Chaoyang Sport Center tanggal 11 Agustus 2013. Hadir sekitar 30 orang peserta yang bertanding layaknya peserta kejuaraan dunia badminton, yang pada saat bersamaan digelar di Guangzhou. Tentu saja pertandingan juga disertai gelak tawa saat melihat pemain yang bertanding ngos-ngosan kehabisan nafas. Maklum faktor umur dan pengaruh tembakau karena kebiasaan merokok.
Melihat semangat warga Indonesia di Beijing tsebut dalam merayakan acara 17 Agustusan, saya jadi membayangjansemangat para pejuang Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Tentu saja jaman telah berbeda, namun kita berharap semangat para pejuang kemerdekaan dapat diwarisi dan diingat oleh seluruh warga Indonesia. Acara peringatan 17 Agustusan bisa menjadi salah satunya, setidaknya setahun sekali kita diingatkan mengenai kemerdekaan bangsa dan negara yang bisa menjadi langkah dan penyemangat untuk mengisi kemerdekaan Indonesia kedepannya.
Salam merdeka!!!