Sabut Kelapa merupakan pembungkus buah kelapa dan orang jawa bilang " Sepet " ,yang telah di olah sedemikian rupa shingga menyisahkan serabut - serabut yang ternyata mempunyai kegunaan tersendiri bagi masyarakat di desa Rantewringin, Kebumen, Jawa Tengah.
Pada awalnya sepet ini hanya di manfaatkan sebagai bahan bakar tradisional, sampai pada akhirnya salah satu penduduk desa Rantewringin mempunyai pemikiran untuk menciptakan kerajinan yang terbuat dari sepet tersebut.
dan sekarang sepet telah berubah menjadi suatu kerajainan yang telah di minati oleh penduduk lokal maupun mancanegara.
"SEPET" sebelum menjadi kerajinan keset terlebih dahulu digitik atau di timbuk dengan alat yang nantinya sepet tersebut menjadi serabut - serabut sepet. setelah sepet di tumbuk dan mulailah sepet tersebut dirubah bentuknya menjadi "Tambang".
Tambang merupakan hasil olahan sepet yang telah di tumbuk dan di anyam menjadi seperti tali yang di Plintir, Tambang ini nantinya di anyam lagi sehingga membentuk suatu kerajinan yang menarik yang di namakan "KESET"
Sebagian besar mata pencaharian Penduduk desa Rantewringin mengandalkan Home industri, yaitu membuat tambang ataupun keset.
Untuk Fariasi ataupun model keset bermacam - macam tergantung dari pemesanan.
selain itu, harga juga berfariasi di lihat dari model dan ukuran keset tersebut.
Spoiler for Pelajaran dari sang keset:
http://photobucket.com/images/keset
Hampir setiap rumah selalu ada keset. Biasanya keset selalu di letakan di depan pintu rumah, pintu kamar entah kamar tidur ataupun kamar mandi. Setelah mencuci kaki, biasanya alas kaki yang basah biasanya menginjak-injakan keset agar sewaktu jalan, kaki tidak licin, atau kaki tak meninggalkan jejak di lantai. Jika habis berpergian jauh, mau masuk rumah tak lupa telapak kaki dibersihkan lewat apa yang disebut keset.
Keset yang selalu diinjak-injak. Keset tempat untuk membersihkan alas kaki yang kotor. Keset tempat untuk mengeringkan alas kaki yang basah. Keset yang selalu di letakan di bawah. Keset sebagai garda depan di tiap pintu rumah. Jika tampak kotor sekali baru keset dicuci, atau jika keset rusak tinggal beli yang baru, dan nasib keset yang lama menunggu nasib di buang ke tempat sampah atau dibakar.
Memperhatikan siklus keset, sungguh terasa menyakitkan. Walaupun sekarang bentuk keset dibuat lucu dengan bentuk yang menarik namun tetap fungsinya sama. Melihat keset yang ada di depan rumah aku jadi belajar tentang apa yang namanya kerendahan diri. Keset tak pernah pandang bulu, tak pernah milih-milih siapa yang mau datang dan menginjakan kaki di keset. Setiap apa yang diberikan oleh orang yang datang entah itu kotoran, debu, air selalu diterima dengan lapang dada. Baru setelah keset terasa penuh sesak oleh kotoran, debu dan air lalu oleh sang pemilik rumah biasanya di jemur di bawah terik mentari untuk menghilangkan air, dikibas-kibaskan untuk menghilangkan kotoran atau dicuci hingga bersih.
Selalu menyimpan setiap perkara dalam hati, selalu mendengarkan apa yang dikeluh kesahkan orang yang selalu datang tanpa pernah mengeluh. Walaupun nasib sering dicampakan jika orang sudah menemukan yang baru, keset tetap menerimanya dengan lapang dada.
Keset tetaplah keset, walaupun engkau sering dicampakan, namun aku yakin ada bagian kecil dari diri orang yang pernah tertinggal dalam dirimu.
Terima kasih atas pelajaran siang ini, aku belajar tentang arti kerendahan hati dan arti selalu menerima dengan lapang hati tanpa pernah mengeluh, walaupun terkadang terasa menyakitkan.
Maaf threadnya berantakan maklum masih Newbie
Terima kasih buat Agan yang sudah mau mampir.