azuladevilAvatar border
TS
azuladevil
Program Terpadu Pengendalian Malaria di Papua
Di Indonesia, sejak tahun 2000 malaria telah mengalami penurunan, dari 3,62 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2000, menjadi 1,85 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2009, kendati penggunaan tehnik baru untuk mengukur insidensi, yakni melalui diagnosis klinis, menunjukkan tingkat prevalensi nasional sebesar 2,89 persen pada 2010.1 Angka tingkat nasional tersebut menyelubungi ketimpangan antara wilayah. Insidensi tertinggi malaria terjadi di Papua dengan angka 31,4 persen. Insidensi paling rendah ada di Bali, dengan 0,3 persen. Jenis malarianya pun berbeda. Di pulau Jawa dan Bali sebagian besar kasus malaria sudah kebal terhadap obat, sementara di pulau-pulau luar kebanyakan
kasus malaria pada umumnya rentan terhadap pengobatan. Jumlah perbandingan anak balita yang menggunakan kelambu yang telah dibubuhi insektisida terus meningkat, dari 7,7 persen pada tahun 2007 menjadi 16 persen pada 2010. Sekitar 32 persen rumah tangga memiliki sejenis kelambu nyamuk, akan tetapi hanya 4 persen rumah
tangga memiliki setidaknya satu kelambu yang pernah dibubuhi obat anti-nyamuk. Kemungkinannya, lebih banyak rumah tangga di daerah pedesaan yang memiliki kelambu yang telah dibubuhi obat anti nyamuk, dibanding rumah tangga di wilayah perkotaan.

Studi Kasus ini membahas kemitraan berlapis untuk memberantas
malaria di Papua, Indonesia. Tingkat pertama kemitraan melibatkan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK). PTFI membentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) LPMAK pada tahun 2002 untuk mengelola Dana Kemitraan bagi Pengembangan Masyarakat miliknya di dalam wilayah
kegiatan PTFI dan sekitarnya. Tingkat kedua adalah antara LPMAK dan dua LSM bidang kesehatan, dimana LPMAK berfungsi sebagai donor maupun sebagai sumber dukungan teknis bagi LSM kesehatan tersebut. Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) dan Yayasan Caritas Timika (YCT) merupakan LSM kesehatan yang bekerja sama
dengan LPMAK untuk memberantas malaria di wilayah Mimika dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Timika merupakan ibukota Kabupaten Mimika di Papua.

Kemitraan berusia tiga tahun antara PTFI/LPMAK dan YPCII sudah ada
sejak tahun 2008. Kemitraan dengan YCT dimulai pada tahun 1999.
Kegiatannya mencakup pendidikan masyarakat tentang pencegahan malaria, pelatihan relawan desa untuk menjamin keberlanjutan dari program pendidikan, penyemprotan secara IRS (Indoor Residual Spraying), pembagian kelambu, survei tes darah untuk memantau penyebaran malaria, pengendalian jentik, dan pengobatan kasus malaria.
Program tersebut telah menjangkau hampir 10.000 orang dan jumlah kasus malaria telah mengalami penurunan sejak 2008. Masyarakat yang berpartisipasi di dalam kegiatan telah meningkat dan survei terhadap sekolah menunjukkan bahwa persentase siswa yang hasil tes darahnya positif terhadap malaria menurun sebanyak 20% antara 2009 dan 2010, dari 12% menjadi 9,55%. Program tersebut menghadapi tantangan cukup besar. Yang utama adalah pemastian keberlanjutan kegiatan. Para mitra bekerja sama dengan pemerintahan daerah (Pemda) setempat yang terbilang baru (dibentuk pada tahun 1999)
agar Pemda mampu mengambil alih tanggung jawab atas permasalahan kesehatan. Mereka tetap menyelenggarakan penguatan layanan kesehatan setempat yang dikelola oleh pemerintahan, termasuk sistem rujukan yang menghubungkan klinik, rumah sakit dan
sarana kesehatan lain di wilayah ini. Para mitra juga tetap bekerja sama dengan masyarakat untuk memperkuat program-program pendidikan yang mendukung perilaku masyarakat dalam rangka pencegahan penyebaran malaria.

Sumber: http://adityadicky.wordpress.com/201...aria-di-papua/
0
1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan