- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kerukunan Antar Umat di Bulan Puasa


TS
iamsteff
Kerukunan Antar Umat di Bulan Puasa
1.Buka Puasa di Bawah Pohon Natal Tertinggi di Indonesia
2. Kristen-Hindu Inisiatif Bentuk Kelompok Jaga Puasa
3. Solidaritas, Warga Tionghoa Bagi-Bagi Paket Ramadan
4. Toleransi Artis di Bulan Puasa
5. Muslim AS Adakan Lomba Fotografi Kerukunan Beragama
6. Di Bulgaria, Muslim dan Kristen Buka Puasa Bersama
7. Ahok akan buka puasa bersama petugas kebersihan Monas
Sumber: dari berbagai sumber
TS minta :



kalo ada acara lain silahkan di tambahkan
Quote:
TEMPO.CO, Manado - Kerukunan antar-umat beragama di Kota Manado, Sulawesi Utara, layak menjadi contoh. Lihat saja pada momen bulan Ramadan, seperti yang sedang berlangsung saat ini.
Umat muslim di Manado sudah biasa melakukan acara buka puasa tepat di bawah pohon Natal. Apalagi, sejak dua tahun belakangan, Pemerintah Kota Manado bekerja sama dengan radio swasta muslim di Manado membuka lokasi kuliner Ramadan tepat berada di bawah pohon Natal tertinggi di Indonesia. Pohon Natal ini sempat meraih rekor MURI beberapa waktu lalu.
Lokasi ini buka pukul 16.00 sampai 21.00 Wita. Para pengunjungnya pun beragam. Tak jarang umat kristiani juga ikut, sekadar mencoba makanan yang dijual atau menemani rekan kerjanya yang berbuka puasa.
”Kerukunan antar-umat beragama di Kota Manado memang sudah sangat terkenal. Dan salah satunya, ya, buka puasa bersama di bawah pohon Natal tertinggi di Indonesia," kata Markus Porawow, warga Manado, kepada Tempo, Selasa sore, 16 Juli 2013.
Wakil Wali Kota Manado Harley A.B. Mangindaan mengatakan, kerukunan antar-umat beragama di Kota Manado harus terus dijaga, termasuk melalui hal-hal kecil seperti buka puasa bersama.
"Torang samua basudara. Itulah slogan yang selama ini kita pegang teguh di Manado dan Sulawesi Utara secara umum. Makanya, setiap tahun, toleransi antar-umat beragama terus kita bina dengan baik," ujar Mangindaan.
Umat muslim di Manado sudah biasa melakukan acara buka puasa tepat di bawah pohon Natal. Apalagi, sejak dua tahun belakangan, Pemerintah Kota Manado bekerja sama dengan radio swasta muslim di Manado membuka lokasi kuliner Ramadan tepat berada di bawah pohon Natal tertinggi di Indonesia. Pohon Natal ini sempat meraih rekor MURI beberapa waktu lalu.
Lokasi ini buka pukul 16.00 sampai 21.00 Wita. Para pengunjungnya pun beragam. Tak jarang umat kristiani juga ikut, sekadar mencoba makanan yang dijual atau menemani rekan kerjanya yang berbuka puasa.
”Kerukunan antar-umat beragama di Kota Manado memang sudah sangat terkenal. Dan salah satunya, ya, buka puasa bersama di bawah pohon Natal tertinggi di Indonesia," kata Markus Porawow, warga Manado, kepada Tempo, Selasa sore, 16 Juli 2013.
Wakil Wali Kota Manado Harley A.B. Mangindaan mengatakan, kerukunan antar-umat beragama di Kota Manado harus terus dijaga, termasuk melalui hal-hal kecil seperti buka puasa bersama.
"Torang samua basudara. Itulah slogan yang selama ini kita pegang teguh di Manado dan Sulawesi Utara secara umum. Makanya, setiap tahun, toleransi antar-umat beragama terus kita bina dengan baik," ujar Mangindaan.
2. Kristen-Hindu Inisiatif Bentuk Kelompok Jaga Puasa
Quote:
Desa Mopuya; Simbol Kerukunan Beragama di Sulut
Mungkin di seluruh dunia, empat rumah ibadah yang berbeda, dan berdiri dalam satu kompleks, hanya ada di Desa Mopuya Selatan, Kecamatan Dumoga Utara, Bolaang Mongondow. Pura, Masjid, Gereja Protestan, dan Gereja Katolik berdiri berdampingan, bukan saja simbol semata. Di bulan Ramadan ini nuansa kerukunan sangat kental.
Editor: Bahtin Razak ;Peliput: Jackly Makarawung
SEJUMLAH tokoh agama Hindu dan Kristen di Desa Mopuya Selatan tampak sibuk mengajak beberapa anggotanya. Di salah satu tempat pertemuan, puluhan orang berkumpul. Mereka membicarakan hal-hal yang perlu disiapkan untuk menjaga keamanan desa.
“Kami membentuk kelompok untuk gantian berjaga selama bulan puasa ini,” ungkap Ketua Jemaat GMIBM Imanuel Mopuya Selatan Pdt Ny R Tololiu-Kapahang STh. Inisiatif membentuk kelompok jaga selama bulan puasa itu murni dari warga jemaat Kristen dan Hindu. “Kami menjaga keamanan untuk semua kegiatan ibadah umat Muslim,” katanya.
Tampak kelompok tersebut bertugas sungguh-sungguh, seperti melindungi umatnya sendiri. Bahkan, jika ada hal yang mengganggu kelancaran ibadah puasa, tak segan kelompok tersebut mengingatkan. “Ini adalah bentuk kerukunan umat beragama di daerah ini. Bukan hanya saat ibadah umat muslim, tapi kegiatan ini dilaksanakan di saat Natal dan Nyepi,” tambah Pdt Tololiu-Kapahang.
Menariknya, saat buka puasa tiba, umat Muslim mengundang umat lain untuk bersama-sama menyantap ta’jil buka puasa. “Kita di sini sama seperti keluarga. Tidak ada lagi rasa canggung, karena kita sudah saling mengerti,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Mopuya, I Wayan Hartana SPd MSi.
Saat salat tarawih, katanya, masyarakat non muslim yang menjaga keamanan di depan Masjid. “Kebersamaan antar umat di desa ini sangatlah erat. Setiap kali ada momentum keagamaan pastinya akan melibatkan pemeluk agama lainnya,” kata Wayan Hartana.
Camat Dumoga Utara I Ketut Kolak SSos mengatakan, kondisi kerukunan antaragama ini telah terbina sejak lama. Katanya, jika ada momen keagamaan, kelompok dari umat lain akan berinisiatif membentuk kelompok jaga keamanan. “Dan kelompok tersebut untuk bulan puasa ini akan bertugas sampai Idul Fitri,” ujar Ketut Kolak.
Direncanakan saat malam takbiran nanti, umat Muslim akan melibatkan massa dari umat Kristen dan Hindu untuk pawai bersama mengelilingi Kecamatan Dumoga Utara dan sekitarnya. “Dan yang menjadi pengawal keamanan pawai tersebut adalah umat Kristen maupun Hindu,” ungkap Darmosinus SPd, tokoh umat Katolik Mopuya Selatan.
Sekadar referensi, Mopuya (kini sudah dimekarkan beberapa desa) adalah bagian dari wilayah Dumoga Bersatu yang merupakan kawasan sawah terluas di Sulut. Mopuya yang berarti merah dalam bahasa Mongondow, awalnya adalah kawasan sawah dan sebagiannya hutan yang dikelola warga Bolaang Mongondow. Kemudian datang warga Kristen dari kampung sekitar yang sudah lebih dulu menggarap sawah di wilayah Dumoga lainnya.
Sebagai wilayah yang luas dan potensial sebagai areal sawah, pemerintah menjadikan kawasan itu, dan juga bagian dari Dumoga, menjadi daerah transmigrasi masyarakat Bali yang terkena imbas meletusnya gunung Agung.
Makin lama makin banyak penduduk, maka masing-masing kelompok agama mendirikan tempat ibadah. Dan kini ada beberapa tempat ibadah, ada ada empat yang berdiri dalam satu kompleks. Yakni Pura Besar Puseh Mopuya, Gereja GMIBM Imanuel, Masjid Al Muhajirin, dan Gereja Katolik Santo Yusuf. Masih ada lagi Masjid Al Hidayah, tapi cukup jauh dari kompleks tersebut. “Kami juga di sini kimpoi mawin, makanya sudah saling terikat,” kata Wayan Hartana.(***)
Mungkin di seluruh dunia, empat rumah ibadah yang berbeda, dan berdiri dalam satu kompleks, hanya ada di Desa Mopuya Selatan, Kecamatan Dumoga Utara, Bolaang Mongondow. Pura, Masjid, Gereja Protestan, dan Gereja Katolik berdiri berdampingan, bukan saja simbol semata. Di bulan Ramadan ini nuansa kerukunan sangat kental.
Editor: Bahtin Razak ;Peliput: Jackly Makarawung
SEJUMLAH tokoh agama Hindu dan Kristen di Desa Mopuya Selatan tampak sibuk mengajak beberapa anggotanya. Di salah satu tempat pertemuan, puluhan orang berkumpul. Mereka membicarakan hal-hal yang perlu disiapkan untuk menjaga keamanan desa.
“Kami membentuk kelompok untuk gantian berjaga selama bulan puasa ini,” ungkap Ketua Jemaat GMIBM Imanuel Mopuya Selatan Pdt Ny R Tololiu-Kapahang STh. Inisiatif membentuk kelompok jaga selama bulan puasa itu murni dari warga jemaat Kristen dan Hindu. “Kami menjaga keamanan untuk semua kegiatan ibadah umat Muslim,” katanya.
Tampak kelompok tersebut bertugas sungguh-sungguh, seperti melindungi umatnya sendiri. Bahkan, jika ada hal yang mengganggu kelancaran ibadah puasa, tak segan kelompok tersebut mengingatkan. “Ini adalah bentuk kerukunan umat beragama di daerah ini. Bukan hanya saat ibadah umat muslim, tapi kegiatan ini dilaksanakan di saat Natal dan Nyepi,” tambah Pdt Tololiu-Kapahang.
Menariknya, saat buka puasa tiba, umat Muslim mengundang umat lain untuk bersama-sama menyantap ta’jil buka puasa. “Kita di sini sama seperti keluarga. Tidak ada lagi rasa canggung, karena kita sudah saling mengerti,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Mopuya, I Wayan Hartana SPd MSi.
Saat salat tarawih, katanya, masyarakat non muslim yang menjaga keamanan di depan Masjid. “Kebersamaan antar umat di desa ini sangatlah erat. Setiap kali ada momentum keagamaan pastinya akan melibatkan pemeluk agama lainnya,” kata Wayan Hartana.
Camat Dumoga Utara I Ketut Kolak SSos mengatakan, kondisi kerukunan antaragama ini telah terbina sejak lama. Katanya, jika ada momen keagamaan, kelompok dari umat lain akan berinisiatif membentuk kelompok jaga keamanan. “Dan kelompok tersebut untuk bulan puasa ini akan bertugas sampai Idul Fitri,” ujar Ketut Kolak.
Direncanakan saat malam takbiran nanti, umat Muslim akan melibatkan massa dari umat Kristen dan Hindu untuk pawai bersama mengelilingi Kecamatan Dumoga Utara dan sekitarnya. “Dan yang menjadi pengawal keamanan pawai tersebut adalah umat Kristen maupun Hindu,” ungkap Darmosinus SPd, tokoh umat Katolik Mopuya Selatan.
Sekadar referensi, Mopuya (kini sudah dimekarkan beberapa desa) adalah bagian dari wilayah Dumoga Bersatu yang merupakan kawasan sawah terluas di Sulut. Mopuya yang berarti merah dalam bahasa Mongondow, awalnya adalah kawasan sawah dan sebagiannya hutan yang dikelola warga Bolaang Mongondow. Kemudian datang warga Kristen dari kampung sekitar yang sudah lebih dulu menggarap sawah di wilayah Dumoga lainnya.
Sebagai wilayah yang luas dan potensial sebagai areal sawah, pemerintah menjadikan kawasan itu, dan juga bagian dari Dumoga, menjadi daerah transmigrasi masyarakat Bali yang terkena imbas meletusnya gunung Agung.
Makin lama makin banyak penduduk, maka masing-masing kelompok agama mendirikan tempat ibadah. Dan kini ada beberapa tempat ibadah, ada ada empat yang berdiri dalam satu kompleks. Yakni Pura Besar Puseh Mopuya, Gereja GMIBM Imanuel, Masjid Al Muhajirin, dan Gereja Katolik Santo Yusuf. Masih ada lagi Masjid Al Hidayah, tapi cukup jauh dari kompleks tersebut. “Kami juga di sini kimpoi mawin, makanya sudah saling terikat,” kata Wayan Hartana.(***)
3. Solidaritas, Warga Tionghoa Bagi-Bagi Paket Ramadan
Quote:
BANDA ACEH- Bulan suci bukan hanya ajang mendekatkan diri pada sang pencipta, tapi juga menjadi momentum untuk mengeratkan solidaritas antar umat beragama.
Seperti dilakukan perhimpunan warga turunan Tionghoa yang mayoritas non-Islam, ikut membagikan 900 paket Ramadan untuk warga Aceh yang sedang beribadah puasa.
"Ini dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, serta menumbuhkan kepedulian dan semangat toleransi dalam kehidupan kerukunan antar umat beragama," kata Ketua Umum Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong, disela pembagian paket Ramadan di Kampong Laksana, Banda Aceh, Minggu (14/7/2013).
Menurutnya, paket bantuan Ramadan yang berisi sembako itu merupakan hasil sumbangan para dermawan dari persaudaraan Hakka di Surabaya, Jakarta, Medan dan Aceh.
Paket itu diberikan kepada 900 keluarga miskin yang ada di Gampong Laksana, Gampong Keuramat, Gampong Mulia, Lampulo, Peunayong, Kecamatan Kuta Alam dan Gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja.
Proses pembagiannya sangat tertib dan nyaris tak ada antrean. Warga datang dengan membawa kupon, kemudian menukarkannya dengan paket tersebut di Sekretariat Hakka dekat Masjid Al Huda Gampong Laksana.
"Harapan kita bantuan ini jangan dinilai dari besar atau kecilnya, namun nilailah dengan ketulusan dan keikhlasan, kepedulian kami untuk sedikit meringankan beban masyarakat kurang mampu dengan tidak membedakan suku, ras, dan agama," sebut pria yang akrab disapa Aky itu.
Warga non-muslim, khususnya turunan Tionghoa, di Banda Aceh hidup berdampingan dengan warga lokal yang mayoritas beragama Islam. Kehidupan antar-umat beragama sangat rukun di provinsi itu, mereka tetap saling menghormati. (kem)
Seperti dilakukan perhimpunan warga turunan Tionghoa yang mayoritas non-Islam, ikut membagikan 900 paket Ramadan untuk warga Aceh yang sedang beribadah puasa.
"Ini dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, serta menumbuhkan kepedulian dan semangat toleransi dalam kehidupan kerukunan antar umat beragama," kata Ketua Umum Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong, disela pembagian paket Ramadan di Kampong Laksana, Banda Aceh, Minggu (14/7/2013).
Menurutnya, paket bantuan Ramadan yang berisi sembako itu merupakan hasil sumbangan para dermawan dari persaudaraan Hakka di Surabaya, Jakarta, Medan dan Aceh.
Paket itu diberikan kepada 900 keluarga miskin yang ada di Gampong Laksana, Gampong Keuramat, Gampong Mulia, Lampulo, Peunayong, Kecamatan Kuta Alam dan Gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja.
Proses pembagiannya sangat tertib dan nyaris tak ada antrean. Warga datang dengan membawa kupon, kemudian menukarkannya dengan paket tersebut di Sekretariat Hakka dekat Masjid Al Huda Gampong Laksana.
"Harapan kita bantuan ini jangan dinilai dari besar atau kecilnya, namun nilailah dengan ketulusan dan keikhlasan, kepedulian kami untuk sedikit meringankan beban masyarakat kurang mampu dengan tidak membedakan suku, ras, dan agama," sebut pria yang akrab disapa Aky itu.
Warga non-muslim, khususnya turunan Tionghoa, di Banda Aceh hidup berdampingan dengan warga lokal yang mayoritas beragama Islam. Kehidupan antar-umat beragama sangat rukun di provinsi itu, mereka tetap saling menghormati. (kem)
4. Toleransi Artis di Bulan Puasa
Quote:
SALING menghormati antarumat beragama lebih terasa pada saat Ramadan. Setidaknya itulah pengakuan Dimas Seto saat berpuasa dengan kekasihnya Christy Karmela yang berbeda agama. Selama Bulan Puasa, Christy biasa menemani Dimas menjalankan ibadah saum dengan tidak makan dan minum di depan pacarnya. Christy juga tak jarang ikut berbuka puasa bersama Dimas. "Selama ini dia memang suka nemenin buka puasa," kata Dimas.
Ibadah puasa memang tak asing buat Christy, terlebih ayahnya Adrie Subono juga beragama Islam. Teman-teman Christy pun banyak yang menjalankan puasa. "Di rumah saya suka nebeng buka puasa," kata Christy.
Sikap toleran juga ditunjukkan Jonathan Frizzy kepada pujaan hatinya Masayu Anastasia yang berpuasa. Bahkan, Jonathan sering mengingatkan Masayu untuk tidak mudah terpancing emosi selama saum. "Kalau lagi Bulan Puasa, dia yang sering ngingetin saya," kata Masayu
Ibadah puasa memang tak asing buat Christy, terlebih ayahnya Adrie Subono juga beragama Islam. Teman-teman Christy pun banyak yang menjalankan puasa. "Di rumah saya suka nebeng buka puasa," kata Christy.
Sikap toleran juga ditunjukkan Jonathan Frizzy kepada pujaan hatinya Masayu Anastasia yang berpuasa. Bahkan, Jonathan sering mengingatkan Masayu untuk tidak mudah terpancing emosi selama saum. "Kalau lagi Bulan Puasa, dia yang sering ngingetin saya," kata Masayu
5. Muslim AS Adakan Lomba Fotografi Kerukunan Beragama
Quote:
Umat Islam di Amerika menjalankan ibadah puasa selama bulan suci Ramadan dengan berbagai cara unik.
Selama bulan suci Ramadan Pusat Kebudayaan Islam di Fresno, California sibuk dengan serangkaian acara yang mempertemukan umat Islam serta menyatukan mereka dengan warga non-Muslim di daerah itu. Seperti dikatakan oleh pemimpin Pusat itu, Imam Seyed Ali Ghazvini, semua kegiatan menitikberatkan pentingnya bergantung pada Tuhan dan beramal kepada sesama.
Salah satu acara unik dari serangkaian kegiatan itu berupa sayembara fotografi dengan berbagai tema, termasuk keyakinan Islam, hormat kepada berbagai agama lain serta para pemeluknya, budaya Islam, dan persatuan serta keberagaman umat Islam.
Seyed Ali Ghazvini, lulusan Universitas Teheran tahun 1990 dalam studi ilmu politik dan penyandang sertifikat Teologi Islam dari Sekolah Tinggi Ilmu Kalam Qum, Iran, menjabat sebagai imam Pusat Kebudayaan Islam Fresno sejak tahun 2004.
Dia fasih berbahasa Arab, Farsi dan Inggris, dan tidak saja aktif dalam berbagai organisasi di Amerika tetapi juga di luar negeri, termasuk menjadi anggota dewan penyantun Universitas Ahlul Bait di Karbala, Irak. Imam Ghazvini juga pernah berpartisipasi dalam lebih dari 35 konferensi berskala nasional dan internasional, termasuk sebuah simposium di Jakarta, mengenai Islam dan Timur Tengah.
Selain memimpin sholat Jumat di Mesjid atau Pusat Kebudayaan Islam itu, Imam Ghazvini juga seorang penggalak dialog antar umat beragama dan kerjasama untuk melindungi keluarga, lingkungan, dan kesadaran perdamaian.
Mengenai salah satu kegiatan selama Ramadan, menurut Imam Ghazvini sayembara fotografi tahun lalu diminati oleh puluhan orang. Menurutnya, foto tidak memerlukan kata-kata dan merupakan bahasa yang mudah dimengerti secara global dan setiap orang dapat memahami serta menghargainya.
Seperti dilansir oleh FreesBee.com, empat foto dipilih sebagai pemenang dalam kontes tahun lalu. Salah satu foto pemenang sayembara itu bisa menjadi bukti dukungannya yang kuat terhadap upaya menggalakkan kerukunan dan dialog antar umat beragama. Dalam foto itu Imam Ghazvini terlihat berjabat tangan dengan Uskup Armando X. Ochoa dari Keuskupan Gereja Katolik di Fresno. Menurutnya, ketika foto itu diambil, Uskup Ochoa baru beberapa bulan bertugas di Fresno. Pendahulunya, Uskup John Steinbeck hadir secara rutin dalam acara-acara selama Ramadan. Menurut Imam Ghazvini, Uskup Ochoa meneruskan tradisi itu. Seperti dilansir oleh FresnoBee.Com, Imam Ghazvini menekankan pentingnya pemahaman bahwa Islam mengajar umatnya agar menghormati berbagai agama dan kepercayaan lain.
Imam Ghazvini juga menyatakan pentingnya ajaran Islam untuk bersedekah, seperti ditunjukkan oleh pemenang lomba foto lainnya di mana seorang bocah berusia delapan tahun memasukkan uang ke dalam kota amal di Pusat itu.
Pemenang lomba foto lainnya adalah tentang keterlibatan seorang anak perempuan sebagai anggota Pusat Kebudayaan Islam Fresno. Dalam foto itu ia menunjukkan kekhusukannya dalam beribadah.
Pemenang lomba foto ke-empat adalah seorang bocah berusia 11 tahun yang mengambil foto neneknya yang sedang mencium tangan sang adik yang berusia sembilan tahun. Hal ini merupakan wujud budaya yang mengajarkan anggota keluarga Muslim saling memberikan salam dengan mencium tangan.
Menurut Seyed Ali Ghazvini, Ramadan merupakan bulan yang sangat sibuk baginya di Pusat Kebudayaan Islam itu. Anggota yang jarang terlihat pada bulan-bulan lain biasanya aktif mengikuti berbagai kegiatan selama Ramadan.
Mengakhiri pembicaraan per telepon dengan Leonard Triyono dari VOA, Imam Ghazvini menyampaikan salam untuk segenap pendengar di Indonesia seraya mengatakan, “agama kita mengajarkan toleransi, perhatian, dan cinta kasih.
Khususnya Ramadan adalah bulan penuh toleransi, persahabatan, dan uluran tangan kepada sesama, dan memperlakukan sesama dengan hormat dan martabat.” Pesan saya, ujarnya, “terus pertahankan sifat-sifat luhur bangsa Indonesia yang ramah tamah, murah hati, serta baik budi, dan terus tunjukkan toleransi kepada sesama, dari kepercayaan apa pun.”
Selama bulan suci Ramadan Pusat Kebudayaan Islam di Fresno, California sibuk dengan serangkaian acara yang mempertemukan umat Islam serta menyatukan mereka dengan warga non-Muslim di daerah itu. Seperti dikatakan oleh pemimpin Pusat itu, Imam Seyed Ali Ghazvini, semua kegiatan menitikberatkan pentingnya bergantung pada Tuhan dan beramal kepada sesama.
Salah satu acara unik dari serangkaian kegiatan itu berupa sayembara fotografi dengan berbagai tema, termasuk keyakinan Islam, hormat kepada berbagai agama lain serta para pemeluknya, budaya Islam, dan persatuan serta keberagaman umat Islam.
Seyed Ali Ghazvini, lulusan Universitas Teheran tahun 1990 dalam studi ilmu politik dan penyandang sertifikat Teologi Islam dari Sekolah Tinggi Ilmu Kalam Qum, Iran, menjabat sebagai imam Pusat Kebudayaan Islam Fresno sejak tahun 2004.
Dia fasih berbahasa Arab, Farsi dan Inggris, dan tidak saja aktif dalam berbagai organisasi di Amerika tetapi juga di luar negeri, termasuk menjadi anggota dewan penyantun Universitas Ahlul Bait di Karbala, Irak. Imam Ghazvini juga pernah berpartisipasi dalam lebih dari 35 konferensi berskala nasional dan internasional, termasuk sebuah simposium di Jakarta, mengenai Islam dan Timur Tengah.
Selain memimpin sholat Jumat di Mesjid atau Pusat Kebudayaan Islam itu, Imam Ghazvini juga seorang penggalak dialog antar umat beragama dan kerjasama untuk melindungi keluarga, lingkungan, dan kesadaran perdamaian.
Mengenai salah satu kegiatan selama Ramadan, menurut Imam Ghazvini sayembara fotografi tahun lalu diminati oleh puluhan orang. Menurutnya, foto tidak memerlukan kata-kata dan merupakan bahasa yang mudah dimengerti secara global dan setiap orang dapat memahami serta menghargainya.
Seperti dilansir oleh FreesBee.com, empat foto dipilih sebagai pemenang dalam kontes tahun lalu. Salah satu foto pemenang sayembara itu bisa menjadi bukti dukungannya yang kuat terhadap upaya menggalakkan kerukunan dan dialog antar umat beragama. Dalam foto itu Imam Ghazvini terlihat berjabat tangan dengan Uskup Armando X. Ochoa dari Keuskupan Gereja Katolik di Fresno. Menurutnya, ketika foto itu diambil, Uskup Ochoa baru beberapa bulan bertugas di Fresno. Pendahulunya, Uskup John Steinbeck hadir secara rutin dalam acara-acara selama Ramadan. Menurut Imam Ghazvini, Uskup Ochoa meneruskan tradisi itu. Seperti dilansir oleh FresnoBee.Com, Imam Ghazvini menekankan pentingnya pemahaman bahwa Islam mengajar umatnya agar menghormati berbagai agama dan kepercayaan lain.
Imam Ghazvini juga menyatakan pentingnya ajaran Islam untuk bersedekah, seperti ditunjukkan oleh pemenang lomba foto lainnya di mana seorang bocah berusia delapan tahun memasukkan uang ke dalam kota amal di Pusat itu.
Pemenang lomba foto lainnya adalah tentang keterlibatan seorang anak perempuan sebagai anggota Pusat Kebudayaan Islam Fresno. Dalam foto itu ia menunjukkan kekhusukannya dalam beribadah.
Pemenang lomba foto ke-empat adalah seorang bocah berusia 11 tahun yang mengambil foto neneknya yang sedang mencium tangan sang adik yang berusia sembilan tahun. Hal ini merupakan wujud budaya yang mengajarkan anggota keluarga Muslim saling memberikan salam dengan mencium tangan.
Menurut Seyed Ali Ghazvini, Ramadan merupakan bulan yang sangat sibuk baginya di Pusat Kebudayaan Islam itu. Anggota yang jarang terlihat pada bulan-bulan lain biasanya aktif mengikuti berbagai kegiatan selama Ramadan.
Mengakhiri pembicaraan per telepon dengan Leonard Triyono dari VOA, Imam Ghazvini menyampaikan salam untuk segenap pendengar di Indonesia seraya mengatakan, “agama kita mengajarkan toleransi, perhatian, dan cinta kasih.
Khususnya Ramadan adalah bulan penuh toleransi, persahabatan, dan uluran tangan kepada sesama, dan memperlakukan sesama dengan hormat dan martabat.” Pesan saya, ujarnya, “terus pertahankan sifat-sifat luhur bangsa Indonesia yang ramah tamah, murah hati, serta baik budi, dan terus tunjukkan toleransi kepada sesama, dari kepercayaan apa pun.”
6. Di Bulgaria, Muslim dan Kristen Buka Puasa Bersama
Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Warga Muslim dan Kristen di Bulgaria berkumpul menikmati buka puasa bersama di acara antaragama di bulan suci Ramadhan.
"Kami membawa Muslim dan Kristen bersama-sama dan menciptakan suasana yang indah dalam menyediakan makanan lezat," ujar Wali Kota Provinsi Mestan, Mehmet Akif Akif.
Menurut wali kota, Muslim dan Kristen tidak memiliki masalah di kota. Seperti jutaan Muslim di seluruh dunia, Bulgaria mulai puasa pada Rabu, 10 Juli. Mufti regional, Kardzhali Beyhan Mehmed, mengatakan orang-orang yang tertarik membaca alquran dan doa malam berduyun-duyun ke masjid.
Namun, makanan berbuka antaragama menambahkan rasa khusus untuk Ramadhan tahun ini. Warga Bulgaria, Stanka Miteva, mengatakan pengalaman itu sungguh mencerahkan.
"Kami hidup bersama dalam damai," ujarnya dikutip OnIslam. Menurut angka resmi, Muslim membuat lebih dari 12 persen dari 7,8 juta penduduk Bulgaria
Namun, Fatwa House mencatat persentase yang lebih tinggi, yakni mencapai 25 persen. Mereka hidup berdampingan dengan rekan-rekan Kristen dalam budaya yang dikenal sebagai "komshuluk" atau hubungan bertetangga.
"Kami membawa Muslim dan Kristen bersama-sama dan menciptakan suasana yang indah dalam menyediakan makanan lezat," ujar Wali Kota Provinsi Mestan, Mehmet Akif Akif.
Menurut wali kota, Muslim dan Kristen tidak memiliki masalah di kota. Seperti jutaan Muslim di seluruh dunia, Bulgaria mulai puasa pada Rabu, 10 Juli. Mufti regional, Kardzhali Beyhan Mehmed, mengatakan orang-orang yang tertarik membaca alquran dan doa malam berduyun-duyun ke masjid.
Namun, makanan berbuka antaragama menambahkan rasa khusus untuk Ramadhan tahun ini. Warga Bulgaria, Stanka Miteva, mengatakan pengalaman itu sungguh mencerahkan.
"Kami hidup bersama dalam damai," ujarnya dikutip OnIslam. Menurut angka resmi, Muslim membuat lebih dari 12 persen dari 7,8 juta penduduk Bulgaria
Namun, Fatwa House mencatat persentase yang lebih tinggi, yakni mencapai 25 persen. Mereka hidup berdampingan dengan rekan-rekan Kristen dalam budaya yang dikenal sebagai "komshuluk" atau hubungan bertetangga.
7. Ahok akan buka puasa bersama petugas kebersihan Monas
Quote:
Pada bulan Ramadan ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sering menggelar acara buka puasa bersama. Hari ini, Ahok akan menggelar buka puasa bersama penyapu jalan dan petugas kebersihan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (19/7).
Kemarin, Ahok juga menggelar buka puasa bersama PNS di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Di sela-sela acara buka puasa, Ahok mengatakan jika ada orang mengalami kesusahan silakan melaporkan kepadanya.
Kesusahan yang dimaksud adalah apabila tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah. "Karena biasanya yang jadi masalah ada orangtua yang khawatir anaknya bisa saja tidak lanjut sekolah di masa transisi sekolahnya. Kadang juga mereka dibagikan KJP nanti setelah masuk sekolah," ucap Ahok di Kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Jakarta, Rabu (17/7).
Sementara itu, apabila masyarakat di sekitarnya ada yang sakit dan tidak bisa berobat ke rumah sakit, Basuki mengimbau untuk segera melaporkan ke RT/RW/Lurah/Camat setempat agar segera mendapat fasilitas Kartu Jakarta Sehat (KJS). Dengan itu, maka warga dapat berobat secara gratis di Puskesmas terdekat.
"Makanya kalau terjadi masalah apa saja, kasih tahu ke kami. Saya tidak mau ngomong panjang lagi, biar nanti Pak ustaz beri tausiah yang lebih panjang lagi. Semoga kita dapat lebih peduli sesama warga sekitar kita," jelasnya.
Politikus Partai Gerindra ini mengaku rasa kepedulian dalam bulan Ramadan harus lebih ditingkatkan. Karena, kata dia, tidak semua orang peduli dengan orang miskin.
"Kalau kata pedagang, paling enak bulan Ramadan, karena untungnya besar. Kalau saja kita bisa lebih peduli pada orang sekitar kita, pasti akan lebih baik," katanya.
Kemarin, Ahok juga menggelar buka puasa bersama PNS di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Di sela-sela acara buka puasa, Ahok mengatakan jika ada orang mengalami kesusahan silakan melaporkan kepadanya.
Kesusahan yang dimaksud adalah apabila tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah. "Karena biasanya yang jadi masalah ada orangtua yang khawatir anaknya bisa saja tidak lanjut sekolah di masa transisi sekolahnya. Kadang juga mereka dibagikan KJP nanti setelah masuk sekolah," ucap Ahok di Kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Jakarta, Rabu (17/7).
Sementara itu, apabila masyarakat di sekitarnya ada yang sakit dan tidak bisa berobat ke rumah sakit, Basuki mengimbau untuk segera melaporkan ke RT/RW/Lurah/Camat setempat agar segera mendapat fasilitas Kartu Jakarta Sehat (KJS). Dengan itu, maka warga dapat berobat secara gratis di Puskesmas terdekat.
"Makanya kalau terjadi masalah apa saja, kasih tahu ke kami. Saya tidak mau ngomong panjang lagi, biar nanti Pak ustaz beri tausiah yang lebih panjang lagi. Semoga kita dapat lebih peduli sesama warga sekitar kita," jelasnya.
Politikus Partai Gerindra ini mengaku rasa kepedulian dalam bulan Ramadan harus lebih ditingkatkan. Karena, kata dia, tidak semua orang peduli dengan orang miskin.
"Kalau kata pedagang, paling enak bulan Ramadan, karena untungnya besar. Kalau saja kita bisa lebih peduli pada orang sekitar kita, pasti akan lebih baik," katanya.
Sumber: dari berbagai sumber
TS minta :




kalo ada acara lain silahkan di tambahkan
0
4.8K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan