Dalam beberapa bulan terakhir, persoalan kebutuhan pangan, khususnya yang menyangkut masalah tingginya harga bahan pangan kebutuhan pokok, mendapat sorotan berbagai pihak. Pemerintah selalu menempatkan rendahnya tingkat produktivitas sebagai masalah dasar meroketnya harga bahan pangan di dalam negeri.

Pemerintah dinilai harus bisa belajar dan mengambil contoh peningkatan produktivitas pangan di China, Thailand, dan Taiwan serta beberapa negara tropis Amerika Latin. Negara-negara tersebut terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian dengan penerapan teknologi melalui skema pembiayaan yang terjangkau petani.

"Dengan input dan inovasi pendanaan yang lebih terjangkau maka masalah ketergantungan bahan pangan terhadap faktor cuaca dan musim diyakini bisa teratasi," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (20/7).

Suryo melihat, kenaikan harga bahan pangan dapat menjadi kontributor terbesar terhadap inflasi. Dia memprediksi, inflasi bisa menyentuh 9 persen atau lebih karena dipicu kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak turunannya.

"Selain BBM, kenaikan harga bahan pangan juga dipengaruhi faktor cuaca, yang tidak menentu yang menyebabkan pasokan bahan-bahan pangan seperti padi, cabai, bawang merah, buah, sayur mayur dan hasil pertanian lain kacau," ujarnya.

Bicara mengenai masalah pasokan pangan, sesungguhnya tidak hanya terjadi pada tahun ini saja. Masalah ini selalu terjadi setiap tahun dan menjadi masalah struktural dalam penyediaan pangan di Indonesia.

"Sayangnya, selama ini permasalahan pangan hanya diatasi secara 'ad hock', antara lain dengan impor, intervensi pasar dan bahkan dengan menyelenggarakan pasar murah dan sejenisnya", tegasnya.

Untuk itu, pihaknya melihat perlunya mencari solusi mendasar agar proses produksi pertanian oleh petani kecil tidak tergantung pada cuaca dan musim. Salah satunya dengan input pendanaan yang terjangkau.

http://www.merdeka.com/uang/soal-pan...nd-taiwan.html