Quote:
Saya ingin sedikit berbagi kisah hidup kepada pelajar-pelajar di Indonesia, agar dapat merenungi bahwa Tawuran adalah kegiatan yang sangat-sangat merugikan. So, silahkan disimak
Quote:
Rabu, 25 November 2009 – Suatu pagi di bilangan Jakarta Selatan
Mentari baru saja tergelincir dari peraduannya, memancarkan rona jingga di ufuk timur bumi nusantara, membawa sepotong harapan bagi siapa saja anak adam yang hendak mencari rizki dari-Nya. Tak ada yang salah dengan Ibukota pagi itu, hiruk pikuk orang yang hilir mudik memulai aktifitas berjalan seperti hari-hari biasanya.
Hanya saja pagi ini kurasakan denyut jantungku berdegup lebih kencang, tidak seperti biasa.
Kupercepat derap langkahku menuju tempat itu, tempat dimana anak-anak STM musuh bebuyutan sekolahku biasa menunggu bis tiap pagi yang sedianya akan mengantarkan mereka menuju tempat ibadah paling mulia ~
Sekolah.
Quote:
Arloji pemberian ayah yang sudah setia menghiasi pergelanganku selama kurang lebih 3 tahun ini menunjukkan pukul 5.15 WIB, dan aku sudah sampai di tempat tujuanku untuk menunggu kedatangan mereka.
Pas sekali dan mereka belum datang, ujarku lirih dengan senyum kecut mengetahui semua rencanaku berjalan tanpa hambatan.
Quote:
20 menit berselang, dari kejauhan tampak segerombolan anak-anak sekolah STM berseragam biru, lengkap dengan atributnya, berduyun-duyun menghampiriku. Kutaksir terdapat setidaknya delapan anak sekolah yang kini hanya terpaut beberapa meter saja dari tempatku berdiri mematung.
Wah nyayur nih, seloroh salah satu dari mereka yang mana jika kuperhatikan sepertinya ia adalah ketua kelompoknya.
Quote:
Singkat cerita, Emosi dan setan telah menguasai kami, baik diriku ataupun mereka. Hingga akhirnya tawuran diantara kami pun pecah dan tak dapat terhindarkan, bahkan kami tidak lagi memperdulikan lingkungan sekitar yang saat itu memang tidak terlalu ramai. Tawuran itu berlangsung cepat, bahkan secara tidak sadar ternyata aku telah melukai lengan salah satu dari mereka. Ya, kali itu aku memang membawa benda yang tidak seharusnya aku bawa ke sekolah, karena benda itu sangat membahayakan.
Quote:
Saking kalapnya, kala melihat kondisiku tengah berada di ambang kemenangan, aku secara membabi buta mengejar mereka. Hingga kedelapan anak tersebut lari terbirit-birit berusaha menghindar dariku. Bahkan salah satu anak yang terluka lengannya akibat ulahku, menjadi yang paling ku incar, karena memang larinya sedikit terseok-seok dan tertinggal dari beberapa rekannya.
Quote:
Quote:
Petaka justru datang saat aku tengah mengejar musuhku yang dalam kondisi terdesak, dengan posisi mengacungkan benda tajam ke arah mereka, aku berusaha memburu musuh-musuhku. Namun ternyata, tak kuduga dari seberang jalan terlihat seseorang laki-laki paruh baya berlari menghampiriku. Dengan cekatan, ia segera meninjuku hingga aku tersungkur dibuatnya. Belum sempat aku melihat dengan jelas siapa dirinya, bogem mentah mendarat bertubi-tubi di tubuhku. Bahkan tak jarang ia menggunakan kakinya untuk melumpuhkanku.
Aku baru bisa memastikan bahwa ia adalah ayahku setelah ia bersuara, nadanya sangat meninggi pertanda ia sedang dikuasai oleh emosi. Aku lupa, rupanya ia tengah lari pagi dan membeli Koran di dekat tempat kejadian pacahnya tawuranku. Bahkan aku lupa bahwa aku juga dengan buasnya mengejar dan mengacungkan senjata tajam ke arah orang lain yang sudah tak berdaya karena setan sudah menguasai diriku.
Quote:
Lalu Ayah membawaku pulang, aku benar-benar dihajar tanpa ampun. Ia terlihat sangat murka melihat anaknya yang sudah susah payah dibiayai sekolah, tetapi justru melakukan tindakan amoral dan sangat memalukan ini. Akupun di usir dari rumah, meski ibu dengan berat hati melepas kepergianku.
Aku pun keluar dari rumah tanpa punya tujuan yang jelas.
Semua kawan yang sekiranya bisa membantu, mulai kudatangi. Dengan harapan bisa menumpang, agar aku tetap dapat bersekolah seperti biasanya. Alhamdulillah, berkat bantuan Allah SWT, aku mendapat tumpangan di salah satu temanku. Aku pun dapat kembali bersekolah, semua tugas-tugas seperti fisika, kimia dan lainnya dapat ku kejar meski dengan meminjam buku di perpustakaan.
![[BBM Competition] Percayalah, Tawuran itu menyengsarakan](https://s.kaskus.id/images/2013/07/16/2819499_20130716041946.gif)
Namun aku bukan tinggal diam saja menerima nasib bahwa aku diusir dari rumah. Aku tetap memikirkan berbagai cara agar dapat meminta maaf ke ayah, meski peluangnya sangat kecil mengingat ayah adalah orang dengan temperamen yang tinggi dan mudah disulut emosinya. Berbekal uang seadanya dan sepedah bantuan "meminjam" temanku, sehabis pulang sekolah, aku rela mondar mandir dari sekolahku di bilangan Jakarta Selatan menggowes sepeda menuju rumah om-ku di bilangan Jakarta Timur yang nyaris berbatasan dengan bekasi. Semua ini aku lakukan agar aku dapat menghubungi ayahku melalui beliau (Om-ku) yang berperan sebagai penjembatan dan mediator bagiku untuk mengutarakan peremintaan maafku pada ayah.
Pulang larut malam, lupa tidak makan dan semua penderitaan ini sudah tak kuhiraukan lagi. Karena hanya satu yang menyedot pikiranku, ialah Meminta maaf pada diriku sendiri yang telah berbuat bodoh, baik yang kusengaja ataupun tidak kusengaja, dan meminta maaf kepada ayahku beserta keluargaku yang sudah berhasil aku kecewakan dan aku sakiti.
Namun sekali lagi, aku merasa beruntung memiliki om yang dapat mengerti keadaanku. Dengan sejuta bujuk rayunya. Akhirnya aku berkesempatan untuk meminta maaf pada ayahku.
Akupun diberi sebuah kesempatan terakhir untuk memohon maaf atas semua kesalahan dan tindakan khilafku dalam sebuah diskusi hening keluarga besarku. Terlihat sangat mudah, namun realitanya sangatlah jauh dari harapan. Ditengah kedinginan yang tercipta, aku berusaha mencairkan suasana dengan membuka sedikit obrolan. Namun ayah masih tetap saja bersikap dingin meski ibu sudah berusaha membantu mencairkan suasana. Kembali lagi, berkat bantuan om-ku, pada akhirnya semua mengalir dengan mudah. Sebagai orang yang sudah sangat hapal dengan watak dan karakteristik ayahku, tidak menjadi sulit baginya untuk membujuk ayahku agar bersedia sedikit melunakan emosi dan ego-nya.
Momen seremoni meminta maaf ini nantinya akan sangat berperan besar dan memiliki arti mendalam bagi hidupku. Karena momen berbagi maaf (antara permintaan maaf kepada diriku, ataupun permintaan maafku kepada orang lain) tersebut, menjadi sebuah titik balik bagiku untuk lebih memahami karakter ayah, terlebih aku mampu memaksimalkan semua potensi didalam diriku. Di luar hal tersebut, Aku terharu, ternyata jauh di lubuk hati ayah yang keras, terbesit kelembutan dan Jiwa Besar ayah yang mau mengikis ego-nya untuk memaafkanku.
Quote:
Aku mendapat pelajaran sangat berharga dari kejadian tersebut. Bahkan, selama aku berada di pengasingan pasca pengusiran tersebut, aku menemukan bakat terpendamku ~ Menulis. Ya passion menulis yang selama ini belum kutemukan, semakin terasah saat aku berada dalam kesendirian. Imajinasiku semakin berkembang, terlebih aku semakin rajin membaca saat berada dalam pengasingan.
Alhasil kini aku memetik hasilnya, sudah 2 tahun belakangan aku kerap menulis untuk kolom opini atau analisis di beberapa media massa cetak nasional. Tak jarang tulisanku dimuat menjadi headline di halaman depan salah satu media massa cetak nasional yang sudah eksis sejak jaman Orde Baru. Berikut beberapa tulisanku yang menghiasi halaman depan Koran tersebut
Quote:
Bahkan hubunganku dengan kedua orang tuaku semakin harmonis saja, hubungan kami seperti tidak ada lagi batasan antara anak dan orang tua. Aku dan ayahku kini berpartner dalam sebuah perusahaan. Meski terkadang sering terjadi adu argumen dalam setiap pengambilan keputusan, namun itu menjadi pelengkap keluarga kami. Ya, inilah kenyataan yang terjadi sekarang. Ternyata dibalik musibah itu, Allah SWT telah mempersiapkan skenario terbaiknya untuk hambanya ini.
Namun, masih ada satu hal yang menjadi ganjalan di hatiku. Aku ingin sekali meminta maaf kepada orang-orang yang pernah aku sakiti, terutama anak STM yang pernah menjadi musuhku itu. Aku sudah berusaha mencarinya sebaik usahaku, namun sampai saat ini aku belum dipertemukan olehnya. Aku bersedia memberikan ganti rugi yang sudah dideritanya. Karena aku tahu betapa besar kerugian yang di alaminya. Mungkin saja, dengan aku membuat thread seperti ini, aku dipertemukan dengan orang tersebut. Sehingga hatinya dapat tersentuh untuk memberikan maafnya padaku. Karena bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah, dimana kita harus saling memaafkan.
Pesan :
Tolong STOP/Hentikan kekerasan pada anak-anak, terutama pelajar usia sekolah. STOP/Hentikan Tawuran dan aksi-aksi anarkisme amoral lainnya. karena kalian adalah generasi penerus bangsa.
Tolong pikirkan kembali dengan matang, apa kerugian yang dirasakan oleh korban luka atau meninggal akibat tawuran ?
bagaimana masa depan anak yang menderita cacat buah dari tawuran tersebut ?
apa yang dirasakan oleh sanak keluarga, baik korban atau pelaku tawuran itu sendiri saat mendapati anaknya yang sudah susah payah dibiayai orang tua untuk menuntut ilmu, justru disalah gunakan dengan aksi tawuran yang sangat merugikan itu ?
Permasalahan Tawuran ini tak ubahnya seperti
"Bara Dalam Sekam", dimana dendam kesumat telah menjadi tradisi dan diwariskan secara turun temurun kepada adik-adik kelas penerus kita. Oleh karenanya meski terkadang tidak ada penyebab pasti pemicu pecahnya Tawuran, namun insiden seperti ini justru berulang secara terus menerus tanpa mampu dikendalikan, baik oleh kita sendiri, masyarakat ataupun pihak berwajib.
Untuk memutus mata rantai tindakan anarkisme dan kekerasan pada anak seperti ini, terdapat satu hal yang sangat dibutuhkan oleh kita semua, yakni sebuah
Jiwa Besar & Patriotisyang harus dipupuk dan ditanamkan dalam diri. Semuanya pun dimulai dari dalam diri kita sendiri terlebih dahulu. Sebab pangkal dari semuanya adalah keengganan, ketidakmampuan, dan kekalahan kita (diri sendiri) dalam memerangi dan mengalahkan hawa nafsu yang menguasai jalan pikiran dan logika kita dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Jiwa Besar & Sikap Ksatria itu tidak harus selalu melakukan aksi heroik. Salah satunya dengan berusaha memaafkan diri sendiri dan orang lain yang tak lain bertujuan untuk mengalahkan hawa nafsu. Sehingga rantai dendam kesumat penyebab tawuran dapat diputus selamanya. Mengingat Kekerasan sangat bertentangan dengan norma dan nilai-nilai luhur budaya kita, bahkan sangat bertentangan dengan sifat dasar manusia yang "
Belas Kasih", dimana merupakan sifat turunan murni dari Sang Pencipta.
Ingat !!!
"Generasi Primitif"
adalah mereka yang merasa gagah dan tak pernah merasa salah, padahal menghadapi dirinya sendiri mereka kalah
Bahkan, ada sebuah pepatah tak baku bagi seorang petualang, yakni :
"Bukanlah puncak gunung, debur ombak, tebing karang ataupun binatang buas dan alam liar yang kami taklukan. Melainkan diri kami sendiri"
Menghabiskan waktu dengan kegiatan positif justru lebih baik ketimbang menghabiskan waktu untuk kegiatan merugikan seperti Tawuran. Kalo saya, lebih senang bertualang di alam bebas, selain bisa mensyukuri ciptaan Tuhan.
Quote:
Saya juga dapat menemukan ide ide fresh untuk menulis. Oya, menulis itu bisa menghasilkan uang lhoo !!
Beneran !!
So, jangan ragu untuk jadi penulis. Ekspresikan semua isi hatimu dalam sebuah tulisan. Dan yang lebih penting adalah
Keep Writing and Sharing @
Quote:
Maaf yaa kalo Trit nya Kepanjangan 
Terima Kasih
![[BBM Competition] Percayalah, Tawuran itu menyengsarakan](https://s.kaskus.id/images/2013/07/16/2819499_20130716042559.png)
Quote:
"Cerita yang saya posting disini berasal dari pengalaman saya sendiri: Yusuf Maulana Putra, tidak melanggar hak cipta pihak manapun dan diperbolehkan untuk dipublikasikan di Forum KASKUS".