- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Derita Nenek Kampung Pulo, Tidur Basah-basahan Kayak Ikan


TS
jajang100
Derita Nenek Kampung Pulo, Tidur Basah-basahan Kayak Ikan
Jakarta - Suara tangis menyeruak dari nenek tua, warga Kampung Pulo, yang sedih karena rumahnya hampir ambruk. Genangan air yang rutin datang saat kali Ciliwung meluap telah membuat kayu yang menyangga sebagian besar rumah nenek tua yang bernama Saanih itu lapuk.
Keriput sudah mendominasi kulit coklat nenek berusia 66 tahun itu, hatinya pun sepertinya sudah tidak tahan lagi menghadapi 'teror' banjir yang datang tanpa menyapa. Saat Ciliwung di depan rumahnya meluap atau saat hujan turun, Saanih juga harus tergopoh-gopoh menghindari tetesan air dari atap rumah 2 lantainya yang bocor.
"Kalau di luar hujan, di dalam juga hujan. Nih terpalnya juga sudah penuh air," tuturnya kepada detikcom, Sabtu (13/07/2013), dengan tangis tertahan.
Di rumah seluas 50 meter, Saanih harus tinggal bersama anak, cucu, cicit dan menantu dari cucunya. Ia mengaku bahwa hidupnya hanya bergantung pada cucunya yang memiliki penghasilan Rp 40 ribu per hari.
Saanih selalu membayangkan mendapat bantuan, seperti uang dan perabot rumah tangga. Ia menceritakan bagaimana kondisinya saat hujan datang, di mana seluruh keluarganya harus mencari tempat kering untuk sekedar berteduh.
Saanih berharap ada yang memberikan bantuan sembako atau uang untuk memperbaiki atapnya yang bocor. Kondisi rumah yang setengahnya sudah ambruk akibat banjir pada Januari kemarin membuat hidup Saanih semakin sulit.
"Untuk tidur saja hanya beralaskan karpet pemberian tetangga," ujar Saanih di rumahnya yang berjarak 500 meter dari Terminal Kampung Melayu.
Meskipun telah menghuni rumah itu selama 20 tahun, dia tidak menolak apabila dipindahkan. Asal ada uang pengganti. Apalagi, Saanih mengaku memiliki rumah tersbeut dengan surat yang sah.
"Kalau hujan, terkena tampias dan atap bocor sehingga terbangun. Tidur sambil basah-basahan kayak ikan," kata Saanih sambil menangis.
"Kalau buat cucu saya pindah keatas cari tempat kering. Saya nggak ingin apa-apa, cuma ingin rumah nggak bocor," sambung Saanih sambil terisak.
Kondisi lantai 2 rumah Saanih tampak sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dari terpal-terpal yang bocor dan kayu-kayu yang sudah rapuh. Saanih sangat berharap ada dermawan yang memperbaiki rumahnya. Apabila menunggu digusur, ia takut rumah tersebut akan ambruk.
"Tiap malam saya sholat malam dan berdoa supaya ada (pejabat) yang mengontrol. Mudah-mudahan ini pencerahan, masuk berita dan ada yang mau bantu," ujar Saanih yang tinggal di jalan Kampung Pulo Dalam Rt 12/ 03 No 55, Jakarta Timur.
Apabila ada yang ingin membantu, Saanih sangat terbuka. Kebutuhan yang paling mendesak yaitu untuk memperbaiki balok-balok penahan atap.
[url]http://news.detik..com/read/2013/07/13/173725/2301797/10/derita-nenek-kampung-pulo-tidur-basah-basahan-kayak-ikan?n991102605[/url]
Ayo Pak Jokowi..mana Camat dan Lurahnya
Keriput sudah mendominasi kulit coklat nenek berusia 66 tahun itu, hatinya pun sepertinya sudah tidak tahan lagi menghadapi 'teror' banjir yang datang tanpa menyapa. Saat Ciliwung di depan rumahnya meluap atau saat hujan turun, Saanih juga harus tergopoh-gopoh menghindari tetesan air dari atap rumah 2 lantainya yang bocor.
"Kalau di luar hujan, di dalam juga hujan. Nih terpalnya juga sudah penuh air," tuturnya kepada detikcom, Sabtu (13/07/2013), dengan tangis tertahan.
Di rumah seluas 50 meter, Saanih harus tinggal bersama anak, cucu, cicit dan menantu dari cucunya. Ia mengaku bahwa hidupnya hanya bergantung pada cucunya yang memiliki penghasilan Rp 40 ribu per hari.
Saanih selalu membayangkan mendapat bantuan, seperti uang dan perabot rumah tangga. Ia menceritakan bagaimana kondisinya saat hujan datang, di mana seluruh keluarganya harus mencari tempat kering untuk sekedar berteduh.
Saanih berharap ada yang memberikan bantuan sembako atau uang untuk memperbaiki atapnya yang bocor. Kondisi rumah yang setengahnya sudah ambruk akibat banjir pada Januari kemarin membuat hidup Saanih semakin sulit.
"Untuk tidur saja hanya beralaskan karpet pemberian tetangga," ujar Saanih di rumahnya yang berjarak 500 meter dari Terminal Kampung Melayu.
Meskipun telah menghuni rumah itu selama 20 tahun, dia tidak menolak apabila dipindahkan. Asal ada uang pengganti. Apalagi, Saanih mengaku memiliki rumah tersbeut dengan surat yang sah.
"Kalau hujan, terkena tampias dan atap bocor sehingga terbangun. Tidur sambil basah-basahan kayak ikan," kata Saanih sambil menangis.
"Kalau buat cucu saya pindah keatas cari tempat kering. Saya nggak ingin apa-apa, cuma ingin rumah nggak bocor," sambung Saanih sambil terisak.
Kondisi lantai 2 rumah Saanih tampak sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dari terpal-terpal yang bocor dan kayu-kayu yang sudah rapuh. Saanih sangat berharap ada dermawan yang memperbaiki rumahnya. Apabila menunggu digusur, ia takut rumah tersebut akan ambruk.
"Tiap malam saya sholat malam dan berdoa supaya ada (pejabat) yang mengontrol. Mudah-mudahan ini pencerahan, masuk berita dan ada yang mau bantu," ujar Saanih yang tinggal di jalan Kampung Pulo Dalam Rt 12/ 03 No 55, Jakarta Timur.
Apabila ada yang ingin membantu, Saanih sangat terbuka. Kebutuhan yang paling mendesak yaitu untuk memperbaiki balok-balok penahan atap.
[url]http://news.detik..com/read/2013/07/13/173725/2301797/10/derita-nenek-kampung-pulo-tidur-basah-basahan-kayak-ikan?n991102605[/url]
Ayo Pak Jokowi..mana Camat dan Lurahnya
0
933
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan