- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SARA Singakatan Dari


TS
boeladiegh
SARA Singakatan Dari
Spoiler for Iseng:
Ngobrol Bareng maaf kalau GARING gan 

Quote:
Sering kali kita mendengar istilah SARA yang kadang-kadang bisa bikin kuping jadi panas atau kalau di forum-forum bisa menjadi suatu bahasan yang pada akhirnya akan menuju ke penutupan thread yang mengandung unsur SARAnya saling hina menghina sehingga akan terjadi perpecahan disuatu bangsa bahkan tidak menutup kemungkinan bisa terjadi perang saudara
Quote:
SARA yang terdiri dari 4 huruf merupakan sebuah singkatan yaitu huruf pertama S (Suku) kalau disunda suku artinya kaki
. S = Suku adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Huruf kedua adalah A (Agama). Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya. Huruf yang ketiga adalah R (RAS). Ras (dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar") adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal-usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama. Arti "ras" ini masih digunakan dalam antropologi forensik (dalam menganalisa sisa tulang), penelitian biomedis dan kedokteran berdasarkan asal-usul. Huruf yang keempat adalah A (Antar golongan) merupakan suatu kelompok atau suatu organisasi dalam masyarakat sehingga menjadikan masyarakat terpecah-pecah

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya. Huruf yang ketiga adalah R (RAS). Ras (dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar") adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal-usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama. Arti "ras" ini masih digunakan dalam antropologi forensik (dalam menganalisa sisa tulang), penelitian biomedis dan kedokteran berdasarkan asal-usul. Huruf yang keempat adalah A (Antar golongan) merupakan suatu kelompok atau suatu organisasi dalam masyarakat sehingga menjadikan masyarakat terpecah-pecah
Dari Berbagai Sumber



Spoiler for Sejarah SARA:
Sejarah munculnya SARA sesungguhnya merupakan warisan dari kolonialisme Belanda, dimana saat itu hubungan antara golongan pribumi (Jawa, Melayu) dan nonpribumi (Tionghoa/China) coba dipecah belah oleh penguasa (Belanda) dengan maksud untuk memecah belah persatuan rakyat Indonesia. Dan strategi yang dikenal dengan devide et impera saat itu berhasil, dimana akhirnya etnis Tionghoa seakan dijadikan commond enemy (musuh bersama) bukan saja oleh Belanda tetapi oleh masyarakat pribumi sendiri. Sehingga mulai saat itulah isu-isu tentang SARA mulai sangat sensitif jika menyangkut masalah perebutan kekuasaan (politik), apalagi jika menyangkut hubungan antara suku pribumi dan nonpribumi (Tionghoa/Cina) maka hal itu sering menjadi pemicu potensial timbulnya konflik sosial.
Sebagai penganut paham demokrasi, Negara ini seharusnya dapat memberikan ruang kokoh untuk berkembangnya keragaman SARA secara sehat dan bersih. Rakyat, perlu diberikan proses pembelajaran bagaimana mengelola masalah SARA secara sehat terutama dalam kehidupan berpolitik. Dalam konteks inilah, para elit politik seharusnya tidak melakukan eksploitasi SARA secara berlebihan. SARA semestinya digunakan sebagai sarana untuk membangun kesetimbangan baru dalam sistem demokrasi. Untuk membangun kesetimbangan baru dalam kehidupan berdemokrasi yang sehat, maka politik harus dijadikan sebagai sarana untuk mengembalikan SARA sebagai entitas alami yang memang menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berdemokrasi. Bukan sebaliknya, SARA justru dieksploitasi oleh sebagaian elit politik sebagai sarana untuk saling menjatuhkan elit politik lain yang tidak memiliki sudut pandang yang sama dengan mereka. Hal inilah yang akhirnya menjadikan proses berdemokrasi di negeri ini menjadi kurang sehat dan sering menyebabkan timbulnya anarkisme dalam berpolitik.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, datangnya angin demokrasi ternyata tidak membuat isu SARA menjadi komponen untuk semakin memperkuat tali persatuan dan kesatuan bangsa. Sebaliknya, sentimen berbau SARA sering dijadikan alat politik yang bertujuan untuk memecah belah golongan atau pihak tertentu. Kajian Baladas Ghosal (2004) menunjukkan bahwa berlangsungnya demokratisasi justru seperti membuka selebar-lebarnya pintu sentimen primordialisme antar golongan satu dengan golongan yang lain. Dan yang lebih mengerikan lagi, terbukanya era demokrasi justru membawa efek negatif bagi perkembangan SARA di tanah air.
Dalam dunia perpolitikan tanah air, masalah SARA senantiasa dijadikan sebagai tumbal untuk memicu dan memancing terjadinya ketegangan serta konflik sosial di tengah masyarakat. Bagi sebagian orang SARA adalah salah satu isu paling seksis dan strategis untuk membangun pencintraan dan atau untuk menguatkan identitas suatu golongan. Sehingga sangatlah wajar, jika dalam suatu proses pemilihan pemimpin, baik itu Presiden, DPR, maupun kepala daerah isu SARA selalu menjadi menu utama selama kampanye berlangsung.
Isu SARA sesungguhnya tak akan mampu memicu terjadinya suatu ketegangan serta konflik sosial manakala masyarakat telah memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya menghargai segala bentuk perbedaan. Dalam hal ini, Indonesia patut belajar banyak kepada Negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura tentang bagaimana mengelola suatu perbedaan. Kedua negara tersebut bisa dikatakan multietnik, multibudaya, multigolongan, dan juga multiagama, namun hubungan kehidupan masyarakatnya relatif harmonis. Semua itu bisa terjadi karena pemerintah Malaysia dan Singapura mampu mengelola perbedaan yang ada menjadi satu kekuatan.
Di Indonesia sendiri isu SARA sering hadir hanya untuk dijadikan stigma politik serta menjadi alat manipulasi politik yang ujung-ujungnya bertujuan untuk mencapai kepentingan kekuasaan politik pihak-pihak tertentu. SARA juga kerap menjadi bagian dari politik pencitraan suatu parpol tertentu untuk mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat.
Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu adalah contoh konkrit pesta demokrasi pemilihan gubernur/wakil gubernur yang diwarnai dengan berbagai kampanye yang mengangkat isu-isu SARA. Meskipun sejatinya dalam hal ini, tidak ada masalah ketika warga DKI memiliki preferensi politik terhadap Cagub/Cawagub berdasarkan sentimen SARA. Akan tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara yang profesional dan proporsional. Artinya mengangkat isu SARA diperbolehkan sepanjang bertujuan untuk mempererat tali persatuan dan kesatuan bangsa.
Diakhir tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa sesungguhnya SARA merupakan suatu keniscayaan dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi. Selain itu, SARA adalah bagian dari fakta dan kenyataan sejarah berdirinya republik Indonesia. Yang terpenting dan harus dilakukan terutama oleh pemerintah adalah bagaimana mengelola keragaman dan perbedaan SARA dalam bingkai persatuan, sehingga dapat menciptakan bangunan peradaban bangsa yang lebih maju. Semoga! TKP
Sebagai penganut paham demokrasi, Negara ini seharusnya dapat memberikan ruang kokoh untuk berkembangnya keragaman SARA secara sehat dan bersih. Rakyat, perlu diberikan proses pembelajaran bagaimana mengelola masalah SARA secara sehat terutama dalam kehidupan berpolitik. Dalam konteks inilah, para elit politik seharusnya tidak melakukan eksploitasi SARA secara berlebihan. SARA semestinya digunakan sebagai sarana untuk membangun kesetimbangan baru dalam sistem demokrasi. Untuk membangun kesetimbangan baru dalam kehidupan berdemokrasi yang sehat, maka politik harus dijadikan sebagai sarana untuk mengembalikan SARA sebagai entitas alami yang memang menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berdemokrasi. Bukan sebaliknya, SARA justru dieksploitasi oleh sebagaian elit politik sebagai sarana untuk saling menjatuhkan elit politik lain yang tidak memiliki sudut pandang yang sama dengan mereka. Hal inilah yang akhirnya menjadikan proses berdemokrasi di negeri ini menjadi kurang sehat dan sering menyebabkan timbulnya anarkisme dalam berpolitik.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, datangnya angin demokrasi ternyata tidak membuat isu SARA menjadi komponen untuk semakin memperkuat tali persatuan dan kesatuan bangsa. Sebaliknya, sentimen berbau SARA sering dijadikan alat politik yang bertujuan untuk memecah belah golongan atau pihak tertentu. Kajian Baladas Ghosal (2004) menunjukkan bahwa berlangsungnya demokratisasi justru seperti membuka selebar-lebarnya pintu sentimen primordialisme antar golongan satu dengan golongan yang lain. Dan yang lebih mengerikan lagi, terbukanya era demokrasi justru membawa efek negatif bagi perkembangan SARA di tanah air.
Dalam dunia perpolitikan tanah air, masalah SARA senantiasa dijadikan sebagai tumbal untuk memicu dan memancing terjadinya ketegangan serta konflik sosial di tengah masyarakat. Bagi sebagian orang SARA adalah salah satu isu paling seksis dan strategis untuk membangun pencintraan dan atau untuk menguatkan identitas suatu golongan. Sehingga sangatlah wajar, jika dalam suatu proses pemilihan pemimpin, baik itu Presiden, DPR, maupun kepala daerah isu SARA selalu menjadi menu utama selama kampanye berlangsung.
Isu SARA sesungguhnya tak akan mampu memicu terjadinya suatu ketegangan serta konflik sosial manakala masyarakat telah memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya menghargai segala bentuk perbedaan. Dalam hal ini, Indonesia patut belajar banyak kepada Negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura tentang bagaimana mengelola suatu perbedaan. Kedua negara tersebut bisa dikatakan multietnik, multibudaya, multigolongan, dan juga multiagama, namun hubungan kehidupan masyarakatnya relatif harmonis. Semua itu bisa terjadi karena pemerintah Malaysia dan Singapura mampu mengelola perbedaan yang ada menjadi satu kekuatan.
Di Indonesia sendiri isu SARA sering hadir hanya untuk dijadikan stigma politik serta menjadi alat manipulasi politik yang ujung-ujungnya bertujuan untuk mencapai kepentingan kekuasaan politik pihak-pihak tertentu. SARA juga kerap menjadi bagian dari politik pencitraan suatu parpol tertentu untuk mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat.
Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu adalah contoh konkrit pesta demokrasi pemilihan gubernur/wakil gubernur yang diwarnai dengan berbagai kampanye yang mengangkat isu-isu SARA. Meskipun sejatinya dalam hal ini, tidak ada masalah ketika warga DKI memiliki preferensi politik terhadap Cagub/Cawagub berdasarkan sentimen SARA. Akan tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara yang profesional dan proporsional. Artinya mengangkat isu SARA diperbolehkan sepanjang bertujuan untuk mempererat tali persatuan dan kesatuan bangsa.
Diakhir tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa sesungguhnya SARA merupakan suatu keniscayaan dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi. Selain itu, SARA adalah bagian dari fakta dan kenyataan sejarah berdirinya republik Indonesia. Yang terpenting dan harus dilakukan terutama oleh pemerintah adalah bagaimana mengelola keragaman dan perbedaan SARA dalam bingkai persatuan, sehingga dapat menciptakan bangunan peradaban bangsa yang lebih maju. Semoga! TKP
Spoiler for TIPS:
Hal –hal yang perlu kita lakukan sebagai upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia:
1. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.
2. Mengendalikan emosi
Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan emosi. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan ketika perasaan kita dicampur aduk oleh orang yang menyebalkan adalah menenangkan hati. Setelah itu berdoa mohon kesabaran dari Tuhan, menasihati orang kejam itu secara sopan, dan mendoakan orang tersebut agar ia dapat bertobat. Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik daripada hanya membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya di belakang karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya. Bayangkan saja kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan itu tidak akan pernah berujung, selalu ada kelanjutan dari perseteruan itu dan balas dendam. Selain itu, cap negatif dari orang jahat itu terhadap kita akan semakin buruk. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah cuma menambah dan memperbesar konflik saja. Orang yang disakiti juga akan menyakiti orang-orang lain yang tak bersalah akibat emosi yang meluap-luap dari hatinya.
3. Jangan memanggil orang lain dengan julukan berdasarkan SARA
Hal ini mungkin tidak bermasalah bagi beberapa orang karena kedekatan atau canda gurau saja. Namun, julukan dapat pula menyinggung perasaan orang lain. Misalnya, orang tertawa sambil memanggil seseorang yang belum terlalu dekat dengannya dan berkata “orang kaya baru” atau “orang China bermata sipit”. Orang yang dipanggil sembarangan itu dapat tersinggung perasaannya jika orang tersebut memiliki perasaan yang sensitif. Bahkan ada kemungkinan ia langsung mengungkapkan perasaan marahnya dan bertengkar dengan orang yang memanggilnya dengan julukan itu. Sedekat apapun hubungan kita dengan seseorang, sebisa mungkin jangan menyinggung atau memberi julukan berkaitan dengan masalah SARA ini agar tidak melukai hatinya.
4. Jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda
Saat menjumpai beberapa orang dari golongan tertentu yang memiliki sifat buruk sama, jangan pernah menghakimi atau menghina golongan tersebut. Sebagai contoh, orang kaya di sekitar rumah Anda semuanya suka membuang sampah sembarangan. Lalu Anda langsung menyimpulkan bahwa orang kaya itu tidak bertanggung jawab. Hal ini tidak boleh dilakukan karena tidak semua orang seperti itu. Kesimpulan yang didapat tidak menyeluruh, tapi hanya dari sudut pandang Anda saja. Masih ada banyak orang kaya yang bertanggung jawab dan membuang tempat sampah pada tempatnya. Itu adalah pandangan subjektif yang tidak adil dan sangat picik dengan menyamaratakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Dengan menghakimi orang lain, berarti merasa lebih baik darinya padahal semua orang sama-sama pernah berbuat dosa dan memiliki kelemahan. Orang yang suka menghakimi orang lain adalah orang yang sombong dan tidak menghormati Tuhan. Menghakimi itu hak khusus Tuhan saja, bukan manusia. Dengan memandang rendah dan menghakimi orang lain berarti sama dengan mengambil alih kekuasaan Tuhan. Padahal bagaimanapun juga, hak Sang Pencipta Yang Kudus dan Sempurna tidak bisa diminta oleh manusia yang penuh noda. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan membesar-besarkan nya, tetapi introspeksi diri sendiri terlebih dulu. Apakah ada tindakan kita yang salah sehingga membuat orang lain membenci kita. Jika ada, perbaiki karakter pribadi dan jadi orang yang lebih bijaksana. Ketika ada orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda, bertemanlah dengan orang tersebut. Jangan pernah menjauhi dan membeda-bedakan orang. Jangan pula membanding-bandingkan antara suku, agama, ras, dan golongan satu dengan yang lainnya. Tiap suku, agama, ras, dan golongan memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
5. Jangan memaksakan kehendak pada orang lain
Pemaksaan yang saya maksud di sini, khususnya berkaitan dengan agama. Ada orang yang berpikir bahwa ia memeluk agama yang terbaik. Mungkin memang benar demikian. Jika ingin bersaksi tentang iman di agama tertentu boleh-boleh saja. Hal ini sering saya dan teman-teman saya lakukan. Namun yang salah adalah jika seseorang memaksakan kehendak pada orang lain untuk memeluk agamanya dengan menjelek-jelekkan agama lain. Jika orang lain mau percaya, itu bagus. Namun bila tidak percaya pun juga tidak menjadi masalah. Bersaksi bukan keberhasilan mengajak orang masuk agama tertentu tapi bersandar pada Tuhan yang mampu mengubahkan hati. Selain itu, kita juga menceritakan tentang kebenaran firman Tuhan baik dari Kitab Suci maupun pengalaman rohani. Jangan pernah memaksakan kehendak pada orang lain, apalagi dengan melakukan pengancaman, pengeboman, penyogokan, teror, kekerasan, dan lain-lain. Semua itu hanya akan memperkeruh suasana. Tuhan tidak ingin umat Nya saling menghancurkan sebab kejahatan dan pemaksaan itu juga pasti meremukkan hati Tuhan yang sangat memperhatikan umat Nya.
6. Menghormati dan mengasihi orang lain
Apakah Anda ingin dihina oleh orang lain? Saya percaya tidak ada orang yang ingin dihina dan disepelekan. Oleh sebab itu, kita harus menyadari akan hal ini. Jangan menghina dan menjauhi orang lain bila Anda tidak mau dihina dan dijauhi. Jangan menyuruh-nyuruh orang lain jika Anda tidak ingin disuruh-suruh. Jangan memukul orang kalau tidak mau dipukul. Jangan pamer dan menyombongkan kelebihan diri jika Anda tidak suka orang yang suka pamer. Seorang pelukis yang lukisannya diinjak-injak akan sedih karena hasil karyanya diremehkan, padahal ia telah berjuang keras untuk membuat karya terbaik. Jangan memperlakukan orang lain secara kasar karena itu bukan hanya menyakiti hati sesamamu, melainkan juga hati Tuhan yang telah menciptakan manusia. Hormati dan kasihi orang lain seperti menghormati dan mengasihi diri sendiri dan juga Sang Pencipta kita. Maafkan dan ampuni orang yang bersalah pada kita walaupun mereka tidak minta maaf. Ini memang sulit. Tetapi tetaplah beriman bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang tak mungkin asal hati kita benar-benar mau tulus mengasihi sesama dan menyenangkan hati Nya. Tiap ada kemauan untuk damai, salalu ada jalan.
7. Melakukan dan memikirkan hal-hal positif secara bersama-sama
Satu hal penting yang wajib diingat oleh setiap warga Indonesia adalah: keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan itu memperlengkapi kesatuan Indonesia. Jika tubuh hanya terdiri dari mata saja, tubuh tidak dapat melakukan aktivitas lain selain melihat. Demikian pula dengan bangsa ini. Jika hanya terdiri dari satu suku saja, maka terasa kurang lengkap dan miskin budaya. SARA seharusnya semakin memperkaya budaya negeri kita tercinta dan jangan sampai memecahkan persatuan yang telah terbina selama ini. Berpikirlah positif terhadap suku, agama, ras ,dan golongan lain. Mari kita lakukan hal-hal positif seperti ramah tamah dengan banyak orang, diskusi kenegaraan, bakti sosial, dan gotong royong bersama-sama dengan orang-orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang sama maupun berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat memupuk semangat nasionalisme, rasa kekeluargaan, dan kebersamaan antar masyarakat Indonesia.
Demikianlah upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia menurut opini saya. Perubahan besar dimulai bukan dari orang lain tapi dari diri sendiri, namun dapat berpengaruh pada orang-orang di sekitar kita. Mari kita berjuang bersama untuk Indonesia yang penuh damai dan sukacita di dalam Tuhan. TKP
1. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.
2. Mengendalikan emosi
Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan emosi. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan ketika perasaan kita dicampur aduk oleh orang yang menyebalkan adalah menenangkan hati. Setelah itu berdoa mohon kesabaran dari Tuhan, menasihati orang kejam itu secara sopan, dan mendoakan orang tersebut agar ia dapat bertobat. Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik daripada hanya membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya di belakang karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya. Bayangkan saja kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan itu tidak akan pernah berujung, selalu ada kelanjutan dari perseteruan itu dan balas dendam. Selain itu, cap negatif dari orang jahat itu terhadap kita akan semakin buruk. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah cuma menambah dan memperbesar konflik saja. Orang yang disakiti juga akan menyakiti orang-orang lain yang tak bersalah akibat emosi yang meluap-luap dari hatinya.
3. Jangan memanggil orang lain dengan julukan berdasarkan SARA
Hal ini mungkin tidak bermasalah bagi beberapa orang karena kedekatan atau canda gurau saja. Namun, julukan dapat pula menyinggung perasaan orang lain. Misalnya, orang tertawa sambil memanggil seseorang yang belum terlalu dekat dengannya dan berkata “orang kaya baru” atau “orang China bermata sipit”. Orang yang dipanggil sembarangan itu dapat tersinggung perasaannya jika orang tersebut memiliki perasaan yang sensitif. Bahkan ada kemungkinan ia langsung mengungkapkan perasaan marahnya dan bertengkar dengan orang yang memanggilnya dengan julukan itu. Sedekat apapun hubungan kita dengan seseorang, sebisa mungkin jangan menyinggung atau memberi julukan berkaitan dengan masalah SARA ini agar tidak melukai hatinya.
4. Jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda
Saat menjumpai beberapa orang dari golongan tertentu yang memiliki sifat buruk sama, jangan pernah menghakimi atau menghina golongan tersebut. Sebagai contoh, orang kaya di sekitar rumah Anda semuanya suka membuang sampah sembarangan. Lalu Anda langsung menyimpulkan bahwa orang kaya itu tidak bertanggung jawab. Hal ini tidak boleh dilakukan karena tidak semua orang seperti itu. Kesimpulan yang didapat tidak menyeluruh, tapi hanya dari sudut pandang Anda saja. Masih ada banyak orang kaya yang bertanggung jawab dan membuang tempat sampah pada tempatnya. Itu adalah pandangan subjektif yang tidak adil dan sangat picik dengan menyamaratakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Dengan menghakimi orang lain, berarti merasa lebih baik darinya padahal semua orang sama-sama pernah berbuat dosa dan memiliki kelemahan. Orang yang suka menghakimi orang lain adalah orang yang sombong dan tidak menghormati Tuhan. Menghakimi itu hak khusus Tuhan saja, bukan manusia. Dengan memandang rendah dan menghakimi orang lain berarti sama dengan mengambil alih kekuasaan Tuhan. Padahal bagaimanapun juga, hak Sang Pencipta Yang Kudus dan Sempurna tidak bisa diminta oleh manusia yang penuh noda. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan membesar-besarkan nya, tetapi introspeksi diri sendiri terlebih dulu. Apakah ada tindakan kita yang salah sehingga membuat orang lain membenci kita. Jika ada, perbaiki karakter pribadi dan jadi orang yang lebih bijaksana. Ketika ada orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda, bertemanlah dengan orang tersebut. Jangan pernah menjauhi dan membeda-bedakan orang. Jangan pula membanding-bandingkan antara suku, agama, ras, dan golongan satu dengan yang lainnya. Tiap suku, agama, ras, dan golongan memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
5. Jangan memaksakan kehendak pada orang lain
Pemaksaan yang saya maksud di sini, khususnya berkaitan dengan agama. Ada orang yang berpikir bahwa ia memeluk agama yang terbaik. Mungkin memang benar demikian. Jika ingin bersaksi tentang iman di agama tertentu boleh-boleh saja. Hal ini sering saya dan teman-teman saya lakukan. Namun yang salah adalah jika seseorang memaksakan kehendak pada orang lain untuk memeluk agamanya dengan menjelek-jelekkan agama lain. Jika orang lain mau percaya, itu bagus. Namun bila tidak percaya pun juga tidak menjadi masalah. Bersaksi bukan keberhasilan mengajak orang masuk agama tertentu tapi bersandar pada Tuhan yang mampu mengubahkan hati. Selain itu, kita juga menceritakan tentang kebenaran firman Tuhan baik dari Kitab Suci maupun pengalaman rohani. Jangan pernah memaksakan kehendak pada orang lain, apalagi dengan melakukan pengancaman, pengeboman, penyogokan, teror, kekerasan, dan lain-lain. Semua itu hanya akan memperkeruh suasana. Tuhan tidak ingin umat Nya saling menghancurkan sebab kejahatan dan pemaksaan itu juga pasti meremukkan hati Tuhan yang sangat memperhatikan umat Nya.
6. Menghormati dan mengasihi orang lain
Apakah Anda ingin dihina oleh orang lain? Saya percaya tidak ada orang yang ingin dihina dan disepelekan. Oleh sebab itu, kita harus menyadari akan hal ini. Jangan menghina dan menjauhi orang lain bila Anda tidak mau dihina dan dijauhi. Jangan menyuruh-nyuruh orang lain jika Anda tidak ingin disuruh-suruh. Jangan memukul orang kalau tidak mau dipukul. Jangan pamer dan menyombongkan kelebihan diri jika Anda tidak suka orang yang suka pamer. Seorang pelukis yang lukisannya diinjak-injak akan sedih karena hasil karyanya diremehkan, padahal ia telah berjuang keras untuk membuat karya terbaik. Jangan memperlakukan orang lain secara kasar karena itu bukan hanya menyakiti hati sesamamu, melainkan juga hati Tuhan yang telah menciptakan manusia. Hormati dan kasihi orang lain seperti menghormati dan mengasihi diri sendiri dan juga Sang Pencipta kita. Maafkan dan ampuni orang yang bersalah pada kita walaupun mereka tidak minta maaf. Ini memang sulit. Tetapi tetaplah beriman bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang tak mungkin asal hati kita benar-benar mau tulus mengasihi sesama dan menyenangkan hati Nya. Tiap ada kemauan untuk damai, salalu ada jalan.
7. Melakukan dan memikirkan hal-hal positif secara bersama-sama
Satu hal penting yang wajib diingat oleh setiap warga Indonesia adalah: keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan itu memperlengkapi kesatuan Indonesia. Jika tubuh hanya terdiri dari mata saja, tubuh tidak dapat melakukan aktivitas lain selain melihat. Demikian pula dengan bangsa ini. Jika hanya terdiri dari satu suku saja, maka terasa kurang lengkap dan miskin budaya. SARA seharusnya semakin memperkaya budaya negeri kita tercinta dan jangan sampai memecahkan persatuan yang telah terbina selama ini. Berpikirlah positif terhadap suku, agama, ras ,dan golongan lain. Mari kita lakukan hal-hal positif seperti ramah tamah dengan banyak orang, diskusi kenegaraan, bakti sosial, dan gotong royong bersama-sama dengan orang-orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang sama maupun berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat memupuk semangat nasionalisme, rasa kekeluargaan, dan kebersamaan antar masyarakat Indonesia.
Demikianlah upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia menurut opini saya. Perubahan besar dimulai bukan dari orang lain tapi dari diri sendiri, namun dapat berpengaruh pada orang-orang di sekitar kita. Mari kita berjuang bersama untuk Indonesia yang penuh damai dan sukacita di dalam Tuhan. TKP
Ada yang bisa jawab gk gan, kenapa berbicara SARA dilarang

Diubah oleh boeladiegh 13-07-2013 09:28
0
15.4K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan