Hindari 6 Fitnah Ini Jika Ingin Selamat Dunia Akhirat
TS
jajang100
Hindari 6 Fitnah Ini Jika Ingin Selamat Dunia Akhirat
Rasulullah saw telah memberi banyak isyarat kepada umatnya tentang bahaya fitnah di akhir zaman. Perpecahan, permusuhan, bahkan peperangan dalam sejarah sering terjadi hanya karena disulut fitnah. Fitnah menjadi sebab kehancuran dan ketidakharmonisan pada berbagai level ikatan kemanusiaan.
Pada akhir zaman, fitnah-fitnah semacam ini akan semakin banyak bermunculan sehingga kaum muslimin sendiri pun sukar untuk membedakan antara yang haq dan yang batil. Sehingga tepat jika Rasulullah saw menyebutkan fitnah lebih kejam dari sekadar pembunuhan. Bencana fitnah akhir zaman bak gelapnya malam, sangat sedikit cahaya kebenaran untuk membedakannya.
Rasulullah saw bersabda, "Sebelum datang kiamat ada beberapa fitnah seperti potongan malam yang gelap."(HR Hakim, Shahihul Jaami’ No. 2855)
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw juga bersabda, "Kelak akan datang suatu fitnah yang membuat bisu, tuli, dan buta. Barang siapa yang mendekatinya akan terjerumus ke dalamnya." (Sunan Abu Daud, Juz IV hal 165)
Hanya kepada Allah SWT semua makhluk berlindung agar dapat terlindungi dari hal-hal yang menimbulkan fitnah maupun yang menjerumuskan ke dalam fitnah. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir." (QS Al Mumtahanah, 60:5)
Terkait fitnah, sedikitnya ada 6 jenis fitnah biasa muncul di tengah-tengah kehidupan kita. Sudah semestinya setiap muslim yang beriman mewaspadai fitnah-fitnah tersebut agar dapat selamat di dunia dan akhirat. Berikut 6 fitnah yang harus dihindari seperti yang dikutip dari buku 'Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah' karya Husein Shahab.
1. Fitnah Mulut
Spoiler for Fitnah Mulut:
Salah satu cara iblis menjerumuskan manusia adalah melalui lisan-lisan manusia itu sendiri. Begitu banyak fitnah, kebohongan, dan ghibah yang bersumber dari lidah. Berhati-hati dalam berbicara karena walau tak bertulang, lidah mampu menyayat hingga ke dasar hati.
Rasulullah saw menjelaskan tentang buruknya membicarakan kejelekan atau aib yang ada pada orang lain. Meskipun aib yang dibicarakan itu benar adanya, tetap hal itu adalah ghibah.
"Apabila apa yang ada padanya sesuai dengan apa yang engkau bicarakan maka engkau telah menggibahnya. Sedangkan apabila apa yang ada padanya tidak sesuai dengan apa yang engkau katakan maka engkau telah berdusta atasnya." (HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)
Allah SWT mengumpamakan perbuatan membicarakan dan menyebarkan aib seseorang (ghibah) kepada khalayak ramai, apalagi orang yang dighibahi tersebut adalah muslim, sama dengan memakan bangkai orang tersebut. Karena itu balasan atas perbuatan tercela ini adalah azab yang pedih dari Allah SWT.
"Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (al-Hujurat: 12)
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiara di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akherat." (QS Al-Nur, 24: 19).
Dalah sebuah riwayat, Rasulullah saw mengatakan, "Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya." (HR At Tirmidzi dan lainnya)
Selain mengumbar aib, lisan seorang muslim seyogianya terhindar dari hasrat untuk melakukan fitnah. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman,"Jika kalian bertaqwa, janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS Al Ahzab, 33: 32)
2. Fitnah Suara
Spoiler for Fitnah Suara:
Walau mulut telah terjaga, fitnah juga bisa menyebar dari tingkah laku seseorang yang ingin menarik perhatian orang lain yang mendengarnya.
Diperbolehkan bagi wanita untuk menggunakan perhiasan yang terbuat dari emas dan perak. Akan tetapi dia tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya. Bahkan dia berkewajiban untuk menutupinya, pada khususnya ketika keluar dari rumah dan memungkinkan laki-laki untuk melihatnya, karena yang demikian itu
merupakan fitnah.
Telah dilarang pula untuk terdengar oleh laki-laki suara perhiasan kaki yang berada di balik pakaiannya:
"Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." (QS Al-Nur 24:31)
Termasuk kebiasaan di masa jahiliyah para wanita memakai perhiasan di kaki mereka. Ketika mereka ingin mencari perhatian pria mereka menghentakkan kai mereka supaya terdengar gemerincing suara perhiasan di balik pakaian mereka. Allah pun melarang muslimah meniru perbuatan itu.
3. Fitnah Wewangian
Spoiler for Fitnah Wewangian:
Wangi-wangian yang berlebihan dengan niat ingin memancing perhatian orang lain merupakan salah satu pintu fitnah. Islam tak mengizinkan wanita muslimah berjalan di jalanan sambil menyebarkan aroma minyak wangi. Hal itu tetap berlaku walaupun dia telah menyembunyikan kecantikannya perhiasannya. Rasulullah bersabda:
"Bila seorang wanita memakai wewangian, lalu berjalan melewati majelis (laki-laki), maka berarti dia telah melakukan (perzinaan)" (HR Muslim)
"Wangi-wangian pria hendaknya adalah yang kuat baunya tetapi tak berwarna. Sedangkan wewangian wanita hendaknya yang nyata warnanya, tapi ringan baunya." (HR Turmudzi dan Abu Daud)
"Jika salah seorang wanita di antara kamu hendak mengunjungi masjid, hendaklah jangan memakai wewangian," (HR Muslim)
4. Fitnah Berhias
Spoiler for Fitnah Berhias:
Tabarruj atau berhias berasal dari kata burujyang berarti menara, yakni menonjol. Jika berhias dilakukan secara berlebihan dengan maksud untuk menarik perharian orang lain, akan menimbulkan fitnah. Allah berfirman:
Islam hanya memperbolehkan seorang wanita mengenakan perhiasan yang bersih dari niat dan maksud buruk.
5. Fitnah Pandangan
Spoiler for Fitnah Pandangan:
Pandangan bisa menjadi bentuk pengkhianatan hati. Alquran menyebutkannya lebih awal daripada yang lain.
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan padangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuiapa yang mereka perbuat." Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya...." (QS Al Nur 24:31)
Dalam sebuah hadis masyhur, Hindun binti Abi Halah menyebutkan sifat-sifat Raulullah saw: "Sewaktu bergembira, beliau mengecilkan matanya."
Allamah Majlisi ra menafsirkan hadis ini dalam bukunya Al-Bihar: "Beliau menundukkan kepalanya dan tidak membelalakkan matanya. Beliau melakukan itu untuk menghindarkan diri dari (cengkeraman) kegembiraan."
Abdul A'la Al-Maududi menyebutkan bahwa syariat mengizinkan beberap pengecualian antara lain: pandangan yang tak sengaja, tidak mengulang-ngulangi tidak mencari kepuasan (an-nazhar al-aly) dan pandangan seorang peminang.
6. Fitnah Pakaian
Spoiler for Fitnah Pakaian:
Konsep Islam tentang kewajiban menutup aurat merupakan pengejewantahan atas rasa malu di dalam diri manusia. Berdasar Kitab Muslim dalam Bab Al-I'tina bi hifzhil aurah, masyarakat pada masa jahiliyah menganggap enteng ketelanjangan tanpa rasa malu dan gelisah.
Pelajaran pertama tentang pakaian diajarkan Islam kepada umatnya dalam Firman Allah:
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dati tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (QS Al-A'raf 7:26)
Rasulullah saw juga menyampaikan larangan keras membuka aurat, termasuk memandang aurat orang lain:
"Jangan kalian bertelanjang karena ada malaikat yang tidak pernah terpisah dengan kalian, kecuali ketika kalian buang air dan mendatangi istri. Malulah terhadap mereka dan hormatilah mereka." (HR Turmudzi)
"Derajat malu yang paling tinggi adalah tidak rela bertelanjang dalam keadaan seorang diri, semata-mata karena malu kepada Allah." (HR Turmudzi)