Kaskus

Entertainment

binoc12345Avatar border
TS
binoc12345
KENAPA KESAKSIAN DI CAKUNG DI TOLAK INI JAWABANNYA
KENAPA KESAKSIAN DI CAKUNG DI TOLAK INI JAWABANNYA


Tim rukyat Husainiyah Cakung mengaku berhasil melihat hilaal pada Senin 8 Juli 2013 pukul 17:52 WIB di titik observasi mereka, di kawasan Cakung (Jakarta). Mereka (terdiri dari tiga orang) mengaku menyaksikan hilaal selama 1,5 menit dengan mata saja (tanpa alat bantu optik). Namun laporannya kemudian tidak diterima dalam forum sidang isbat penetapan awal Ramadhan 1434 H di Indonesia.

Mengapa ditolak? Sederhana saja. Karena pada jam dan menit yang mereka nyatakan sebagai saat hilaal terlihat, ternyata Bulan sudah terbenam alias tidak lagi berada di atas cakrawala. Jadi tidak butuh analisis yang rumit-rumit untuk menyatakan bahwa obyek yang mereka lihat jelas bukan Bulan.

Simulasi berbasis Starry Night (yang telah terbukti akurasinya kala dibandingkan dengan fenomena alamiah seperti gerhana Matahari dan Gerhana Bulan) dengan titik amat Jakarta pada elevasi 10 m dari paras air laut rata-rata menunjukkan, saat sebagian Matahari mulai memasuki cakrawala barat (pada pukul 17:45 WIB), di langit Jakarta memang masih ada Bulan, meski ketinggiannya sangat rendah. Dan Bulan kemudian menyusul terbenam sempurna pada pukul 17:48 WIB. Sehingga jika ada yang menyatakan melihat hilaal pada pukul 17:52 WIB dan penglihatan berlangsung selama 1,5 menit (yang berarti terjadi antara pukul 17:50 hingga 17:52 WIB), maka jelas, bukan Bulan yang mereka lihat.

Sebagai pembanding dari tim Husainiyah ini, pada titik rukyat Cakung juga terdapat dua tim rukyat lain yang berbeda, masing-masing dari Kementerian Agama dan LAPAN. Kedua tim memperlengkapi diri dengan teleskop berpenjejak otomatik dan instrumen-instrumen pendukung. Namun keduanya melaporkan, tak ada obyek yang serupa seperti yang dilihat tim lainnya. Ini sekaligus sebagai verifikasi bahwa apa yang disaksikan tim Husainiyah bukanlah Bulan.
pada intinya sistem hisab al-Mansyuriyah (berbasis kitab Sullam) menyatakan sudah terjadi ijtima' (konjungsi) pada pukul 12:28 WIB, lebih cepat 2 jam ketimbang perhitungan astronomik kontemporer. Sebagai implikasinya bagi mereka tinggi Bulan saat terbenam ya seperti itu, sudah 2,5 lebih. Padahal aktualnya baru 0,4 derajat saja.
etinggian hilal menurut hisab kitab Sulamun Nayyirain tingginya sekitar 2,5 derajat. Karena lebih dari 2 derajat, kemungkinan mereka yakin hilal terlihat. Mengapa tinggi 2,5 derajat, padahal hisab astronomis menyatakan tingginya kurang dari 1 derajat? Mereka menggunakan hisab taqribi (aproksimasi), yaitu tinggi (derajat) = umur bulan (jam)/2. Karena kekhawatiran itu, LAPAN mengirim penelitinya dilengkapi dengan perangkat pengamatan sambil menghadiahi 2 binokluer untuk konfirmasi objek. Sayangnya binokuler itu tidak dimanfaatkan mereka untuk konfirmasi objek. Semoga pada kesempatan lain mereka lebih cermat dan menggunakan konfirmasi binokuler. Binokuler dipilih karena lebih mudah pengoperasiannya dengan medan pandang luas.
Jadi mengapa laporan Cakung ditolak? Karena yang dilihat bukan Bulan.

Qourtesy : prof. Ma'rufin Sudibyo ( pakar astronomi )
0
4.4K
53
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan