Jalanan terlihat sepi. Angin bertiup, menghembus rambutku yang halus dan lembut karena sunsilk (eeaaa). Dalam hati akupun curiga. Apakah jalanan Kota Yala sesepi ini? Bukankah kota Yala terkenal akan pucuk daun tehnya yang selalu diincar oleh ulat-ulat? (*eh)
Perasaanku tidak enak. Hati kecilku berkata, sesuatu akan terjadi. Aku memandang jauh, seratus meter didepan sana. Terlihat sesuatu yang bergerak, sedikit demi sedikit ke arahku. Apa itu? Biawak?

Semakin lama, sosok yang mirip biawak itu semakin dekat ke arahku. Kini aku dapat melihat dengan jelas. Itu bukan biawak! Juga bukan buaya! Itu adalah komodo! (Bukaan! Lihat yang jelas dong!)
Itu adalah zombie! Zombie tak berkaki, lidah tak bertulang. Spontan aku lari, berlari tunggang langgang.
Tunggu! Sebagai seorang pendekar, aku harus menghadapi zombie itu secara jantan! Sesuai dengan namaku, aku harus menghadapi zombie itu!
Inilah aku, PENDEKAR JAGO!!

Dengan tendangan Burung Elang Mencabik Langit-ku, aku berhasil menghancurkan tengkorak zombie itu, hingga isi otaknya meluber keluar. Bagiku mudah saja menyerang benda lambat seperti itu. Cuih. Mampus lu zombie. Siapa suruh udah bikin gue kaget!
Saat tengah sibuk meludahi zombie yang bentuknya udah kagak karuan itu, aku melihat sesosok tubuh yang berjarak 5 meter di sebelah barat dari tempatku berdiri.
Seorang wanita! Apa yang dia lakukan disini? Kenapa dia tertidur? Apakah tidur di jalanan adalah hal yang lagi ngetren di kota Yala? Ini sebuah misteri!