Kaskus

News

mat_indonAvatar border
TS
mat_indon
Rontoknya Ikhwanul Muslimin Mesir, Tujuan Akhir, dan Kasus PKS di Indonesia
Ikhwanul Muslimin sejatinya adalah sebuah gerakan yang kelompok Islam yang bertujuan besar untuk menuntut sebuah peradaban yang dinaungi oleh Syariat Islam. Awal mulanya memang gerakan ini dimulai oleh Hassan Al-Banna di Mesir. Tidak heran, sentris dari gerakkan ini ada di negara piramid tersebut. Berbeda dengan wahabi, gerakan ini sebenarnya berusaha mencapai objektifnya menyelusup melalui jalur demokrasi yang elegan. Beda dengan gerakan wahabi yang cenderung keras, justru Ikhwanul Muslimin mengharamkan kekerasan dan bahkan merupakan sebuah kelompok yang mengutuk keras terorisme yang terjadi di New York 2001 lalu.

Ikhwanul Muslimin sendiri pun sudah lama datang dan menjalar di Indonesia. Tahun 1930-an Ikhwanul Muslimin makin populer, Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi, hingga akhirnya Masyumi dibredel oleh Sukarno. Setelah era reformasi, beberapa partai bernafaskan gerakan Ikhwanul Muslimin mulai menggeliat lagi walau tidak meraih suara yang signifikan.

Hanya tersebut PK atau sekarang PKS yang ditenggarai memiliki “garis keturunan” dengan Ikhwanu Muslimin yang meraih prestasi. Bahkan di 2004 dan 2009, PKS menjadi kuda hitam di arena perpolitikan dengan wajah bersih yang kerap ditampilkannya.

Fleksibilitas, Suatu Ruang Kompromi

Suatu kelebihan dahsyat melihat betapa moderat dan elegannya gerakan Ikhwanul Muslimin dalam mencapai tujuannya. Walau tidak pernah ada kepastian apakah setelah berhasil mencapai tujuannya gerakan ini tetap memberi napas pada perbedaan atau demokrasi, suatu misteri yang belum terpecahkan.

Namun, ke-moderat-an itu juga bisa menjadi sebuah mudarat, paling tidak jika dibandingkan dengan aliran wahabi. Wahabi yang lebih radikal memiliki keuntungan di mana mereka cenderung akan menjadi lebih keras dan murni, berbeda dengan Ikhwanul Muslimin yang secara teoritis memiliki celah lobi-lobi yang bisa menyeret mereka kepada masturbasi kekuasaan, harta, dan wanita, jauh sebelum mereka berhasil meraih tujuannya.

Hal ini begitu jelas tercermin paling tidak di negara asalnya Mesir. Seperti angin surga pada awalnya, namun kedok Ikhwanul Muslimin akhirnya terbongkar ketika dekrit yang dikeluarkan Muhammad Mursi, Presiden Mesir, menimbulkan krisis politik yang serius. Bagaimana tidak berkedok, walau awalnya elegan, isi dekrit Ikhwanul mengungkapkan betapa laparnya gerakan satu ini terhadap absolutisme kekuasaan yang ujung-ujungnya tidak akan jauh dari kolusi, korupsi, dan kronisme. Demokrasi yang didambakan setelah Hosni Mobarak dijatuhkan, justru dimakan mentah-mentah lagi oleh Ikhwanul Muslimin.

Kembali lagi kepada dekrit, dalam dekrit tersebut ada poin yang berbunyi, "Mahkamah Konstitusi tidak berhak membubarkan Dewan Konstituante, lembaga MPR, dan tidak berhak meninjau kembali atau menggugat semua keputusan Presiden sejak Mursi memangku jabatan pada 30 Juni 2012 hingga keluar konstitusi baru." Jelas bagi kaum oposisi dan rakyat kebanyakan ini adalah taktik oportunis kaum Ikhwanul Muslimin untuk berkuasa penuh dan membunuh demokrasi. Absolutisme dan perubahan konstitusi jelas merupakan sebuah pengkhianatan terhadap konstitusi lama yang melarang penggunaan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan politik. Inilah akhirnya yang membuat Morsi dan Ikhwanul terjungkal.

PKS, Proxy Ikhwanul Muslimin?
Sebuah kehati-hatian dalam menyikapi sesuatu adalah kuncinya. Dan berhati-hati terhadap gerakan serupa Ikhwanul Muslimin juga diperlukan. Belajar dari Ikhwanul Muslimin, ke-elegan-an gaya politik di awal hanya lah sebuah kedok untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.

Kabar buruknya, konon dari banyak sumber PKS adalah perpanjangan tangan Ikhwanul Muslimin – dengan kata lain ada potensi untuk menggegolkan tujuan utamanya dengan mengganti kebhinekaan Pancasila dengan perspektif tunggal. Walau tentu saja bukan dengan kekerasan. Namun demikian, ini tetap suatu emergency, mengingat gak cuma sekali Pancasila coba dirontokkan. Masih ingat kan G30S/PKI?

Kabar baiknya, panah PKS tampaknya sudah jatuh dari sarungnya bahkan sebelum ditempelkan ke busur. Mengapa? Karena seperti berita akhir-akhir ini, banyak petinggi PKS yang justru tergelincir oleh kesenangan sendiri dan lupa oleh janji dan tujuan akhir mereka. Bahkan sejumlah elit terduga lebih tertarik dengan uang dan wanita, mengkhianati kepercayaan sebagian rakyat yang telanjur percaya dengan partai tersebut.

Mudah-mudahan ini cuma suudzon dan PKS mampu bangkit kembali dari igauannya, dan kembali menjadi partai Islam bersih sejati yang tetap komit dengan Pancasila sebagai sebuah harga mati.

SUMBER

Banyak orang tidak waspada dengan gerakan transnasional ala Ikhwanul Muslimin ini, banyak pula yang sukarela menjadi motor penggeraknya, hanya karena embel-embel "Islami" yang sejatinya hanya pandangan seorang Hassan al-Banna saja.

Jika nanti PKS sudah porakpranda, dan satu persatu hingga berduyun-duyun kadernya keluar dari manhaj bodoh ini, apa yang terjadi dengan keluarga mereka yang dijodohkan murobbi2 mereka, dan berkeyakinan banyak anak akan membantu agama Allah (ajaran dakwah ekspansionis ala PKS yang anti KB ini sungguh-sungguh merusak program KB nasional dan merusak akal sehat.). Bahkan tidak sedikit yang anaknya diberi nama idola ikhwanul muslimin seperti al-Banna. Entah, apakah mereka nanti kelak malu menyandang nama itu atau tidak.
Diubah oleh mat_indon 06-07-2013 09:53
0
2.7K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan