Jakarta - Lulusan kampus di Indonesia lebih memilih bekerja di perusahaan asing seperti Malaysia. Mereka beralasan selain faktor gaji yang besar, ada pertimbangan lainnya termasuk soal pendidikan anak.

"Paling penting dan signifikan adalah level pendapatan kan saya tadi bilang, orang orang yang bekerja di sana sebetulnya mereka mau kembali di sini. Karena mereka mau berkarya di Tanah Air kan," ujar alumni ITB Ilen Kardani kepada detikFinance, di kantor Menko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (4/7/2013)

Elen menuturkan masalah rendahnya gadi di Indonesia menjadi faktor utama. Ia mencontohkan untuk gaji supervisor di perusahaan migas di Malaysia mencapai Rp 300 juta per bulan sedangkan di Indonesia hanya Rp 60 juta per bulan.

"Selain itu, karena Fasilitas disana lebih maju dari sini. Dari kepegawaian, dia juga care untuk pendidikan anak-anak. Jadi kita disana tidak dibingungkan lagi dengan persoalan persoalan yang seperti rumah, mobil dan pendidikan anak, pensiun itu semua sudah. Kita tinggal fokus pada kerja," katanya.

Elen yang bekerja di Halliburton yang beroperasi di Malaysia tersebut mengatakan jumlah alumni ITB yang ada di Halliburton, Malaysia mencapai 100 orang. Ia mengakui para alumni tersebut memiliki keinginan untuk mengabdi di dalam negeri.

"Jadi sebenarnya niat untuk kembali ke Indonesia itu ada. Kalau urusan mencari duit sih sudah selesai, jadi rumah mobil pensiun dan anak anak sekolah secara teori itu finansial sudah cukup. Tapi kalau misalkan menurunkan gaya hidup sedrastis itu kita pun berpikir lagi," jawabnya.

Menurutnya ini lebih kepada penghargaan kepada manusia yang sudah bekerja untuk mendapatkan hasil yang besar.

"Bukan tidak maunya tapi rasa dihargai ya kurang, maksudnya kalau disini segitu kalau tidak mau ya sudah. Ya sudah. Yang harus dipahami, orang yang bekerja untuk perusahaan oil and gas asing karena ini adalah industri global. Jadi kamu bisa memilih jadi kelas dunia apa kelas lokal," pungkasnya.