Metrotvnews.com, Jakarta:Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonagoro menilai keputusan harga BBM subsidi berdampak pada penurunan konsumsi BBM. Sehingga penaikan harga BBM subsidi yang diputuskan 2 minggu lalu hanya untuk menyelamatkan APBN, tapi di sisi lain impor BBM subsidi terus membengkak.

"Kalau melihat pola (konsumsi) sekarang, toh kenaikan harga BBM naik, konsumsi juga tidak berubah. Itu indikasi kalau konsumen tetap pada pilihan masing-masing," ujar Komaidi di Jakarta, Selasa (2/7).

Ia pula pesimistis penerapan sistem monitoring konsumsi BBM subsidi efektif menekan konsumsi. Pasalnya, pada dasarnya implementasi awal monitoring menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) ini hanya sebagai sistem pencatatan, belum pada fungsi pengendalian. "Kalau mengurangi kuota iya. Tapi besarnya perlu di cek langsung di lapangan. Tapi menurut saya, RFID ini masalah pencatatan, lebih ke coding," tukasnya.

Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengklaim implementasi RFID ini diprediksi akan menghemat 1,5 juta kilo liter selama setahun. Terkait hal tersebut, Komaidi berpendapat semakin mundur implementasi sistem tersebut, semakin menyusut potensi BBM subsidi yang bisa dihemat. "Kalo terlambat yang dihemat tentu akan lebih kecil. Hanya setengah dari perhitungan nilai awal. Hanya, saya justru mempertanyakan dasar penghematan itu apa? Karena kami melihat instrumen RFID ini hanya pencatatan," cetusnya.

Lebih jauh Komaidi menuturkan untuk mengendalikan konsumsi BBM subsidi, pemerintah perlu mengendalikan variabel pendorong peningkatan konsumsi, seperti penyelewengan dan produksi kendaraan bermotor. "Saya kira relatif susah mengendalikan konsumsi BBM kalau tidak mengendalikan variabel pendorong-pendorong seperti produksi mobil yang terus meningkat, dan sepeda motor," pungkasnya. (Ayomi amindoni)

http://www.metrotvnews.com/metronews...aruhi-Konsumsi

komen : belum tong . . . , ntar lah tunggu puasa, lebaran dan thn ajaran baru . kliatan jelas dampak nya