Kamis lalu ane lagi pergi ke rumah paman ane soalnya ada urusan bisnis gan

Paman anekan guru ngaji,jadi dirumahnya ada banyak buku gitu

,ane kan kutu buku jadi ane langsung deh eker eker cari buku yang apik

,gak taunya nemu buku ini gans
[SPOILER=BUKUNYA]

Profesor, doktor, magister manajemen, insinyur, dan sarjana menunjukkan sederet titel di bidang pendidikan. Tetapi apakah gelar meruapakan kunci seseorang untuk menjadi kaya? Memang, banyak orang kaya berkat sekolah dan bergelar. Tapi, banyak juga dari mereka yang sukses tanpa gelar dari sekolah.
Ingin kaya tanpa sekolah, mungkin akan ditentang oleh mayoritas orang. Paradigma atau pandangan seperti itu barangkali dianggap mengada-ada dan tak benar adanya. Inilah yang kemudian memicu ketenaran Bob sadino sebagai sosok yang kontroversial dengan ide gila bisnisnya. Meski demikian, jika kita ingin memahami, ternyata ada sebuah filosofi menarik di dalamnya dan terbukti bisa dipertanggungjawabkan.
Bob mengaku tidak pernah menyatakan sekolah atau kampus itu jelek, tetapi ia meminta agar para mahasiswa berproses, berpikir, dan berani menggeser paradigmanya. Gelar sarjana, penguasaan teori, atau jadi orang yang serba tahu itu tidak cukup untuk bergelar dengan tantangan di masyarakat.
Menurutnya, karena pendidikan juga, mahasiswa menjadi enggan menekuni pekerjaan yang tidak bergengsi. Mereka cenderung merasa lebih tahu sebelum bekerja. Sehingga , saat sudah menjadi sarjana, mereka enggan bekerja di level bawah. Padahal, seseorang yang ingin terjun ke dunia wirausaha harus menjalani sebuah prakondisi dengan bekal tiga hal, yaitu menghilangkan rasa takut, menghilangkan harapan-harapan dan melepaskan semua belenggu pikiran. Untuk menjalani dunia ini, tidak dibutuhkan pendidikan sampai tingkat tertinggi. Pendidikan tingkat menengah pun cukup.
Meninggalkan sekolah, tidak bisa diartikan secara ekstrem. Sebab, makna dari kalimat ini cukup luas. Meninggalkan sekolah bisa dimaknai tidak terbelenggu dengan jurusan yang dipilih. Hanya karena menggeluti bisnis, maka yang lain tidak terbaca. Sebab, makna belajar tidak hanya sekedar tahu, tapi bagaimana mengeksplorasi dan menemukan sesuatu.
Tak diragukan lagi, Bob Sadino merupakan sosok yang fenomenal, terkenal, dan berhasil dalam menjalankan roda bisnisnya. Sehingga, banyak hal yang bisa kita peroleh dari orang seperti dia. Prinsip-prinsip hidupnya sebenarnya sangat berguna apabila kita terapkan dalam berbisnis atau berusaha untuk menjadi seorang enterpreneur, walaupun banyak prinsipnya yang gila dan terlepas dari teori umum yang ada. Padahal, jika ide gila tersebut diterapkan, bisa menjadi jurus jitu untuk kesuksesan seorang entrepreneur.
Bob Sadino sering mengemukakan pertanyaan tentang pendiriannya, “Kalau mau kaya, ngapain sekolah?” Sosok Om Bob (sapaan akrabnya) memang bisa dikatagorikan sebagai orang sukses yang tidak sekolah. Dia hanya tamatan SMA dan sempat kuliah, meski hanya beberapa bulan saja. Mereka, khususnya para sarjana, menyalahkan Bob dengan pendiriannya tersebut. Kata mereka, kalau semua orang yang mau kaya meninggalkan sekolah, lalu bagaimana dengan nasib sekolah sendiri? Bukankah sekolah akan kosong melompong, karena semua orang pasti mau kaya?
Bob menganggap sanggahan para sarjana sebagai salah persepsi terhadap “kalau mau kaya, ngapain sekolah?” Maka, Bob memberikan penjelasan bahwa “Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah?” memang sudah teruji, bukan sekedar pendapat yang asal-asalan.
Penjelasan Bob dimulai dengan penggambaran sebuah lingkaran. Lingkaran akan bertambah kuadarannya. Selain kuadran kampus dan jalanan, terdapat pula kuadran terampil serta profesional seperti gambar berikut;
Profesional
Jagoan
kampus
Jalanan
Perbedaan antara kuadran terampil dan profesional sangat tipis. Orang yang sudah terampil biasanya meningkatkan kapasitas dirinya menjadi profesional.
Biasanya kalau sudah profesional, orang akan mendapatkan banyak tekanan dari masyarakat. Banyak pertanyaan tentang asal mual keahliannya.
Boleh jadi, sang profesional ini bisa menjawab semua pertanyaan, tetapi biasanya tidak sampai 100 persen. Paling banyak, sekitar 90 persen sampai 99 persen. Darimana dia bisa mendapatkan jawaban sampai 100 persen? Jawabannya ada di kampus, karena di kampus, setiap hari selalu dipenuhi informasi dari teori terbaru. Jadi, profesional akan mencari berbagai teori untuk menyempurnakan keahliannya dari sekolah atau kampus.
Lingkaran kuadran berputar dari jalanan, lalu menjadi terampil, kemudian profesional, dan ke kuadran kampus. Dari kampus, seharusnya ke jalanan lagi, demikian seterusnya. Proses ini tetap berputar sepanjang kehidupan manusia.
YAng paling mengesankan bagi ane adlah perkataan bong candra yang isinya begini
Bong Chandra "padahal kalau kita pilah,yang pintar sekolah memang jadi dosen,jadi dokter.yang sedang-sedang saja jadi manager,tapi yang bodoh-bodoh sekolahnya malah jadi pengusaha,menurut penelitian di harvard begitu"
Pesen ane Bagi yang di sekolah PAS-PASAn, atau Maximal BODOH bin GUOBLOK, Gak usah minder Ya
Ane berharap Ente yang masih sekolah atau kuliah ,beli tuh buku tadi, lumayan tambah ilmu