Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

musyarofahAvatar border
TS
musyarofah
Ini Dia Cerita 9 konglomerat Indonesia Hindari Pajak
JAKARTA. Tahun 2012, mantan kepala ekonom konsultan McKinsey, James Henry, mengeluarkan hasil studinya mengenai penyelewengan pajak yang populer dengan sebutan tax havens.

Menurut laporan tersebut, terdapat USD 21 triliun (Rp 198.113 triliun) pajak pengusaha di seluruh dunia yang seharusnya masuk kantong pemerintah, diselewengkan.

Siapa sangka di antara pengusaha-pengusaha itu sebagian kecilnya berasal dari Indonesia. Menurut hasil investigasi International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ), terdapat sembilan pengusaha yang termasuk orang terkaya di Indonesia diketahui menyelewengkan pajaknya di luar negeri melalui lebih dari 190 perusahaan dan lembaga pengelolaan uang di luar negeri.

Nama konglomerat-konglomerat tersebut ditemukan di tengah 2.500 nama orang Indonesia yang tercatat di kantor pusat perusahaan jasa pengelolaan aset di Singapura, Poreullis TrusNet.

Menurut hasil investigasi itu, kekayaan sembilan konglomerat yang mendominasi politik dan ekonomi Indonesia bila digabung mencapai USD 36 miliar (Rp 348,8 triliun). Dari sembilan konglomerat tersebut, ternyata berhubungan erat dengan era Soeharto.

Dari data yang dianalisis oleh ICIJ, menunjukkan bahwa konglomerat Indonesia mendapat tawaran yang cukup menggiurkan untuk menjadi anonim di negara asing. Contohnya saja keluarga Riady, pemilik Grup Lippo, mempunyai setidaknya 11 perusahaan di luar negeri dan pengelolaan keuangan. Namun pihak TrustNet menggunakan "Client A" sebagai pengganti Lippo dalam koresponden internalnya.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa klien tidak mau terendus melakukan transaksi di luar negeri. Agen mereka, Gary Phair, meminta TrustNet untuk menghapus referensi dari alamat kontak dan rekam jejak Client A yang berhubungan dengan Grup Lippo. Phair juga meminta namanya tidak digunakan pada bukti pembayaran apapun.

Pulau Cook di Pasifik Utara, diketahui menjadi tempat tercatatnya entitas keluarga Riady dari 1989 hingga 2009. Sayangnya, pihak Lippo menolak untuk membahas kasus tersebut.

Selain keluarga Riady, konglomerat rokok Sampoerna juga menggunakan pulau Cook untuk kedok kekayaannya. TrustNet mendirikan perusahaan dengan nama Strong Castle Trust di pulau Cook setelah 97 persen saham Sampoerna dibeli oleh Philip Morris International pada 18 Mei 2005, .

Nama-nama kondang lain seperti konglomerat rokok Susilo Wonowidjojo dan Peter Sondakh juga tercatat mempunyai perusahaan di luar negeri. Beberapa konglomerat bidang perkebunan juga termasuk dalam laporan tersebut.

Eka Tjipta Widjaja, keluarga Salim, Sukanto Tanoto, dan Prajogo Pangestu. Mereka mendirikan perusahaan di luar negeri setelah mengantongi izin untuk menebang dan membabat hutan hujan era Soeharto. Dari konglomerat-konglomerat tersebut, terdapat 140 perusahaan buatan yang sebagian besar berlokasi di British Virgin Island.

Tak hanya mereka, dua anak mantan presiden BJ Habibie juga tercatat dalam laporan tersebut. Anak kedua Habibie, Thareq Kemal Habibie juga membuat dua perusahaan di British Virgin Island di pekan-pekan terakhir sebelum Soeharto lengser. Sepuluh tahun kemudian, anak Habibie yang lain, Ilham, membuat setidaknya tujuh perusahaan TrustNet sebagai fasilitas perusahaan di luar negeri untuk berbisnis di Indonesia, termasuk eksplorasi dan pertambangan. [ina]

http://portalpolitik.com/index.php/e...-hindari-pajak

Quote:
0
3.8K
21
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan