- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Siapa Sebenarnya Pembangkit Radikalisme Dan Terorisme Modern Di Tengah Umat Islam?


TS
Heathendoom
Siapa Sebenarnya Pembangkit Radikalisme Dan Terorisme Modern Di Tengah Umat Islam?
Oleh:
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA
Dosen STDI Imam Syafi'i Jember, Jawa Timur.
Dunia internasional secara umum dan negeri-negeri Islam secara khusus, telah digegerkan oleh ulah segelintir orang yang menamakan dirinya sebagai pejuang kebenaran (Mujahid). Dahulu, ada sebagian orang umum yang merasa simpatik dengan ulah mereka, karena sasaran mereka adalah orang-orang non Muslim yang menjajah negeri Islam (dan negeri-negeri dunia ketiga pada umumnya), sebagaimana yang terjadi di gedung WTC pada 11 September 2001 (Amerika).
Akan tetapi, suatu hal yang sangat mengejutkan, ternyata sasaran pengeboman dan serangan tidak berhenti sampai di situ. Sasaran terus berkembang, sampai akhirnya umat Islam pun tidak luput darinya. Mulai dari Bom Bali, JW Marriot, Masjid Poltabes, dll hingga kasus yang paling aktual ialah terbunuhnya Pangeran Muhammad bin Nayif Alus Sa'ûd, Wakil Menteri Dalam Negeri Kerajaan Saudi Arabia.
Dahulu, banyak kalangan yang menuduh bahwa pemerintah Saudi berada di belakang gerakan tidak manusiawi ini. Mereka menuduh bahwa paham yang diajarkan di Saudi Arabia telah memotivasi para pemuda Islam untuk bersikap bengis seperti ini. Akan tetapi, yang mengherankan, tudingan ini masih juga di arahkan ke Saudi, walaupun telah terbukti bahwa pemerintah Saudi termasuk yang paling sering menjadi korbannya?
Melalui tulisan ini, saya mengajak saudara sekalian untuk menelusuri akar permasalahan sikap ekstrim dan bengis yang dilakukan oleh sebagian umat Islam ini. Benarkah ideologi ekstrim ini bermuara dari Saudi Arabia?
Lanjut Bawah ......
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA
Dosen STDI Imam Syafi'i Jember, Jawa Timur.
Dunia internasional secara umum dan negeri-negeri Islam secara khusus, telah digegerkan oleh ulah segelintir orang yang menamakan dirinya sebagai pejuang kebenaran (Mujahid). Dahulu, ada sebagian orang umum yang merasa simpatik dengan ulah mereka, karena sasaran mereka adalah orang-orang non Muslim yang menjajah negeri Islam (dan negeri-negeri dunia ketiga pada umumnya), sebagaimana yang terjadi di gedung WTC pada 11 September 2001 (Amerika).
Spoiler for WTC:

Akan tetapi, suatu hal yang sangat mengejutkan, ternyata sasaran pengeboman dan serangan tidak berhenti sampai di situ. Sasaran terus berkembang, sampai akhirnya umat Islam pun tidak luput darinya. Mulai dari Bom Bali, JW Marriot, Masjid Poltabes, dll hingga kasus yang paling aktual ialah terbunuhnya Pangeran Muhammad bin Nayif Alus Sa'ûd, Wakil Menteri Dalam Negeri Kerajaan Saudi Arabia.
Dahulu, banyak kalangan yang menuduh bahwa pemerintah Saudi berada di belakang gerakan tidak manusiawi ini. Mereka menuduh bahwa paham yang diajarkan di Saudi Arabia telah memotivasi para pemuda Islam untuk bersikap bengis seperti ini. Akan tetapi, yang mengherankan, tudingan ini masih juga di arahkan ke Saudi, walaupun telah terbukti bahwa pemerintah Saudi termasuk yang paling sering menjadi korbannya?
Spoiler for Bom Riyadh:

Melalui tulisan ini, saya mengajak saudara sekalian untuk menelusuri akar permasalahan sikap ekstrim dan bengis yang dilakukan oleh sebagian umat Islam ini. Benarkah ideologi ekstrim ini bermuara dari Saudi Arabia?
Quote:
Harian "Ashsharqul-Ausat" edisi 8407 tanggal 4/12/2001 M – 19/9/1422 Hmenukil catatan harian Dr. Aiman al-Zawâhiri (tangan kanan Usamah bin Ladin).
Di antara catatan harian Dr Aiman al-Zawâhiri yang dinukil oleh harian tersebut ialah:
Pengakuan Dr Aiman al-Zawâhiri ini selaras dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Saudi Arabia, Pangeran Nayif bin Abdul Azîz al-Sa`ûd. Pangeran Nayif menyatakan kepada Harian "As-Siyâsah Al-Kuwaitiyah" pada tanggal 27 November 2002 M.
Lebih lanjut Pangeran Nayif menambahkan:
Dan kepada harian Kuwait "Arab Times"pada hari Rabu, 18 Desember 2002 M, kembali pangeran Nayif berkata:
Sekedar membuktikan akan kebenaran dari pengakuan Dr Aiman Al-Zawâhiri di atas, berikut saya (Dr Muhammad Arifin Badri) nukilkan dua ucapan Sayyid Quthub:
Nukilan 1 :
نَحْنُ نَدْعُوْ إِلَى اسْتِئْنَافِ حَيَاةٍ إِسْلاَمِيةٍ فِيْ مُجْتَمَعٍ إِسْلاَمِي تَحْكُمُهُ الْعَقِيْدَةُ اْلإِسْلاَمِيةُ وَالتصَورُ اْلإِسْلاَمِي كَمَا تَحْكُمُهُ الشرِيْعَةُ اْلإِسْلاَمِيةُ وَالنظَامُ اْلإِسْلاَمِي. وَنَحْنُ نَعْلَمُ أَن الْحَيَاةَ اْلإِسْلاَمِيةَ عَلَى هَذَا النحْوِ قَدْ تَوَقفَتْ مُنْذُ فَتْرَةٍ طَوِيْلَةٍ فِيْ جَمِيْعٍ ِلأَنْحَاءِ اْلأَرْضِ، وَإِن وُجُوْدَ اْلإِسْلاَمِ ذَاتِهُ مِنْ ثَم قُدْ تَوَقفَ كَذَالِكَ
"Saya menyeru agar kita memulai kembali kehidupan yang islami di satu tatanan masyarakat yang islami. Satu masyarakat yang tunduk kepada akidah Islam, dan tashawur (pola pikir) yang islami pula. Sebagaimana masyarakat itu patuh kepada syari'at dan undang-undang yang Islami. Saya menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan semacam ini telah tiada sejak jauh-jauh hari di seluruh belahan bumi. Bahkan agama Islam sendiri juga telah tiada sejak jauh-jauh hari pula." [Al 'Adâlah Al-Ijtimâ'iyah 182].
Nukilan 2 :
Saudaraku!
Sebagai seorang Muslim, apa perasaan dan reaksi anda setelah membaca ucapan diatas?
Demikianlah, ideologi ekstrim yang diajarkan oleh Sayyid Quthub melalui bukunya, yang oleh Dr Aiman Al-Zawâhiri disebut sebagai"Dinamit". Pengkafiran seluruh lapisan masyarakat yang tidak bergabung ke dalam barisannya.
Mungkin karena belum merasa cukup dengan mengkafirkan masyarakat secara umum, Sayyid Quthub dalam bukunya "Fî Zhilâlil Qur'ân" ketika menafsirkan surat Yûnus ayat 87, ia menyebut masjid-masjid yang ada di masyarakat sebagai "Tempat peribadahan Jahiliyah". Sayyid Quthub berkata:
Yang dimaksud “Ma`âbid Jâhiliyah”(tempat-tempat ibadah jahiliyah) adalah masjid-masjid kaum Muslimin yang ada.
Bisa anda bayangkan!
Para pemuda, yang biasanya memiliki idealisme tinggi dan semangat besar, lalu mendapatkan doktrin semacam ini, kira-kira apa yang akan mereka lakukan?
Benar-benar Sayyid Quthub menanamkan ideologi teror pada akal pikiran para pengikutnya.
Dan sudah barang tentu, ia tidak berhenti pada penanaman ideologi semata. Ia juga melanjutkan doktrin terornya dalam wujud yang lebih nyata. Simaklah, bagaimana ia mencontohkan aplikasi nyata dari ideologi yang ia ajarkan:
Pemaparan singkat ini menyingkap dengan jelas akar dan sumber pemikiran ekstrim yang melekat pada jiwa sebagian umat Islam di zaman ini.
Hanya saja, perlu diketahui bahwa menurut beberapa pengamat, gerakan Ikhwânul Muslimîn dalam upaya merealisasikan impian besarnya, telah terpecah menjadi tiga aliran:
Di antara catatan harian Dr Aiman al-Zawâhiri yang dinukil oleh harian tersebut ialah:
Quote:
أَن سَيدَ قُطُبٍ هُوَ الذِيْ وَضَعَ دُسْتُوْرَ التكْفِيْرِيينَ الْجِهَادِيِيْنَ) فِيْ كِتَابِهِ الديْنَامِيْتِ مَعَالِمَ عَلَى الطرِيْقِ، وَأَن فِكْرَ سَيدٍ هُوَ (وَحَدَهُ) مَصْدَرُ اْلأَحْيَاءِ اْلأُصُوْلِيْ، وَأَن كِتَابَهُ الْعَدَالَةَ اْلاِجْتِمَاعِيةَ فِيْ اْلإِسْلاَمِ يُعَد أَهَم إِنْتَاجٍ عَقْلِي وَفِكْرِي لِلتيارَاتِ اْلأُصُوْلِيةِ، وَأَنْ فِكْرَ سَيدٍ كاَنَ شَرَارَةَ الْبَدْءِ فِيْ إِشْعَالِ الثوْرَةِ (التِيْ وَصَفَهَا بِاْلإِسْلاَمِيةِ) ضِد (مَنْ سَماهُمْ) أَعْدَاءَ اْلإِسْلاَمِ فِيْ الداخِلِ وَالْخَارِجِ، وَالتِيْ مَا زَالَتْ فَصُوْلُهَا الدامِيَةُ تَتَجَددُ يَوْماً بَعْدَ يَوْمٍ
"Sesungguhnya Sayyid Quthub dalam kitabnya yang bak bom waktu "Ma'âlim Fî At-Tharîq' meletakkan undang-undang pengkafiran dan jihad. Gagasan-gagasan Sayyid Quthublah yang selama ini menjadi sumber bangkitnya pemikiran radikal. Sebagaima kitab beliau yang berjudul " Al-'Adâlah Al-Ijtimâ'iyah fil Islâm" merupakan hasil pemikiran logis paling penting bagi lahirnya arus gerakan radikal. Gagasan-gagasan Sayyid Quthub merupakan percikan api pertama bagi berkobarnya revolusi yang ia sebut sebagai revolusi Islam melawan orang-orang yang disebutnya musuh-musuh Islam, baik di dalam atau di luar negeri. Suatu perlawanan berdarah yang dari hari ke hari terus berkembang."
"Sesungguhnya Sayyid Quthub dalam kitabnya yang bak bom waktu "Ma'âlim Fî At-Tharîq' meletakkan undang-undang pengkafiran dan jihad. Gagasan-gagasan Sayyid Quthublah yang selama ini menjadi sumber bangkitnya pemikiran radikal. Sebagaima kitab beliau yang berjudul " Al-'Adâlah Al-Ijtimâ'iyah fil Islâm" merupakan hasil pemikiran logis paling penting bagi lahirnya arus gerakan radikal. Gagasan-gagasan Sayyid Quthub merupakan percikan api pertama bagi berkobarnya revolusi yang ia sebut sebagai revolusi Islam melawan orang-orang yang disebutnya musuh-musuh Islam, baik di dalam atau di luar negeri. Suatu perlawanan berdarah yang dari hari ke hari terus berkembang."
Pengakuan Dr Aiman al-Zawâhiri ini selaras dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Saudi Arabia, Pangeran Nayif bin Abdul Azîz al-Sa`ûd. Pangeran Nayif menyatakan kepada Harian "As-Siyâsah Al-Kuwaitiyah" pada tanggal 27 November 2002 M.
Quote:
"Tanpa ada keraguan sedikitpun, aku katakan bahwa sesungguhnya seluruh permasalahan dan gejolak yang terjadi di negeri kita bermula dari organisasi Ikhwânul Muslimîn. Sungguh, kami telah banyak bersabar menghadapi mereka walaupun sebenarnya bukan hanya kami yang telah banyak bersabar. Sesungguhnya mereka itulah penyebab berbagai masalah yang terjadi di dunia arab secara khusus dan bahkan meluas hingga ke seluruh dunia Islam. Organisasi Ikhwânul Muslimîn sungguh telah menghancurkan seluruh negeri Arab."
Lebih lanjut Pangeran Nayif menambahkan:
Quote:
"Karena saya adalah pemangku jabatan terkait, maka saya rasa perlu menegaskan bahwa ketika para pemuka Ikhwânul Muslimin merasa terjepit dan ditindas di negeri asalnya (Mesir-pen), mereka mencari perlindungan dengan berhijrah ke Saudi, dan sayapun menerima mereka. Dengan demikian, -berkat karunia Allah Azza wa Jalla - mereka dapat mempertahankan hidup, kehormatan dan keluarga mereka. Sedangkan saudara-saudara kita para pemimpin negara sahabat dapat memaklumi sikap kami ini. Para pemimpin negara sahabat menduga bahwa para anggota Ikhwânul Muslimin tidak akan melanjutkan gerakannya dari Saudi Arabia. Setelah mereka tinggal di tengah-tengah kita selama beberapa tahun, akhirnya mereka butuh mata pencaharian. Dan kamipun membukakan lapangan pekerjaan untuk mereka. Dari mereka ada yang diterima sebagai tenaga pengajar, bahkan menjadi dekan sebagian fakultas. Kami berikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi tenaga pengajar di sekolah dan perguruan tinggi kami. Akan tetapi, sangat disayangkan, mereka tidak melupakan hubungan mereka di masa lalu. Mulailah mereka memobilisasi masyarakat, membangun gerakan dan memusuhi Kerajaan Saudi."
Dan kepada harian Kuwait "Arab Times"pada hari Rabu, 18 Desember 2002 M, kembali pangeran Nayif berkata:
Quote:
"Sesungguhnya mereka (Ikhwânul Muslimîn) mempolitisasi agama Islam guna mencapai kepentingan pribadi mereka."
Sekedar membuktikan akan kebenaran dari pengakuan Dr Aiman Al-Zawâhiri di atas, berikut saya (Dr Muhammad Arifin Badri) nukilkan dua ucapan Sayyid Quthub:
Nukilan 1 :
Quote:
نَحْنُ نَدْعُوْ إِلَى اسْتِئْنَافِ حَيَاةٍ إِسْلاَمِيةٍ فِيْ مُجْتَمَعٍ إِسْلاَمِي تَحْكُمُهُ الْعَقِيْدَةُ اْلإِسْلاَمِيةُ وَالتصَورُ اْلإِسْلاَمِي كَمَا تَحْكُمُهُ الشرِيْعَةُ اْلإِسْلاَمِيةُ وَالنظَامُ اْلإِسْلاَمِي. وَنَحْنُ نَعْلَمُ أَن الْحَيَاةَ اْلإِسْلاَمِيةَ عَلَى هَذَا النحْوِ قَدْ تَوَقفَتْ مُنْذُ فَتْرَةٍ طَوِيْلَةٍ فِيْ جَمِيْعٍ ِلأَنْحَاءِ اْلأَرْضِ، وَإِن وُجُوْدَ اْلإِسْلاَمِ ذَاتِهُ مِنْ ثَم قُدْ تَوَقفَ كَذَالِكَ
"Saya menyeru agar kita memulai kembali kehidupan yang islami di satu tatanan masyarakat yang islami. Satu masyarakat yang tunduk kepada akidah Islam, dan tashawur (pola pikir) yang islami pula. Sebagaimana masyarakat itu patuh kepada syari'at dan undang-undang yang Islami. Saya menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan semacam ini telah tiada sejak jauh-jauh hari di seluruh belahan bumi. Bahkan agama Islam sendiri juga telah tiada sejak jauh-jauh hari pula." [Al 'Adâlah Al-Ijtimâ'iyah 182].
Nukilan 2 :
Quote:
وَحِيْنَ نَسْتَعْرِضُ وَجْهَ اْلأَرْضِ كُلهُ اْليَوْمَ عَلَى ضَوْءِ هَذا التقْرِيْرِ الإلَهِيْ لِمَفْهُوْمِ الديْنِ وَاْلإِسْلاَمِ، لاَ نَرَى لِهَذَا الديْنِ وُجُوْدًا
"Dan bila sekarang kita mengamati seluruh belahan bumi berdasarkan penjelasan ilahi tentang pemahaman agama dan Islam ini, niscaya kita tidak temukan eksistensi dari agama ini." [Al- 'Adâlah Al-Ijtimâ'iyah hlm. 183].
"Dan bila sekarang kita mengamati seluruh belahan bumi berdasarkan penjelasan ilahi tentang pemahaman agama dan Islam ini, niscaya kita tidak temukan eksistensi dari agama ini." [Al- 'Adâlah Al-Ijtimâ'iyah hlm. 183].
Saudaraku!
Sebagai seorang Muslim, apa perasaan dan reaksi anda setelah membaca ucapan diatas?
Demikianlah, ideologi ekstrim yang diajarkan oleh Sayyid Quthub melalui bukunya, yang oleh Dr Aiman Al-Zawâhiri disebut sebagai"Dinamit". Pengkafiran seluruh lapisan masyarakat yang tidak bergabung ke dalam barisannya.
Mungkin karena belum merasa cukup dengan mengkafirkan masyarakat secara umum, Sayyid Quthub dalam bukunya "Fî Zhilâlil Qur'ân" ketika menafsirkan surat Yûnus ayat 87, ia menyebut masjid-masjid yang ada di masyarakat sebagai "Tempat peribadahan Jahiliyah". Sayyid Quthub berkata:
Quote:
اعْتِزَالُ مَعَابِدِ الْجَاهِلِيةِ وَاتخَاذُ بُيُوْتِ الْعِصْبَةِ الْمُسْلِمَةِ مَسَاجِدَ. تُحِس فِيْهَا بِاْلاِنْعِزَالِ عَنِ الْمُجْتَمَعِ الْجَاهِلِي؛ وَتُزَاوِلُ فِيْهَا عِبَادَتَهَا لِربهَا عَلَى نَهْجٍ صَحِيْحٍ؛ وتُزَاوِلُ بِالْعِبَادَةِ ذَاتِهَا نَوْعاً مِنَ التنْظِيْمِ فِيْ جَو الْعِبَادَةِ الطهُوْرِ
"Bila umat Islam ditindas di suatu negeri, maka hendaknya mereka meninggalkan tempat-tempat peribadahan jahiliyah. Dan menjadikan rumah-rumah anggota kelompok yang tetap berpegang teguh dengan keislamannya sebagai masjid. Di dalamnya mereka dapat menjauhkan diri dari masyarakat jahiliyah. Di sana mereka juga menjalankan peribadahan kepada Rabbnya dengan cara-cara yang benar. Di waktu yang sama, dengan mengamalkan ibadah tersebut, mereka berlatih menjalankan semacam tanzhîm dalam nuansa ibadah yang suci."
"Bila umat Islam ditindas di suatu negeri, maka hendaknya mereka meninggalkan tempat-tempat peribadahan jahiliyah. Dan menjadikan rumah-rumah anggota kelompok yang tetap berpegang teguh dengan keislamannya sebagai masjid. Di dalamnya mereka dapat menjauhkan diri dari masyarakat jahiliyah. Di sana mereka juga menjalankan peribadahan kepada Rabbnya dengan cara-cara yang benar. Di waktu yang sama, dengan mengamalkan ibadah tersebut, mereka berlatih menjalankan semacam tanzhîm dalam nuansa ibadah yang suci."
Yang dimaksud “Ma`âbid Jâhiliyah”(tempat-tempat ibadah jahiliyah) adalah masjid-masjid kaum Muslimin yang ada.
Bisa anda bayangkan!
Para pemuda, yang biasanya memiliki idealisme tinggi dan semangat besar, lalu mendapatkan doktrin semacam ini, kira-kira apa yang akan mereka lakukan?
Benar-benar Sayyid Quthub menanamkan ideologi teror pada akal pikiran para pengikutnya.
Dan sudah barang tentu, ia tidak berhenti pada penanaman ideologi semata. Ia juga melanjutkan doktrin terornya dalam wujud yang lebih nyata. Simaklah, bagaimana ia mencontohkan aplikasi nyata dari ideologi yang ia ajarkan:
Quote:
لِهَذِهِ اْلأَسْبَابِ مُجْتَمِعَةً فَكرْنَا فِيْ خِطةٍ وَوَسِيْلَةٍ تَرُد اْلاِعْتدَاءَ .. وَالذِيْ قُلْتُهُ لَهُمْ لِيُفَكرُوْا فِيْ الْخِطةِ وَالْوَسِيْلَةِ بِاعْتِبَارِ أَنهُمْ هُمُ الذِيْنَ سَيَقُوْمُوْنَ بِهَا ِبِمَا فِيْ أَيْدِيْهِمْ مِنْ ِإمْكَانِيَاتٍ لاَ أَمْلِكُ أَنَا مَعْرِفَتَهَا بِالضبْطِ وَلاَ تَحْدِيْدَهَا........ .. وَهَذِهِ اْلأَعْمَالُ هِيَ الرد فَوْرَ وُقُوْعِ اعْتِقَالاَتٍ ِلأَعْضَاءِ التنْظِيْمِ بِإِزَالَةِ رُؤُوْسٍ فِيْ مَقْدَمَتِهَا رَئِيْسُ الْجُمْهُوْرِيةِ وَرَئِيْسُ الْوِزَارَةِ وَمُدِيْرُ مَكْتَبِ الْمُشِيْرِ وَمُدِيْرُ الْمُخَابِرَاتِ وَمُدِيْرُ اْلبُوْلِيْسِ الْحَرْبِيْ، ثُم نَسْفٌ لِبَعْضِ الْمَنْشَآتِ التِيْ تَشِلُ حَرَكَةً مَوَاصَلاَتِ الْقَاهِرَةِ لِضِمَانِ عَدَمِ تَتَبعِ بَقِيةِ اْلإِخْوَانِ فِيْهَا وَفِيْ خَارِجِهَا كَمَحَطةِ الْكَهْرَبَاءِ وَالْكِبَارِيْ،
"Menimbang berbagai faktor ini secara komprehensif, saya memikirkan suatu rencana dan cara untuk membalas perbuatan musuh. Aku pernah katakan kepada para anggota jama`ah: “Hendaknya mereka memikirkan suatu rencana dan cara, dengan mempertimbangkan bahwa mereka pulalah yang akan menjadi eksekutornya. Tentunya cara itu disesuaikan dengan potensi yang mereka miliki. Saya tidak tahu dengan pasti cara apa yang tepat bagi mereka dan saya juga tidak bisa menentukannya ...... Tindakan kita ini sebagai balasan atas penangkapan langsung beberapa anggota organisasi Ikhwânul Muslimîn. Kita membalas dengan menyingkirkan pimpinan-pimpinan mereka, terutama presiden, perdana mentri, ketua dewan pertimbangan agung, kepala intelijen dan kepala kepolisian. Balasan juga dapat dilanjutkan dengan meledakkan mengebom berbagai infrastruktur yang dapat melumpuhkan transportasi kota Kairo. Semua itu bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada anggota Ikhwânul Muslimîn di dalam dan luar kota Kairo. Serangan juga dapat diarahkan ke pusat pembangkit listrik dan jembatan layang." [Limâzâ A'adamûni oleh Sayyid Quthub hlm: 55]
"Menimbang berbagai faktor ini secara komprehensif, saya memikirkan suatu rencana dan cara untuk membalas perbuatan musuh. Aku pernah katakan kepada para anggota jama`ah: “Hendaknya mereka memikirkan suatu rencana dan cara, dengan mempertimbangkan bahwa mereka pulalah yang akan menjadi eksekutornya. Tentunya cara itu disesuaikan dengan potensi yang mereka miliki. Saya tidak tahu dengan pasti cara apa yang tepat bagi mereka dan saya juga tidak bisa menentukannya ...... Tindakan kita ini sebagai balasan atas penangkapan langsung beberapa anggota organisasi Ikhwânul Muslimîn. Kita membalas dengan menyingkirkan pimpinan-pimpinan mereka, terutama presiden, perdana mentri, ketua dewan pertimbangan agung, kepala intelijen dan kepala kepolisian. Balasan juga dapat dilanjutkan dengan meledakkan mengebom berbagai infrastruktur yang dapat melumpuhkan transportasi kota Kairo. Semua itu bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada anggota Ikhwânul Muslimîn di dalam dan luar kota Kairo. Serangan juga dapat diarahkan ke pusat pembangkit listrik dan jembatan layang." [Limâzâ A'adamûni oleh Sayyid Quthub hlm: 55]
Pemaparan singkat ini menyingkap dengan jelas akar dan sumber pemikiran ekstrim yang melekat pada jiwa sebagian umat Islam di zaman ini.
Hanya saja, perlu diketahui bahwa menurut beberapa pengamat, gerakan Ikhwânul Muslimîn dalam upaya merealisasikan impian besarnya, telah terpecah menjadi tiga aliran:
Quote:
1. Aliran Hasan al-Banna
Hassan Al-Banna adalah seorang penganut Sufi dari tarekat Hashafiyyah di Mesir, yang mana tarekat ini menjadi akar awal yang mempengaruhi pemikiran Hassan Al-Banna dalam pembentukan Ikhwanul Muslimin.
Dalam mengembangkan jaringannya, Hasan al-Banna lebih mementingkan terbentuknya suatu jaringan sebesar-besarnya, tanpa peduli dengan perbedaan yang ada di antara mereka. Kelompok ini senantiasa mendengungkan slogan:
نَجْتَمِعُ عَلَى مَا اتفَقْنَا عَلَيْهِ وَيَعْذِرُ بَعْضُنَا بَعْضًا فِيْمًا اخْتَلَفْنَا فِيْهِ
"kita bersatu dalam hal yang sama, dan saling toleransi dalam setiap perbedaan antara kita".
Tidak mengherankan bila para penganut ini siap bekerja sama dengan siapa saja, demi mewujudkan tujuannya. Prinsip-prinsip agama bagi mereka sering kali hanya sebatas pelaris dan pelicin agar gerakannya di terima oleh masyarakat luas. Tidak heran bila corak politis nampak kental ketimbang agamis pada kelompok penganut aliran ini. Karenanya, dalam perkumpulan dan pengajian mereka, permasalahan politik, strategi pergerakan dan tanzhîm sering menjadi tema utama pembahasan.
Spoiler for Hassan Al-Banna:

Hassan Al-Banna adalah seorang penganut Sufi dari tarekat Hashafiyyah di Mesir, yang mana tarekat ini menjadi akar awal yang mempengaruhi pemikiran Hassan Al-Banna dalam pembentukan Ikhwanul Muslimin.
Spoiler for Keterangan Tambahan:
Berseberangan dengan keyakinan sebagian kaum Muslimin Indonesia yang menganggap bahwa Ikhwanul Muslim adalah organisasi yang dibentuk oleh orang-orang berpaham Wahabi, dan Arab Saudi adalah Negeri asal dan markas besarnya.
Bahkan ada yang hingga menulis buku dan meramaikan anggapan ini lewat setiap orasi atau ceramah mereka, seperti misalnya Kh Said Aqil Siraj.
Perlu diketahui bahwa Hassan Al-Banna membukukan Al-Ma'tsurat, kitab ini berisikan kumpulan-kumpulan do'a yang sudah menjadi tradisi turun temurun dikalangan penganut tarekat Sufi Hashafiyyah.
Namun kesalahan persepsi ini terlanjur mengglobal. Bahkan media besar seukuran BBC pun masih luput dalam menganalisanya. Ini benar-benar kesalahan yang memalukan yang justru mencederai harga diri umat Islam sendiri apabila masih ada kaum Muslimin yang membeo kesalah kaprahan ini..
Bahkan ada yang hingga menulis buku dan meramaikan anggapan ini lewat setiap orasi atau ceramah mereka, seperti misalnya Kh Said Aqil Siraj.
Perlu diketahui bahwa Hassan Al-Banna membukukan Al-Ma'tsurat, kitab ini berisikan kumpulan-kumpulan do'a yang sudah menjadi tradisi turun temurun dikalangan penganut tarekat Sufi Hashafiyyah.
Namun kesalahan persepsi ini terlanjur mengglobal. Bahkan media besar seukuran BBC pun masih luput dalam menganalisanya. Ini benar-benar kesalahan yang memalukan yang justru mencederai harga diri umat Islam sendiri apabila masih ada kaum Muslimin yang membeo kesalah kaprahan ini..
Dalam mengembangkan jaringannya, Hasan al-Banna lebih mementingkan terbentuknya suatu jaringan sebesar-besarnya, tanpa peduli dengan perbedaan yang ada di antara mereka. Kelompok ini senantiasa mendengungkan slogan:
نَجْتَمِعُ عَلَى مَا اتفَقْنَا عَلَيْهِ وَيَعْذِرُ بَعْضُنَا بَعْضًا فِيْمًا اخْتَلَفْنَا فِيْهِ
"kita bersatu dalam hal yang sama, dan saling toleransi dalam setiap perbedaan antara kita".
Tidak mengherankan bila para penganut ini siap bekerja sama dengan siapa saja, demi mewujudkan tujuannya. Prinsip-prinsip agama bagi mereka sering kali hanya sebatas pelaris dan pelicin agar gerakannya di terima oleh masyarakat luas. Tidak heran bila corak politis nampak kental ketimbang agamis pada kelompok penganut aliran ini. Karenanya, dalam perkumpulan dan pengajian mereka, permasalahan politik, strategi pergerakan dan tanzhîm sering menjadi tema utama pembahasan.
Quote:
2. Aliran Sayyid Quthub
Setelah bergabungnya Sayyid Quthub ke dalam barisan Ikhwânul Muslimîn, terbentuklah aliran baru yang ekstrim pada tubuh Ikhwânul Muslimîn. Pemikiran dan corak pergerakannya lebih mendahulukan konfrontasi dengan mengadopsi ideologi Radikal-Revolusi ala Barat (yang dipelajarinya secara mendalam sepanjang karir "menuntut ilmu"nya di Amerika) dalam memperjuangkan ideologinya.
Ia menjadikan pergerakan Ikhwânul Muslimîn terbelah menjadi dua aliran. Melalui berbagai tulisannya Sayyid Quthub menumpahkan ideologi ekstrimnya. Tanpa segan-segan ia mengkafirkan seluruh pemerintahan umat Islam yang ada, dan bahkan seluruh lapisan masyarakat yang tidak sejalan dengannya. Karenanya ia menjuluki masjid-masjid umat Islam di seluruh penjuru dunia sebagai "Tempat peribadatan jahiliyyah".
Dan selanjutnya, tatkala pergerakannya mendapatkan reaksi keras dari penguasa Mesir di bawah pimpinan Jamal Abdun Nâsir, ia pun menyeru pengikutnya untuk mengadakan perlawanan dan pembalasan, sebagaimana diutarakan pada nukilan-nukilan di atas.
Spoiler for Hassan Al-Banna:

Setelah bergabungnya Sayyid Quthub ke dalam barisan Ikhwânul Muslimîn, terbentuklah aliran baru yang ekstrim pada tubuh Ikhwânul Muslimîn. Pemikiran dan corak pergerakannya lebih mendahulukan konfrontasi dengan mengadopsi ideologi Radikal-Revolusi ala Barat (yang dipelajarinya secara mendalam sepanjang karir "menuntut ilmu"nya di Amerika) dalam memperjuangkan ideologinya.
Ia menjadikan pergerakan Ikhwânul Muslimîn terbelah menjadi dua aliran. Melalui berbagai tulisannya Sayyid Quthub menumpahkan ideologi ekstrimnya. Tanpa segan-segan ia mengkafirkan seluruh pemerintahan umat Islam yang ada, dan bahkan seluruh lapisan masyarakat yang tidak sejalan dengannya. Karenanya ia menjuluki masjid-masjid umat Islam di seluruh penjuru dunia sebagai "Tempat peribadatan jahiliyyah".
Dan selanjutnya, tatkala pergerakannya mendapatkan reaksi keras dari penguasa Mesir di bawah pimpinan Jamal Abdun Nâsir, ia pun menyeru pengikutnya untuk mengadakan perlawanan dan pembalasan, sebagaimana diutarakan pada nukilan-nukilan di atas.
Quote:
3. Aliran Muhammad Surur Zaenal Abidin
Setelah pergerakan Ikhwânul Muslimîn mengalami banyak tekanan di negeri mereka, yaitu Mesir, Suria, dan beberapa negeri Arab lainnya, mereka berusaha menyelamatkan diri. Negara yang paling kondusif untuk menyelamatkan diri dan menyambung hidup ketika itu ialah Kerajaan Saudi Arabia. Hal itu itu karena penguasa Kerajaan Saudi saat itu begitu menunjukkan solidaritas kepada mereka yang ditindas di negeri mereka sendiri.
Lebih dari itu, pada saat itu kerajaan Saudi sedang kebanjiran pendapatan dari minyak buminya, mereka membuka berbagai lembaga pendidikan dalam berbagai jenjang, sehingga mereka kekurangan tenaga pengajar. Jadi, keduanya saling membutuhkan. Untuk itu, mereka diterima dengan dua tangan terbuka oleh otoritas Pemerintah Saudi Arabia. Selanjutnya, mereka pun dipekerjakan sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di sana.
Di sisi lain, Pemerintah Mesir, Suria dan lainnya merasa terbebaskan dari banyak pekerjaannya. Mereka tidak berkeberatan dengan sikap Pemerintah Saudi Arabia yang memberikan tempat kepada para pelarian Ikhwânul Muslimîn, sebagaimana ditegaskan oleh Pangeran Nayif bin Abdul Azîz di atas.
Selama tinggal di Kerajaan Saudi Arabia inilah, beberapa tokoh gerakan Ikhwânul Muslimîn berusaha beradaptasi dengan paham yang diajarkan di sana. Sebagaimana kita ketahui, Ulama'-Ulama' Saudi Arabia adalah para penerus dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb rahimahullah yang anti-pati dengan segala bentuk kesyirikan dan bid'ah. Sehingga, selama mengembangkan pergerakannya, tokoh-tokoh Ikhwânul Muslimîn turut menyuarakan hal yang sama. Hanya dengan cara inilah mereka bisa mendapatkan tempat di masyarakat setempat.
Inilah faktor pembeda antara aliran ketiga dari aliran kedua, yaitu adanya sedikit perhatian terhadap tauhid dan sunnah. Walaupun pada tataran aplikasinya, masalah tauhid acap kali dikesampingkan dengan cara membuat istilah baru yang mereka sebut dengan tauhîd hakimiyyah.
Setelah pergerakan Ikhwânul Muslimîn mengalami banyak tekanan di negeri mereka, yaitu Mesir, Suria, dan beberapa negeri Arab lainnya, mereka berusaha menyelamatkan diri. Negara yang paling kondusif untuk menyelamatkan diri dan menyambung hidup ketika itu ialah Kerajaan Saudi Arabia. Hal itu itu karena penguasa Kerajaan Saudi saat itu begitu menunjukkan solidaritas kepada mereka yang ditindas di negeri mereka sendiri.
Lebih dari itu, pada saat itu kerajaan Saudi sedang kebanjiran pendapatan dari minyak buminya, mereka membuka berbagai lembaga pendidikan dalam berbagai jenjang, sehingga mereka kekurangan tenaga pengajar. Jadi, keduanya saling membutuhkan. Untuk itu, mereka diterima dengan dua tangan terbuka oleh otoritas Pemerintah Saudi Arabia. Selanjutnya, mereka pun dipekerjakan sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di sana.
Di sisi lain, Pemerintah Mesir, Suria dan lainnya merasa terbebaskan dari banyak pekerjaannya. Mereka tidak berkeberatan dengan sikap Pemerintah Saudi Arabia yang memberikan tempat kepada para pelarian Ikhwânul Muslimîn, sebagaimana ditegaskan oleh Pangeran Nayif bin Abdul Azîz di atas.
Spoiler for Logo Ikhwanul Muslimin:

Selama tinggal di Kerajaan Saudi Arabia inilah, beberapa tokoh gerakan Ikhwânul Muslimîn berusaha beradaptasi dengan paham yang diajarkan di sana. Sebagaimana kita ketahui, Ulama'-Ulama' Saudi Arabia adalah para penerus dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb rahimahullah yang anti-pati dengan segala bentuk kesyirikan dan bid'ah. Sehingga, selama mengembangkan pergerakannya, tokoh-tokoh Ikhwânul Muslimîn turut menyuarakan hal yang sama. Hanya dengan cara inilah mereka bisa mendapatkan tempat di masyarakat setempat.
Inilah faktor pembeda antara aliran ketiga dari aliran kedua, yaitu adanya sedikit perhatian terhadap tauhid dan sunnah. Walaupun pada tataran aplikasinya, masalah tauhid acap kali dikesampingkan dengan cara membuat istilah baru yang mereka sebut dengan tauhîd hakimiyyah.
Lanjut Bawah ......
Diubah oleh Heathendoom 01-08-2013 06:13
0
25K
Kutip
233
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan