Jakarta - Sejauh mana bahaya sinyal telepon selular atau HP yang dinyalakan dalam penerbangan? HP yang terus mencari sinyal itu bisa mengganggu percakapan pilot dan Air Traffic Control (ATC) yang selama ini masih menggunakan gelombang radio. Nah, bayangkan bila pilot dan ATC mengalami miskomunikasi karena interferensi sinyal HP yang masih menyala di saat genting sepertitake off dan landing.

"Saat ini komunikasi dan navigasi pilot-ATC masih andalkan gelombang radio. Mengganggu komunikasi sudah pasti. Coba taruh HP di dekat TV atau radio, pada saat SMS masuk kan mesti bunyi tet tet tet tet. Taruh HP di dekat monitor komputer, gambarnya akan bergetar," jelas pengamat penerbangan Alvin Lie.

Hal itu dikatakan Alvin Lie saat dihubungi detikcom, Jumat (7/6/2013). Mantan Ketua Kaukus Penerbangan DPR ini mengatakan, di seluruh tubuh pesawat itu terdapat kabel-kabel. Kabel ini berpotensi menjadi antena sinyal HP.

"Nah pada saat akan mendarat, itu kan komunikasi dan navigasi sangat krusial, sangat penting. Kalau meleset sedikit saja, kemungkinan terjadi kecelakaan cukup besar. Itu baru 1 HP, kalau 10 atau 20 HP menyala semua ya sangat mengganggu. Kalau penumpang di dalam pesawat semua ada 100, semua HP menyala, bisa kacau penerbangan," jelas mantan anggota Komisi V yang mengawasi bidang transportasi ini.

Pendapat Alvin ini juga pernah diutarakan pengamat penerbangan Ruth Hana Simatupang yang diwawancara detikcom pada 11 Mei 2012 lalu. 


"Sampai saat ini belum ada pembuktian langsung sinyal HP menjadi penyebab kecelakaan pesawat di seluruh dunia. Tapi memang bisa mengacaukan sistem navigasi dan komunikasi. Jadi kalau bicara gunakan HT akan ter-inteference. Kalau sistem navigasi yang analog bisa muter-muter karena ada gelombang elektromagnetik," tutur pengamat penerbangan, Ruth Hana Simatupang, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (11/5/2012).

Ruth pernah menjadi investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pernah menjadi humas di salah satu maskapai penerbangan. Sedangkan saat ini dia menjadi konsultan penerbangan.

Menurut dia, keberadaan HP aktif memang serta merta mengganggu komunikasi dan navigasi pesawat. Jika alur sinyal HP dan navigasi atau sistem komunikasi tepat, maka akan ada gangguan. Selain itu HP yang satu dan HP lainnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengirimkan sinyal.

"Makanya penumpang diminta mematikan HP-nya saat di pesawat karena bagaimana pun ada kemungkinan berpengaruh," sambung Ruth.

Pendapat Alvin dan Ruth juga diperkuat praktisi penerbangan, yakni pilot Jeffrey Adrian yang pernah diwawancara detikcom pada Senin (14/5/2012) lalu.
 Jeffrey mengatakan komunikasi pilot dengan ATC itu terganggu bila peralatan di pesawat dan di ATC tidak bagus sehingga pengiriman dan penerimaan sinyal tidak bagus.

"Kemudian ada gangguan komunikasi, misalnya gangguan komunikasi radio dari darat, radio pemancar AM/FM, telepon seluler, juga lekuk Bumi karena gelombang kan tegak lurus. Juga di daerah yang blank spot atau karena jarak yang terlalu jauh, atau bisa juga karena terrain condition seperti terhalang pegunungan," imbuh Jeffrey.

Penggunaan HP di dalam pesawat saat take off dan landing, diakuinya bisa mengganggu instrumen dan sistem navigasi. 

"Ada penggunaan ponsel yang diperkuat sinyalnya sehingga malah tembus ke pesawat, ini bisa membahayakan penerbangan. Ini perlu diatur oleh kementerian terkait dengan ini. Sering kali saya nggak bisa dengar suara dari ATC, ATC juga begitu. Sampai kedengarannya dengan petugas ATC kaya mau berantem. Petugas ATC bilang 'kok dipanggil nggak ada, Mas kemana saja?' Saya bilang dari tadi ya di sini. Jadi ada semacam friction percakapan HP dan radio yang berlangsung terus sampai hari ini," jelas Jeffrey. 

"Kadang-kadang terdengar juga pembicaraan telepon orang di darat. Harus ada pengaturan dan monitoring penggunaan frekuensi HP dan radio. Kalau situasinya aman, interferensi semacam itu tidak akan terlalu mengganggu. Tapi kalau pesawat berada dalam keadaan darurat bagaimana?" tandas pilot yang mempelajari aerobatik di Executive Flyer Aviation Boston, AS ini.