- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
(Wow) Pasukan Pemburu Jokowi: Cuma Jokowi dan Tuhan yang Tahu


TS
sulich
(Wow) Pasukan Pemburu Jokowi: Cuma Jokowi dan Tuhan yang Tahu
Spoiler for jokowi muda:


sumber dari praktisi televisi (@ombrill)
Quote:
Tak seperti Gubernur-Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Joko Widodo alias Jokowi dianggap Gubernur yang ‘susah diatur’. Agenda kerjanya ‘tidak pernah jelas’. Buat fans Jokowi, mohon jangan naik pitam dengan istilah ‘tidak pernah jelas’ dalam konteks ini. Yang dimaksud ‘tidak jelas’ adalah, Jokowi tetap kerja, tetapi agenda kerja hariannya tidak ada pegawainya yang tahu, baik ajudan-ajudannya, sekretaris Pemda, maupun hubungan masyarakat (Humas). Ibaratnya, cuma Jokowi dan Tuhan yang tahu.
“David juga nggak tahu agenda Jokowi besok mau kemana, mas,” ujar salah seorang Produser pada saya.
David adalah nama ajudan Jokowi yang sudah tidak asing lagi bagi para wartawan. Semua wartawan yang ingin memburu Jokowi, pasti punya nomor David. Kebetulan, ia adalah ajudan sejak Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo. Selain David, ada dua ajudan lain yang sebetulnya bisa dihubungi, tetapi David tetap berpengaruh.
Semua wartawan sudah tahu kalo Jokowi adalah Gubernur DKI Jakarta yang ‘paling beda’. Tidak pernah mau diatur,sulit diundang atau didatangkan ke studio, dan sekali lagi agendanya tidak pernah diketahui di hari-H sekali pun. Oleh karena itulah, jangan heran kalo Anda iseng-iseng melewati Taman Suropati pukul 05:00 wib,beberapa mobil stasiun televisi sudah berjejer di situ. Ngapain? Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta ada dekat Taman Suropati. Mobil-mobil kru televisi itu stand by buat mengikuti agenda Jokowi hari tersebut.
Itulah pasukan pemburu Jokowi. Mobil-mobil wartawan tersebut rela menunggu ba’da subuh sampai kira-kira setengah enam, buat mengikuti mobil dinas Jokowi. Mereka tidak ingin luput atau kehilangan jejak Jokowi. Sengaja wartawan-wartawan ini menunggu di rumah dinas, bukan di Balai Kota di jalan Medan Merdeka Barat. Sebab, seringkali Jokowi tidak mampir ke Balai Kota buat blusukan. Dari rumah dinas, Jokowi sering langsung ke lokasi.
Kebiasaan menunggu Jokowi di rumah dinas sejak selesai sholat subuh sudah menjadi rutinitas wartawan embeded (istilah wartawan yang selalu melekat pada tokoh). Dan ini dilakukan oleh seluruh wartawan, mulai dari wartawan media cetak maupun media elektronik.
“Mas, gue mau ke Balaikota dulu ya, mau ketemu David,” kata Produser minta izin ke saya.
“Ngapain ketemu David?” tanya saya.
“Mau kasih proposal buat acara Jokowi, sekalian tanya kemungkinannya,” jelas Produser saya lagi.
“Lah, emang nggak bisa di-email dulu proposalnya?” tanya saya.
“Yaa…kayak elo kagak tau aja mas. Kan kita udah pernah punya pengalaman sebelumnya?”
Saya langsung tepok jidat. Bener juga apa kata Produser saya tadi. Jadi begini, buat PDKT ke Jokowi tidak cukup lewat email, faksimili, apalagi komunikasi lewat sosial media. Silahkan Anda tanya ke wartawan, khususnya televisi, apakah Jokowi pernah mau diundang ke studio televisi buat acara talk show? Jawabannya pasti: TIDAK PERNAH! Yang terjadi, stasiun televisi yang harus ‘jemput bola’ di lokasi tempat Jokowi akan blusukan. Di situ, Jokowi ‘dicegat’ dan bisa direkam buat acara talk show sebagaimana Metro TV sukses membuat acara Gebrakan Jokowi. Sebenarnya tvOne juga sempat membuat acara talk show pas bertepatan 100 hari kepemimpinan Jokowi-Ahok, yang sempat menghebohkan itu.
Jokowi juga tidak bisa ‘disetir’ oleh para pengusaha buat launching produk ini-itu. Beliau beda banget dengan Gubernur-Gubernur DKI Jakarta lain yang mudah untuk menyisipkan agenda launching produk, apartemen, mall, dan hal-hal lain. Makanya, tiap ada event organizer (EO) mau mengadakan event di Jakarta, tidak pernah berani mencantumkan nama Jokowi sebagai tamu VIP yang diundang. Mereka ogah menjanjikan Jokowi akan datang.
“Tau nggak mas, ada perusahaan yang rela mengundurkan acaranya berkali-kali demi waktunya Jokowi,” kata teman saya yang kerja di bagian marketing event. “Yang penting bagi mereka, Jokowi harus ada.”
Luar biasa bukan?
Saking ‘susah disetir’ atau ‘susah diatur’, mereka yang mau coba-coba ‘menyuap’ dengan uang, tidak mendapatkan ‘rezeki’. Maksudnya? Kabarnya, Gubernur-Gubernur DKI Jakarta sebelum Jokowi bisa menyelipkan agenda yang tidak penting kayak launching ini-itu di antara agenda-agenda penting yang sudah tersusun. Oleh karena memasukkan agenda yang tidak penting tersebut dan sang Gubernur bisa hadir, maka orang yang menyelipkan agenda tambahan dikasih amplop berisi uang. Nah, uang itu saya ibaratkan ‘rezeki’, meski kadar kehalalannya perlu dipertanyakan.
“Dulu saya enak mas. Begitu Gubernur datang, saya selipkan aja amplop tanda terima kasih,” ungkap teman saya yang marketing event ini, jujur kalo dia pernah nyogok. “Kalo sekarang mah susah. Mereka nyerah buat janji ngedatangin Jokowi.”
Ini bukan janji, tapi barangkali sedikit tips. Buat PDKT ke Jokowi, kita kudu kerja keras, menyiapkan waktu dan tenaga, konsisten, pantang menyerah, dan tetap sabar buat PDKT secara langsung ke Balaikota. Yang pertama PDKT ke ajudannya dan Insya Allah kalo memang rezeki, Jokowi bersedia untuk hadir di acara kita. Sekali lagi, itu kalo rezeki, lho. Sebab, mau apa tidak Jokowi menghadiri acara Anda, cuma beliau dan Tuhan yang tahu.
Salam Jokowi!
“David juga nggak tahu agenda Jokowi besok mau kemana, mas,” ujar salah seorang Produser pada saya.
David adalah nama ajudan Jokowi yang sudah tidak asing lagi bagi para wartawan. Semua wartawan yang ingin memburu Jokowi, pasti punya nomor David. Kebetulan, ia adalah ajudan sejak Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo. Selain David, ada dua ajudan lain yang sebetulnya bisa dihubungi, tetapi David tetap berpengaruh.
Semua wartawan sudah tahu kalo Jokowi adalah Gubernur DKI Jakarta yang ‘paling beda’. Tidak pernah mau diatur,sulit diundang atau didatangkan ke studio, dan sekali lagi agendanya tidak pernah diketahui di hari-H sekali pun. Oleh karena itulah, jangan heran kalo Anda iseng-iseng melewati Taman Suropati pukul 05:00 wib,beberapa mobil stasiun televisi sudah berjejer di situ. Ngapain? Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta ada dekat Taman Suropati. Mobil-mobil kru televisi itu stand by buat mengikuti agenda Jokowi hari tersebut.
Itulah pasukan pemburu Jokowi. Mobil-mobil wartawan tersebut rela menunggu ba’da subuh sampai kira-kira setengah enam, buat mengikuti mobil dinas Jokowi. Mereka tidak ingin luput atau kehilangan jejak Jokowi. Sengaja wartawan-wartawan ini menunggu di rumah dinas, bukan di Balai Kota di jalan Medan Merdeka Barat. Sebab, seringkali Jokowi tidak mampir ke Balai Kota buat blusukan. Dari rumah dinas, Jokowi sering langsung ke lokasi.
Kebiasaan menunggu Jokowi di rumah dinas sejak selesai sholat subuh sudah menjadi rutinitas wartawan embeded (istilah wartawan yang selalu melekat pada tokoh). Dan ini dilakukan oleh seluruh wartawan, mulai dari wartawan media cetak maupun media elektronik.
“Mas, gue mau ke Balaikota dulu ya, mau ketemu David,” kata Produser minta izin ke saya.
“Ngapain ketemu David?” tanya saya.
“Mau kasih proposal buat acara Jokowi, sekalian tanya kemungkinannya,” jelas Produser saya lagi.
“Lah, emang nggak bisa di-email dulu proposalnya?” tanya saya.
“Yaa…kayak elo kagak tau aja mas. Kan kita udah pernah punya pengalaman sebelumnya?”
Saya langsung tepok jidat. Bener juga apa kata Produser saya tadi. Jadi begini, buat PDKT ke Jokowi tidak cukup lewat email, faksimili, apalagi komunikasi lewat sosial media. Silahkan Anda tanya ke wartawan, khususnya televisi, apakah Jokowi pernah mau diundang ke studio televisi buat acara talk show? Jawabannya pasti: TIDAK PERNAH! Yang terjadi, stasiun televisi yang harus ‘jemput bola’ di lokasi tempat Jokowi akan blusukan. Di situ, Jokowi ‘dicegat’ dan bisa direkam buat acara talk show sebagaimana Metro TV sukses membuat acara Gebrakan Jokowi. Sebenarnya tvOne juga sempat membuat acara talk show pas bertepatan 100 hari kepemimpinan Jokowi-Ahok, yang sempat menghebohkan itu.
Jokowi juga tidak bisa ‘disetir’ oleh para pengusaha buat launching produk ini-itu. Beliau beda banget dengan Gubernur-Gubernur DKI Jakarta lain yang mudah untuk menyisipkan agenda launching produk, apartemen, mall, dan hal-hal lain. Makanya, tiap ada event organizer (EO) mau mengadakan event di Jakarta, tidak pernah berani mencantumkan nama Jokowi sebagai tamu VIP yang diundang. Mereka ogah menjanjikan Jokowi akan datang.
“Tau nggak mas, ada perusahaan yang rela mengundurkan acaranya berkali-kali demi waktunya Jokowi,” kata teman saya yang kerja di bagian marketing event. “Yang penting bagi mereka, Jokowi harus ada.”
Luar biasa bukan?
Saking ‘susah disetir’ atau ‘susah diatur’, mereka yang mau coba-coba ‘menyuap’ dengan uang, tidak mendapatkan ‘rezeki’. Maksudnya? Kabarnya, Gubernur-Gubernur DKI Jakarta sebelum Jokowi bisa menyelipkan agenda yang tidak penting kayak launching ini-itu di antara agenda-agenda penting yang sudah tersusun. Oleh karena memasukkan agenda yang tidak penting tersebut dan sang Gubernur bisa hadir, maka orang yang menyelipkan agenda tambahan dikasih amplop berisi uang. Nah, uang itu saya ibaratkan ‘rezeki’, meski kadar kehalalannya perlu dipertanyakan.
“Dulu saya enak mas. Begitu Gubernur datang, saya selipkan aja amplop tanda terima kasih,” ungkap teman saya yang marketing event ini, jujur kalo dia pernah nyogok. “Kalo sekarang mah susah. Mereka nyerah buat janji ngedatangin Jokowi.”
Ini bukan janji, tapi barangkali sedikit tips. Buat PDKT ke Jokowi, kita kudu kerja keras, menyiapkan waktu dan tenaga, konsisten, pantang menyerah, dan tetap sabar buat PDKT secara langsung ke Balaikota. Yang pertama PDKT ke ajudannya dan Insya Allah kalo memang rezeki, Jokowi bersedia untuk hadir di acara kita. Sekali lagi, itu kalo rezeki, lho. Sebab, mau apa tidak Jokowi menghadiri acara Anda, cuma beliau dan Tuhan yang tahu.
Salam Jokowi!
yang jadi pertanyaan koq susah ya ngajak Jokowi tampil di TV? Katanya (nya=orang sirik)beliau doyan pencitraan, mestinya selalu pengen tampil dan dilihat ya kan,?
0
18.5K
Kutip
163
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan