Thread pertama

Kadang, kualitas yang sangat bagus pun tidak cukup membuat kita dinilai dan diperlakukan lebih oleh lingkungan. Perlu ada penyampaian informasi yang intensif ke banyak orang agar orang tau kelebihan kita. Komunikasi efektif jadi kunci yang sangat mempengaruhi kesuksesan.

Contoh kasus adalah merek smart phone, HTC. Karena keterbatasan biaya marketing, kalah jauh dengan Samsung, walau produknya tidak kalah bahkan kadang jauh lebih bagus. Karena strategi marketing yang kurang ampuh juga, banyak orang masih awam tentang merek tersebut dan menganggap itu adalah merek HP Cina semacam Cross, Mito, Nexian dll. Malah bagi sebagian orang, Cross terkesan lebih elit.

Demi kejar biaya marketing yang lebih rendah, HTC “cuma” mensponsori The Voice ID, ajang pencarian bakat nyanyi di Indosiar, stasiun TV yang ratingnya rendah. Sementara Cross, mensponsori ajang Indonesian Idol dan X-Factor ID di RCTI. Walaupun secara kualitas banyak yang bilang The Voice lebih baik, namun karena tampil di Indosiar jadi kurang komersil dan tidak banyak yang melirik sehingga tidak se-booming yang di RCTI. Terlebih, RCTI punya acara musik sendiri di pagi hari, sehingga jebolan ajang pencarian bakatnya punya kesempatan tampil lebih sering disana.

Disini, faktor timing juga sangat berperan. Orang tentu lebih tahu dan paham ketika disebut nama Judika, Regina, Sean, Fatin, Novita, dan Mikha dibandingkan nama Billy, Leona, Tiara, dan Agseisa. Selain faktor rating TV dan ketersediaan acara musik harian, The Voice juga terpuruk karena jadwal yang bagi sebagian orang kurang menarik. The Voice tayang pada minggu malam, padahal di saat yang sama itu adalah jadwal tayang BPL. Bagi pencinta olahraga dan musik, rasanya BPL jauh lebih prioritas untuk ditonton ketimbang The Voice. Pertandingan bola tidak enak ditonton kalau tidak langsung, tidak enak kalau hanya menonton berita bola di pagi atau malam hari. Sementara untuk menikmati suara peserta The Voice, bisa melihat tayangan ulang atau video di Youtube. Bagi sebagian orang yang tidak begitu ngebet nonton bola atau saat tidak ada pertandingan bagus malam itu pun, The Voice masih punya penantang serius, terutama bagi pemirsa yang juga suka komedi selain musik. Penantang tersebut adalah SUCI 3 di Kompas TV. TS sendiri sangat jarang nonton The Voice, mengira jadwalnya masih panjang. Ternyata sudah Grand Final, padahal pesertanya masih ada 4 orang. Rupanya final disini tidak seperti di ajang lain yang mempertemukan 2 peserta.

Demikian juga dengan pengelolaan SDM di perusahaan swasta atau instansi pemerintah. Walaupun mungkin ada yang lebih mampu dalam hal teknis kerjaan dan ide, tapi yang lebih mudah mendapat promosi atau penghargaan adalah yang sering tampil dan pandai “menjual” kelebihannya kepada atasan dan pelanggan. Jadinya, begitu ada kesempatan promosi/penghargaan, orang tersebut menduduki daftar puncak di pikiran atasan sebagai kandidat untuk dipromosikan.
Kualitas hebat tanpa diiringi dengan kemampuan mengkomunikasikan yang baik dan efektif, akan kalah dengan kemampuan biasa yang dibungkus komunikasi yang hebat. Dengan komunikasi (marketing) yang hebat, keinginan (want) bisa terasa lebih penting daripada kebutuhan (need). Bahkan ada ungkapan, “Seorang pemasar yang hebat bisa menjual es krim di kutub.”