Sidang perdana kasus pemerasan dengan terdakwa Hercules Rosario Marshal digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Agenda sidang adalah pembacaan dakwaan oleh tim Jaksa Penuntut Umum yang dipimpin oleh Fajar Arisetiawan.



Sidang ini berlangsung di ruang sidang utama pengadilan, Kusumah Atmadja, yang memiliki luas 10x30 meter. Namun, fasilitas dalam ruang sidang ini sangatlah tidak memadai. Tidak ada perlengkapan audio seperti microphone dan speaker (pengeras suara).

Jaksa membacakan dakwaan dengan suara semampunya. Belum lagi di dalam ruang sidang penuh sesak oleh sekitar 50 orang, baik awak media maupun pendukung Hercules.

Tidak adanya fasilitas audio ini pun menuai protes dari pengunjung sidang maupun awak media massa. Awak media menjadi kesulitan dalam mengamati proses jalannya sidang.

"Ini kan gedung baru, mewah juga dari luar kelihatannya, kok di dalamnya enggak ada mic dan speaker. Gimana kita mau merekam suara," ujar salah satu wartawan media radio, Aldy, Kamis (30/5).


Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Barat ini terbilang masih baru. Dipakai untuk proses persidangan sejak tahun 2012 lalu. Dari depan, gedung ini terlihat mewah, dengan pilar-pilar putih, pintu kaca dan peralatan lengkap metal detector di pintu masuk. Berbeda dengan beberapa pengadilan lainnya yang masih berkesan kuno.

Dulu pada 2012, sidang kasus terorisme dengan terdakwa Umar Patek yang juga berlangsung di ruang utama Pengadilan Negeri Jakarta Barat tersebut. Namun, sidang dilengkapi dengan alat pengeras suara.

Bahkan, di lobi pengadilan dipasangi speaker dan layar yang memperlihatkan suasana di dalam ruang sidang. Dengan demikian, pengunjung bisa mengikuti jalannya persidangan di dalam dan luar ruangan.

Hingga pukul 13.00 WIB sidang masih berlangsung dengan agenda keterangan saksi.

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/pn-jakbar-gedung-baru-tapi-sidang-hercules-tanpa-mic-speaker.html