- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Hening Malam


TS
Shadoweve
Hening Malam
Semoga suka ya... 

Spoiler for HENING MALAM:
Halus sekali terpaan angin yang menyentuh kulit wajahku, seolah mengelus kemuramanku dan bertanya “apa kau baik-baik saja?” rasanya hampir mirip seperti sentuhan seorang ibu
Dalam hati aku menggumam “aku tidak bisa meminta banyak kan?” aku bahkan sudah sangat bersyukur ada tangan hampa yang masih mau menyentuhku
Seiring berlalunya garis-garis putih diatas aspal aku melihat ke sisi kiri, sebuah rumah mentereng berdiri tegak disana dengan angkuh, tidak kalah angkuh dengan pemiliknya, seorang pejabat daerah
Tapi memang begitu kan? Kehidupan ini adil bagi sebagian orang, mereka tidak punya otak tapi mereka punya keluarga yang bisa mengeluarkan mereka dari komunitas orang-orang idiot dan memoles mereka dengan akting murahan agar bisa menjadi salah satu kaum elit
IQ-ku 137 dan aku cerdas, tapi disini aku sekarang, berjalan seorang diri di bawah naungan bayang-bayang pohon, tanpa pengakuan, tanpa penghargaan
Aku sudah banyak melihat teman-temanku menuai prestasi dan aku tidak menyalahkan mereka, mereka pintar dan aku cerdas, dan kaum akademis hanya memiliki dua batasan, pintar dan bodoh, tidak peduli seberapa tinggi IQ-mu selama kau tidak pandai memakai topeng dan berbuat munafik kepada orang-orang sekitarmu maka tidak ada kesempatan untukmu
Bahkan terkadang hanya untuk berteman pun sulit bagimu, orang-orang merasa risih atas kebaikanmu dan mereka menganggapmu tukang cari perhatian, dan perlahan menjauhimu, membuka kesempatan bagi orang lain dan mengacuhkanmu yang mencoba menolongnya
Ranting-ranting pohon terlihat seperti jemari kurus, aku mengangkat tangan dan mencoba menggapai ranting terendah, berkhayal kalau itu adalah sebuah tangan yang menggapaiku, menawarkan hari-hari tanpa rasa sepi dan letih
Aku terlalu pendek. Aku berlalu kemudian menghela nafas, udara dingin masuk ke tenggorokanku
Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, selalu orang di bawahku yang menang, aku memang tidak punya koneksi dengan siapa-siapa, bahkan dengan indeks prestasi di atas rata-rata pun mustahil bagiku untuk mendapatkan beasiswa, dan yah, teman-temanku bisa, bahkan nyaris seperti menarik nafas
Jalanan itu landai, menurun dan penuh kerikil. Aku suka berjalan di tengah malam seperti ini, saat para manusia terlelap, aku bisa mendengar bisikan alam dan dunia tanpa harus dipengaruhi oleh persepsi dan hasutan manusia
Syahdu sekali
Begitu banyak kepalsuan yang dipoles di dunia, hitam dan putih tidak lagi berbeda, tapi entah kenapa aku benci diriku yang lemah karena masih terus menerus memikirkan perasaan orang lain dan merasa bersalah setiap kali memanfaatkan kecerdasanku untuk menarik keuntungan
Aku tidak bisa berjalan begitu saja tanpa merasa hatiku sakit saat melihat bapak-bapak tua mengemis. Aku tidak bisa berlalu begitu saja saat melihat seekor kucing yang tertabrak tanpa memaki si pembunuh dan mencoba menghajarnya
Aku tidak bisa menerima program pengarahan persepsi seperti yang diterima orang-orang pada umumnya dari televisi tanpa mengetahui kebenaran mutlak dan kegunaannya bagi kehidupan
Aku juga tidak bisa bermunafik-ria dengan menggunakan ayat-ayat dari kitab suci dan ilmu agama untuk menarik simpati orang-orang di sekitarku. Agama krusial bagiku dan aku tidak akan memanfaatkannya seperti yang digunakan beberapa organisasi mahasiswa yang bahkan para pengurusnya saja tidak menjalankannya ketika sudah berada di balik tembok tebal dimana tak seorang pun melihat
Dan aku tidak bisa untuk menjilat orang lain dengan pujian dan bala bantuan sementara aku tidak menolong temanku yang sering mengizinkanku untuk beristirahat di rumahnya walaupun waktu tenangnya berkurang, apalagi sampai menelan kembali janjiku terhadapnya
Mungkin aku benci diriku yang begitu baik terhadap keinginanku untuk menjadi jahat, aku tidak akan pernah bisa mengalahkan suara kecil yang terus menerus berbisik
Segalanya membuatku tidak mengenal diriku sendiri lagi
Malam semakin larut, dingin mengendap, bahkan jaket pun tidak bisa menghalangi rasa dingin ini. Dinginnya menyelimuti kalbu bukan lagi tubuh
Mendongak ke atas, aku melihat dia, begitu putih begitu anggun. Sang bulan kembali menemani serigala yang berjalan seorang diri, begitu tinggi dan indah diatas sana, sementara serigala hanya bisa mendongak dan memandang indahnya. Sungguh begitu angkuh dan indah, memandang ke bawah dengan sombongnya
Memeluk diriku sendiri, air dingin menetes dari sudut mataku, kuarahkan tanganku ke langit dan menggumam pelan dalam isakku
“tolong aku”
Malam itu sekali lagi serigala melolong kepada sang bulan
Dalam hati aku menggumam “aku tidak bisa meminta banyak kan?” aku bahkan sudah sangat bersyukur ada tangan hampa yang masih mau menyentuhku
Seiring berlalunya garis-garis putih diatas aspal aku melihat ke sisi kiri, sebuah rumah mentereng berdiri tegak disana dengan angkuh, tidak kalah angkuh dengan pemiliknya, seorang pejabat daerah
Tapi memang begitu kan? Kehidupan ini adil bagi sebagian orang, mereka tidak punya otak tapi mereka punya keluarga yang bisa mengeluarkan mereka dari komunitas orang-orang idiot dan memoles mereka dengan akting murahan agar bisa menjadi salah satu kaum elit
IQ-ku 137 dan aku cerdas, tapi disini aku sekarang, berjalan seorang diri di bawah naungan bayang-bayang pohon, tanpa pengakuan, tanpa penghargaan
Aku sudah banyak melihat teman-temanku menuai prestasi dan aku tidak menyalahkan mereka, mereka pintar dan aku cerdas, dan kaum akademis hanya memiliki dua batasan, pintar dan bodoh, tidak peduli seberapa tinggi IQ-mu selama kau tidak pandai memakai topeng dan berbuat munafik kepada orang-orang sekitarmu maka tidak ada kesempatan untukmu
Bahkan terkadang hanya untuk berteman pun sulit bagimu, orang-orang merasa risih atas kebaikanmu dan mereka menganggapmu tukang cari perhatian, dan perlahan menjauhimu, membuka kesempatan bagi orang lain dan mengacuhkanmu yang mencoba menolongnya
Ranting-ranting pohon terlihat seperti jemari kurus, aku mengangkat tangan dan mencoba menggapai ranting terendah, berkhayal kalau itu adalah sebuah tangan yang menggapaiku, menawarkan hari-hari tanpa rasa sepi dan letih
Aku terlalu pendek. Aku berlalu kemudian menghela nafas, udara dingin masuk ke tenggorokanku
Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, selalu orang di bawahku yang menang, aku memang tidak punya koneksi dengan siapa-siapa, bahkan dengan indeks prestasi di atas rata-rata pun mustahil bagiku untuk mendapatkan beasiswa, dan yah, teman-temanku bisa, bahkan nyaris seperti menarik nafas
Jalanan itu landai, menurun dan penuh kerikil. Aku suka berjalan di tengah malam seperti ini, saat para manusia terlelap, aku bisa mendengar bisikan alam dan dunia tanpa harus dipengaruhi oleh persepsi dan hasutan manusia
Syahdu sekali
Begitu banyak kepalsuan yang dipoles di dunia, hitam dan putih tidak lagi berbeda, tapi entah kenapa aku benci diriku yang lemah karena masih terus menerus memikirkan perasaan orang lain dan merasa bersalah setiap kali memanfaatkan kecerdasanku untuk menarik keuntungan
Aku tidak bisa berjalan begitu saja tanpa merasa hatiku sakit saat melihat bapak-bapak tua mengemis. Aku tidak bisa berlalu begitu saja saat melihat seekor kucing yang tertabrak tanpa memaki si pembunuh dan mencoba menghajarnya
Aku tidak bisa menerima program pengarahan persepsi seperti yang diterima orang-orang pada umumnya dari televisi tanpa mengetahui kebenaran mutlak dan kegunaannya bagi kehidupan
Aku juga tidak bisa bermunafik-ria dengan menggunakan ayat-ayat dari kitab suci dan ilmu agama untuk menarik simpati orang-orang di sekitarku. Agama krusial bagiku dan aku tidak akan memanfaatkannya seperti yang digunakan beberapa organisasi mahasiswa yang bahkan para pengurusnya saja tidak menjalankannya ketika sudah berada di balik tembok tebal dimana tak seorang pun melihat
Dan aku tidak bisa untuk menjilat orang lain dengan pujian dan bala bantuan sementara aku tidak menolong temanku yang sering mengizinkanku untuk beristirahat di rumahnya walaupun waktu tenangnya berkurang, apalagi sampai menelan kembali janjiku terhadapnya
Mungkin aku benci diriku yang begitu baik terhadap keinginanku untuk menjadi jahat, aku tidak akan pernah bisa mengalahkan suara kecil yang terus menerus berbisik
Segalanya membuatku tidak mengenal diriku sendiri lagi
Malam semakin larut, dingin mengendap, bahkan jaket pun tidak bisa menghalangi rasa dingin ini. Dinginnya menyelimuti kalbu bukan lagi tubuh
Mendongak ke atas, aku melihat dia, begitu putih begitu anggun. Sang bulan kembali menemani serigala yang berjalan seorang diri, begitu tinggi dan indah diatas sana, sementara serigala hanya bisa mendongak dan memandang indahnya. Sungguh begitu angkuh dan indah, memandang ke bawah dengan sombongnya
Memeluk diriku sendiri, air dingin menetes dari sudut mataku, kuarahkan tanganku ke langit dan menggumam pelan dalam isakku
“tolong aku”
Malam itu sekali lagi serigala melolong kepada sang bulan
Diubah oleh Shadoweve 28-05-2013 17:50


anasabila memberi reputasi
1
1.1K
Kutip
5
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan