- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Green Lifestyle
Global Warming Picu Gempa & Gunung Meletus


TS
Falrever.eX
Global Warming Picu Gempa & Gunung Meletus
Quote:
Quote:

Apa Pemicunya ?
Glacier. Glacier adalah konsentrasi massa es yang luar biasa besar, beratnya mencapai milyaran ton dan menyebabkan ‘tekanan’ pada struktur lapisan kulit bumi. Ada sekitar 100,000 kumpulan glacier di muka bumi, umumnya terkonsentrasi di sekitar Arctic (Kutub Utara), Antartica (Kutub Selatan) dan di beberapa wilayah dataran tinggi dimana es bisa terbentuk (sekitar pegunungan Himalaya dan sekitar gunung Kilimanjaro)

( Earth Glacier Concentration )

( Earth Tectonic Map )
Darimana Kaitannya ?
- Aktifitas Tektonik & Seismic ( Efek memantul lapisan kerak bumi (Rebounding Crust)
Global warming meningkatkan laju pencairan glacial ice di seluruh muka bumi. Karena karakteristik massa es yang sangat massive dan berat, mencairnya glacial ice berarti ‘mengendur’nya tekanan pada struktur lapisan kerak bumi. “Mengendurnya’ tekanan ini menyebabkan terjadinya pendistribusian ulang ‘tekanan’ atau ‘berat’. Proses pendistribusian ulang berat/tekanan ini (karena lokasi glacier dalam jumlah besar yang tersebar di seputar wilayah Kutub Utara & Selatan) memicu gerakan seismic, baik yang jauh di dalam struktur kulit bumi maupun yang di sekitar permukaan. Gerakan seismic inilah yang memicu pergerakan lempeng-lempeng tektonik sehingga terjadi tremor, trembling atau GEMPA.
Analoginya: bayangkan kita menekan bola kaki di suatu titik dengan ibu jari, kemudian kita lepaskan. Tekanan (ke dalam) yang terbentuk akan berangsur terlepas sehingga permukaan bola akan kembali ke posisi awal. Kalau bola kaki diibaratkan bumi, proses terlepasnya tekanan itu berjalan sangat lamban tapi PASTI. Karena karakteristik geologi struktur bumi, proses pelepasan tekanan kembali itu memicu gelombang seismic.
- Aktifitas Vulkanik
Efek Menguatnya massa air.
Global warming meningkatkan laju pencairan es. Ke mana larinya air tersebut? Hanya satu jawaban: samudra. Volume air dan cakupan samudra bertambah luas karena mencairnya es – berarti ancaman juga terhadap kota-kota besar yang berada tidak jauh dari garis pantai akan tergenang bahkan tenggelam. Memanasnya rata-rata suhu atmosfir juga menaikan rata-rata suhu lautan dan samudra, sehingga massa air berkembang (thermal expansion). Kombinasi ini meningkatkan kekuatan tekanan pada patahan (fault) lempeng tektonik yang berada di sekitarnya. Tekanan ini yang diteorikan memicu pergerakan magma dari dalam untuk keluar dan terjadinya letusan.
Efek memantul tekanan geologis pada lapisan dalam kerak bumi.
Seiring dengan berkurangnya lapisan es (karena pemanasan global) di lapisan permukaan bumi, tekanan geologis di dalam lapisan kerak bumi juga berubah. Perubahan ini yang diteorikan meningkatkan laju pergerakan magma menuju keluar dan memicu letusan. Analoginya: bayangkan sedotan yang berisi air dan dalam posisi ditekuk. Sewaktu tekukan dilepaskan, posisi sedotan menjadi lurus kembali, tekanan yang menahan air terlepas sehingga air di dalam sedotan terdorong keluar.
Data Historis VS Data Masa Kini.
10,000 tahun yang lalu: aktivitas tektonik yang memicu gempa dalam berbagai skala kekuatan tercatat di wilayah Kanada. ‘Kebetulan’, saat itu glacier di wilayah tersebut mencair. 1979, gempa St Elias berkekuatan 7.2 Richter mengguncang Alaska. ‘Kebetulan’, data yang ada menggambarkan konsentrasi glacier yang berada di sekitar patahan lempeng tersebut semakin menipis semenjak 80 tahun berjalan.
Kumpulan data aktifitas vulkanik di masa 12,000 s/d 15,000 tahun yang lalu menunjukkan pola serupa. Lapisan es tebal yang menyelimuti benua Eropa bagian tengah berkurang sangat drastis. ‘Kebetulan’ sekitar 12,900 tahun yang lalu pula pernah terjadi letusan maha dahsyat yang terjadi di dalam wilayah Jerman sekarang sehingga membentuk kaldera dataran rendah yang sangat luas.Hasil riset yang dikumpulkan ilmuwan Australia, Dr Tom Chalko membuatnya berkesimpulan aktifitas seismic dewasa ini 5 kali lebih ‘bergairah’ dibandingkan 20 tahun yang lalu. Hasil pengukuran NASA dari angkasa menunjukan bumi menyerap lebih banyak energi cahaya matahari sebanyak 0.85 MW per km2 daripada yang bisa diradiasikan kembali ke angkasa. Berkurangnya radiasi energi yang bisa dilepaskan oleh bumi kembali ke luar angkasa ini karena terhalang oleh meningkatnya konsentrasi ‘greenhouse gas emission’ di atmosfir. Ketidakseimbangan thermal ini artinya bumi mengalami ‘panas dalam’ dan pastinya akan meningkatkan aktifitas seismic, tectonic serta volcanic sebagai efek penyeimbang (hukum Thermodinamika).
Kecenderungan meningkatnya akifitas seismic, tectonic dan vulcanic dalam skala global ini memang tidak bisa dihindari dan akan terus berjalan di masa mendatang. Tanpa aksi yang sungguh-sungguh, revolusioner dan menyeluruh dari milyaran penduduk bumi untuk mengurangi kadar ‘greenhouse gas emission’, bencana dalam skala global merupakan konsekuensi tidak menyenangkan dan tidak terelakan yang harus dihadapi bersama.

Harus Bagaimana ?

Mitigasi: Ikut berpartisipasi mengurangi ‘Greenhouse Gas Emissions’
- Cari tahu sumber-sumber ‘greenhouse gas emissions’ dari apa saja, di lingkungan sekitar maupun komunitas
- Cari tahu langkah-langkah untuk membantu mengurangi ‘greenhouse gas emission’
- Ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan “Go Green, Save Earth, Reduce, Reuse, Recycle”
Adaptasi:Persiapan mental menghadapi kondisi Perubahan Iklim dan Bencana terkait yang timbul
- Fahami apa resiko perubahan iklim terhadap kita
- Caritahu titik lemah kita dan sumber-sumbernya
- Minimalkan resiko dengan cara beradaptasi
- Persiapkan Action Plan dalam menghadapi situasi darurat (bencana alam) terkait perubahan iklim
0
4.4K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan