- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengintip Pembinaan & Sejarah Pemain Muda di Spanyol dan Jerman
TS
soccershop2203
Mengintip Pembinaan & Sejarah Pemain Muda di Spanyol dan Jerman
Spoiler for BUKTI NO REPSOL:
Quote:
Kehadiran Real Madrid, Barcelona, Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund di semifinal Liga Champions menunjukkan supremasi Spanyol dan Jerman di dunia sepak bola Eropa. Bagaimana dua negara ini meraih kejayaan itu? Jawabannya adalah program pembinaan pemain muda.
Dalam tulisan ini, kami akan bercerita mengenai dua akademi sepak bola terbaik di Spanyol (La Masia dan Madrid Castilla) dan peran federasi Jerman dalam membina pemain muda melalui kerja sama dengan klub, perguruan tinggi dan elemen lain.
Dalam tulisan ini, kami akan bercerita mengenai dua akademi sepak bola terbaik di Spanyol (La Masia dan Madrid Castilla) dan peran federasi Jerman dalam membina pemain muda melalui kerja sama dengan klub, perguruan tinggi dan elemen lain.
La Masia
Quote:
La Masia adalah salah satu akademi terdepan di Spanyol. Berdiri pada akhir dekade 1970-an, akademi ini merupakan ide seorang Belanda bernama Johan Cruyff ketika dia mulai bermain untuk Barcelona. La Masia mengacu ke akademi Ajax Amsterdam, almamater Johan Cruyff.
Sebuah gedung tua di dekat Camp Nou diubah fungsinya menjadi asrama kadet yang dididik bermain sepak bola dengan baik dan benar — tanpa melalaikan kewajiban sekolah formal.
Hasil pendidikan La Masia mulai terasa ketika Johan Cruyff membangun tim impian yang bisa meraih trofi La Liga empat kali berturut-turut sepanjang 1991-1994. Pep Guardiola merupakan bagian tim yang merupakan asli didikan La Masia.
Hingga tahun 2010, Barcelona telah menghasilkan 442 lulusan La Masia. Tidak semuanya berhasil menjadi pemain sepak bola. Hanya ada 41 pemain yang akhirnya sukses membuat debut bagi tim utama Barcelona, sementara 38 lainnya bermain di La Liga. Sisanya ada yang memilih berkarir di luar divisi teratas Spanyol, di liga luar Spanyol atau bahkan tidak menjadi pemain profesional.
La Masia mengajarkan filosofi bermain total football di mana pemain harus sering berganti posisi dengan kombinasi tiki-taka (tradisi satu-dua sentuhan). Pemain didikan La Masia pun dibentuk agar tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati. Intinya, La Masia tidak hanya mendidik anak-anak menjadi pesepakbola tangguh di lapangan namun juga bagi kehidupannya di luar lapangan.
Saat ini, akademi La Masia menghabiskan biaya operasional sekitar 5 juta pound (Rp75 miliar) setiap tahun.
Sebuah gedung tua di dekat Camp Nou diubah fungsinya menjadi asrama kadet yang dididik bermain sepak bola dengan baik dan benar — tanpa melalaikan kewajiban sekolah formal.
Hasil pendidikan La Masia mulai terasa ketika Johan Cruyff membangun tim impian yang bisa meraih trofi La Liga empat kali berturut-turut sepanjang 1991-1994. Pep Guardiola merupakan bagian tim yang merupakan asli didikan La Masia.
Hingga tahun 2010, Barcelona telah menghasilkan 442 lulusan La Masia. Tidak semuanya berhasil menjadi pemain sepak bola. Hanya ada 41 pemain yang akhirnya sukses membuat debut bagi tim utama Barcelona, sementara 38 lainnya bermain di La Liga. Sisanya ada yang memilih berkarir di luar divisi teratas Spanyol, di liga luar Spanyol atau bahkan tidak menjadi pemain profesional.
La Masia mengajarkan filosofi bermain total football di mana pemain harus sering berganti posisi dengan kombinasi tiki-taka (tradisi satu-dua sentuhan). Pemain didikan La Masia pun dibentuk agar tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati. Intinya, La Masia tidak hanya mendidik anak-anak menjadi pesepakbola tangguh di lapangan namun juga bagi kehidupannya di luar lapangan.
Saat ini, akademi La Masia menghabiskan biaya operasional sekitar 5 juta pound (Rp75 miliar) setiap tahun.
Spoiler for Sedikit Sejarah Tentang La Masia:
La Masia, terletak di sebelah stadion, adalah rumah bagi skuad muda Barcelona. Bangunan yang simbolik ini, bagian dari warisan dan sejarah FC Barcelona, adalah bekas rumah pedesaan yang dibangun pada tahun 1702
Pada mulanya, La Masia digunakan sebagai sebuah tempat untuk membentuk model, dan studio kerja bagi para arsitek dan kontraktor bangunan, serta titik awal untuk kunjungan dari orang-orang yang terkait dengan konstruksi. Saat stadion Camp Nou diresmikan pada tanggal 24 September 1957, La Masia ditutup dan menunggu nasibnya. Pada masa kepresidenan Enric Llaudet, bangunan tersebut dirombak, dan pada saat yang sama diperluas, untuk menjadi markas besar Klub ini, yang membuat Via Laietana dipindahkan ke sebelah stadion. Markas besar yang baru diresmikan pada tanggal 26 September 1966.
Penambahan dan pembangunan berbagai area klub yang baru membuat La Masia tidak memiliki ruang yang cukup sebagai markas besar, yang kembali dipindahkan oleh dewan di bawah kepemimpinan Agustí Montal, ke sebelah gelanggang es. Jadi, La Masia kembali dapat digunakan untuk usaha baru. Dewan, di bawah pimpinan Josep Lluís Núñez, bergerak dengan sangat cepat. La Masia menjadi tempat tinggal para pemain muda yang berasal dari luar kota. Pekerjaan perombakan tersebut dilakukan dengan sangat cepat dan pada tanggal 20 Oktober 1979, tempat tersebut secara resmi dibuka untuk peruntukannya yang baru.
Jika sampai saat ini La Masia, sebagai akademi pelatihan, telah, dan masih menjadi, sebuah rujukan dan model yang menjadi panutan banyak klub di seluruh dunia, pusat Oriol Tort yang baru, juga akan menjadi sebuah model dan rujukan, sebagai sebuah infrastruktur. Masia yang baru, Pusat Pelatihan Oriol Tort, terletak di Ciutat Esportiva Joan Gamper, akan menjadi sebuah bangunan yang modern dan fungsional, dengan semua layanan yang diperlukan disesuaikan dengan realita di masyarakat.
Tempat tersebut akan memiliki fasilitas yang bagus, didesain secara eksklusif untuk mengoptimalkan pendidikan olahragawan secara intelektual, pribadi, dan sosial. Semua ini tanpa melupakan keinginan untuk mempertahankan kehangatan dan kedekatan dari para warganya, pendidik, dan staf yang bekerja di Klub, sesuatu yang sangat sukses pada masa lalu.
Skuad pemain muda yang memiliki masa depan
Jadi, tujuan tempat kediaman ini adalah untuk mendidik anak-anak muda yang telah meninggalkan keluarga mereka dan komunitas mereka untuk mengejar karir bersama dengan Barça, baik dari sisi olahraga maupun intelektual. Bertepatan dengan perayaan seratus tahun Barça, La Masia merayakan ulang tahunnya yang keduapuluh dan selama ini menyumbangkan hal yang positif. Saat ini, lebih dari tiga puluh pemain muda yang tumbuh di La Masia telah membuat debut tim pertama mereka. Di antara mereka ini adalah Amor, Guardiola, Sergi, De la Peña, Puyol, Xavi, Reina, Víctor Valdés, Gabri dan Messi, serta sejumlah pemain penting lainnya yang telah bermain dalam Liga Spanyol untuk tim lain. Daftar dari bakat-bakat muda yang tinggal di La Masia tidak hanya terbatas pada para pemain dari Catalonia atau daerah lain di Spanyol, namun juga dari banyak negara lainnya[/FONT]
Madrid Castilla
Quote:
Akademi milik Real Madrid ini cukup dikenal masyarakat. Tetapi berbeda dengan Barcelona, tidak banyak alumni Madrid Castilla yang mampu menembus skuat utama lantaran manajemen klub lebih suka membeli pemain jadi dan berlabel bintang.
Padahal sebenarnya Castilla sudah memberi banyak bukti bahwa mereka bisa menghasilkan pemain berkualitas. Pada dekade 1980-an misalnya, Real Madrid bisa berjaya dengan meraih juara La Liga lima kali berturut-turut. Skuat Madrid saat itu dipenuhi pemain binaan sendiri seperti Emilio Butragueno, Manolo Sanchis, Michel, Martin Vazguez, serta Miguel Pardeza.
Nama-nama terkenal seperti Raul Gonzales, Iker Casillas, dan Guti Hernandez juga merupakan didikan Castilla.
Ketika Florentino Perez mulai membangun Los Galacticos dengan membeli pemain bintang berharga mahal, dia dengan sendirinya mempersulit pemain didikan Castilla untuk masuk ke tim utama. Klub mampu membeli pemain seperti Luis Figo, Zinedine Zidane, Ronaldo, hingga David Beckham.
Alhasil banyak pemain potensial didikan Castilla yang memilih berkarir di klub lain dan bisa bersinar terang di sana. Mereka ini antara lain, Juan Mata, Javi Garcia, Alvaro Negredo, dan Roberto Soldado. Tetapi ada pula pemain yang cemerlang di klub lain kemudian ditarik ke Real Madrid (contohnya Alvaro Arbeloa yang dulu sempat bermain untuk Deportivo La Coruna dan Liverpool).
Bukan hanya Madrid dan Barcelona, klub-klub lain di Spanyol juga punya sekolah sepak bola yang baik. Dengan begini, tim nasional Spanyol di segala level usia tak akan kesulitan mencari pemain karena hampir setiap klub punya akademi pembinaan pemain muda.
Padahal sebenarnya Castilla sudah memberi banyak bukti bahwa mereka bisa menghasilkan pemain berkualitas. Pada dekade 1980-an misalnya, Real Madrid bisa berjaya dengan meraih juara La Liga lima kali berturut-turut. Skuat Madrid saat itu dipenuhi pemain binaan sendiri seperti Emilio Butragueno, Manolo Sanchis, Michel, Martin Vazguez, serta Miguel Pardeza.
Nama-nama terkenal seperti Raul Gonzales, Iker Casillas, dan Guti Hernandez juga merupakan didikan Castilla.
Ketika Florentino Perez mulai membangun Los Galacticos dengan membeli pemain bintang berharga mahal, dia dengan sendirinya mempersulit pemain didikan Castilla untuk masuk ke tim utama. Klub mampu membeli pemain seperti Luis Figo, Zinedine Zidane, Ronaldo, hingga David Beckham.
Alhasil banyak pemain potensial didikan Castilla yang memilih berkarir di klub lain dan bisa bersinar terang di sana. Mereka ini antara lain, Juan Mata, Javi Garcia, Alvaro Negredo, dan Roberto Soldado. Tetapi ada pula pemain yang cemerlang di klub lain kemudian ditarik ke Real Madrid (contohnya Alvaro Arbeloa yang dulu sempat bermain untuk Deportivo La Coruna dan Liverpool).
Bukan hanya Madrid dan Barcelona, klub-klub lain di Spanyol juga punya sekolah sepak bola yang baik. Dengan begini, tim nasional Spanyol di segala level usia tak akan kesulitan mencari pemain karena hampir setiap klub punya akademi pembinaan pemain muda.
Spoiler for Sedikit Sejarah Madrid Castilla:
[FONT="Times New Roman"]
Sebelum 1897, penduduk Madrid tak mengenal sepak bola. Olahraga ini diperkenalkan sejumlah profesor dan pelajar Institución Libre de Enseñanza, yang mendirikan Football Club Sky tahun 1897. Klub terpecah menjadi dua di tahun 1900,yaitu New Foot-Ball de Madrid dan Club Español de Madrid. Dua tahun kemudian Club Español de Madrid terpecah lagi, dan menghasikan pembentukan Madrid Football Club pada 6 Maret 1902. Setelah tiga tahun berdiri, Madrid FC memenangkan gelar pertamanya dengan mengalahkan Athletic Bilbo di final Piala Spanyol. Klub ini pula yang menjadi pendiri Asosiasi Sepakbola Spanyol pada 4 Januari 1909. Saat itu klub dipimpin Adolfo Meléndez.
Tahun 1920, nama klub akhirnya berubah menjadi Real Madrid oleh Raja Alfonso, yang memberi nama Real, atau Royal, kepada klub itu. Sembilan tahun kemudian liga sepakbola Spanyol pertama didirikan. Si Putih meraih gelar Primera Liga Spanyol pertama tahun 1931, tahun berikut meraihnya lagi, dan menjadi klub pertama yang dua kali berturutan meraih gelar liga. Tahun 1945 Santiago Bernabeu Yeste menjadi presiden. Di masa kepemimpinannya, Stadion Santiago Bernabeu dan Ciudad Deportiva dibangun kembali, setelah rusak pada perang sipil. Tahun 1953, Bernabeu memperkenalkan strategi memboyong pemain berkelas dunia dari luar negeri. Salah satunya, dan yang paling terkenal, adalah Alfredo di Stéfano. Jadilan Real Madrid klub multinasional pertama di dunia. Tahun 1955, Bernabeu bertemu Bedrignan dan Gusztáv Sebes, dan kemudian membentuk turnamen yang kini bernama Liga Champions. Madrid mendominasi Piala Champions (nama sebelum liga champions) dengan meraih trofi itu tahun 1956 sampai 1960, dan berhak atas trofi original dan hak mengenakan simbol UEFA sebagai penghargaan. Tahun 1966, Madrid memenangkan Piala Champions kali keenam dengan mengalahkan FK Partizan 2-1 di final.
Lanjut Post #3 Gan
Diubah oleh soccershop2203 08-05-2013 08:03
0
3.2K
Kutip
22
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan