- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Selamatkan Bumi, Selamatkan Papua


TS
irfandrocha
Selamatkan Bumi, Selamatkan Papua
Quote:

Demkian pernyataan pers dari Sekretariat National Papua Solidarity (NAPAS) yang diterima tabloidjubi.com dari Jakarta, Senin (22/4) siang. Koalisi yang tergabung dari National Papua Solidarity (NAPAS), Jaringan Tambang (JATAM), Perempuan Mahardhika, Pusat Pergerakan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN), Himpunan Mahasiswa Islam-MPO (HMI-MPO), Politik Rakyat, Wahana Lingkunagn Hidup (WALHI), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Partai Pembebasan Rakyat (PPR), Persatuan Perjuangan Indonesia (PPI), KPO-Perjuangan Rakyat Pekerja (KPO-PRP), Papuan Voices, Sindikat Musik Anak Negeri (SIMPONI), Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA).
Di Papua, PT Freeport dinilai sebagai aktor perusak lingkungan, maka harus diusir dan sita aset-asetnya untuk rakyat. Di Pulau Jawa, Jawa Timur, Lapindo harus bertanggung jawab terhadap kerusakan alam dan kerugian ekonomi, sosial dan budaya rakyat Sidoarjo. Moratorium izin pertambangan di seluruh Indonesia sebelum ada penetapan Wilayah Pertambangan yang melibatkan rakyat.
“Lawan MP3EI, Cabut UU Minerba No. 9/2009, UU Penanaman Modal Asing No.25/2007, UU Pengadaan Tanah No. 02/2012. Bebaskan tanpa syarat semua rakyat yang menjadi korban kriminalisasi pertambangan. Selamatkan Bumi dari koorporasi dan pemerintah perusak lingkungan.”
Kecuali itu, PT Freeport Indonesia, dinilai sebagai perusahaan yang terdaftar sebagai salah satu perusahaan multinasional terburuk tahun 1996. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM serta dampak lingkungan dan pemiskinan masyarakat.
Emas dan tembaga Freeport tidak ada hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Papua. Papua tetap propinsi termiskin di Indonesia, dengan tingkat resiko penyakit dan kematian tertinggi, dan kekerasan oleh tentara yang terbanyak di seluruh wilayah Indonesia telah 100.000 kematian rakyat sejak Freeport dioperasikan.
Selanjutnya, dalam rilis, disebutkan, setiap hari operasi penambangan Freeport membuang 230.000 ton limbah batu ke sungai Aghawagon dan sungai-sungai disekitarnya. Pengeringan batuan asam atau pembuangan air yang mengandung asam sebanyak 360.000-510.000 ton per hari telah merusak dua lembah yang meliputi 4 mil (6,5Km) hingga kedalaman 300 meter. Cadangan Grasberg sebegitu besarnya hingga eksplorasinya akan menghasilkan 6 milyar ton limbah industri.
“Kejahatan koorporasi lainnya yang tidak pernah tersentuh oleh hukum Indonesia adalah PT. Newmount, yang telah mengusir masyarakat Buyat dan PT. Lapindo Brantas, yang telah 7 tahun membanjir-lumpurkan ekonomi, sosial dan budaya rakyat Sidoarjo. Kedua korporasi ini adalah contoh paling populer bagaimana fakta hukum dapat dipermainkan. Setali tiga uang, pemerintah sebagai pelaksana kebijakan justru membiarkan dan berpihak kepada pelaku kejahatan,” tegas mereka.
Disebutkan, persusahaan pertambangan, sedikitnya 70 persen ssebagai penyebab kerusakan lingkungan dan perkebunan menyusul pemerintah yang mengeluarkan izin konsesi pertambangan dan pengusahaan hutan. Hingga tahun 2013 terdapat 2686 Ijin Usaha Pertambangan yang membabat jutaan hektar pohon dan mengeruk jutaan ton tanah untuk ekstraksi bahan galian
Kolaisi menilai, terjadinya Kriminalisasi Perlawanan Rakyat. Periode tahun 2004-2012, disebutkan, sebanyak 618 konflik agraria di Indonesia dengan luas areal konflik 2.399.314,49 hektar dialami oleh 731.342 Kepala Keluarga. Hingga kini sebanyak 396 orang mengalami luka-luka, 63 luka tembak dan 44 orang meninggal akibat kekearasan oleh aparat Negara terhadap petani dan masyarakat adat dan 941 orang ditahan.
Selama 150 tahun, jumlah karbon yang ada di atmosfer telah meningkat 50%, dari 280 ppm menjadi 393 ppm. Dan dampaknya, khususnya abad terakhir, telah mencatat peningkatan suhu global, kehancuran glasier dan lapisan es, perluasan gurun dan berbagai peristiwa cuaca ekstrem.
Fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global disebabkan oleh pengrusakan hutan dan eksploitasi bumi untuk bahan bakar fosil yang dikeruk (ditambang) demi profit, pencemaran air-tanah-udara akibat limbah, kekeringan dan berbagai bencana alam hingga perubahan pola konsumsi serta pola hidup manusia, adalah contoh yang dekat didepan mata kita.
Semenjak perut bumi Indonesia dikeruk untuk kepentingan akumulasi modal dan keuntungan, selama itu pula hasilnya diangkut ke luar negeri. Rakyat hanya mendapatkan ampasnya saja dan diwarisi racun tambang berton-ton jumlahnya, di darat, laut maupun udara.Tak hanya itu saja, industri pertambangan, pada khususnya, telah merampas wilayah hidup, menghapuskan mimpi dan cita-cita generasi masa depan, hingga merenggut jutaan nyawa manusia secara langsung maupun tidak langsung. (Jubi/Timoteus Marten)
Quote:
Diubah oleh irfandrocha 25-04-2013 17:46
0
1.1K
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan