Jamur saat ini banyak diminati masyarakat. Peluang ini cepat diambil Karyoto Landung. Lelaki ini sejak 1998 menekuni bisnis jamur . Mulai dari penjualan bibit nya hingga budi daya. Jerih payahnya mendidik petani, mulai kelihatan hasilnya. ’’Sekarang di Solo Raya, petani jamur sudah mencapai ribuan,’’kata dia.

Menurut Landung, dulu, petani agak ogah-ogahan menanam jamur. Banyak alasan, mengapa mereka ogah menanamnya. ’’Yang paling banyak alasannya, adalah jamur itu banyak penyakitnya. Padahal tidak begitu. Kalau cara membudidayakannya benar, jamur akan tumbuh subur,’’ kata dia.

Dengan dibantu 12 karyawan, Landung setiap bulan memproduksi sekitar 90.000 bag log (kantong plastik bulat). Harga satu baglog Rp 1.700. Dibanding sebelum Lebaran tahun lalu, jumlah itu mengalami peningkatan signifikan. Ia optimistis, akan makin banyak petani tertarik membudidayakan jamur.

Petani yang membudidayakan jamur, tak akan kerepotan memasarkannya, sebab Landung juga bersedia membeli produksi mereka. ’’Berapa pun akan saya beli. Kenyataannya, petani juga tak kesulitan menjual barang. Selain dijual kepada saya, mereka menjual sendiri di berbagai pasar,’’ katanya.

Bibit jamur yang disemai, ada dua macam, yaitu jamur tiram dan jamur kuping. Sebagian besar, petani memilih budi daya jamur kuping, karena bisa dikeringkan. Sedangkan jamur tiram tak bisa. Untuk jamur kuping kering, petani dapat menjual kepada dia dalam bentuk kering atau basah.

Harga jamur kuping basah hanya Rp 5.500 per kg. Petani yang tak sabar mengeringkan, memilih menjual dalam bentuk basah. Landung lalu mengeringkannya. Selain dijual di Solo, dia juga memenuhi permintaan pelanggan di Bandung dan kota-kota lain di Jawa.

Di belakang rumahnya, Landung juga melakukan budi daya. Tetapi ini bukanlah bisnis utama. Yang dibudidayakan sendiri adalah bibit-bibit yang tak dijual, karena kualitas kurang bagus. (as)

Sumber: eCiputra