- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
POLYGON : Anti Sepeda Abal-abal


TS
rurjaf
POLYGON : Anti Sepeda Abal-abal
Selamat datang di thread ane gan, ini thread pertama ane nih. semoga gak repost
Langsung aja:

Inilah sepeda balap (road bike) yang dipakai oleh timnas Indonesia di event SEA Games dan ASIAN games. Beratnya ringan karena sudah berbahan karbon. Harganya kurang lebih Rp 40 juta

Pembalap crosscountry dari timnas Singapura dan Thailand memakai sepeda berbahan karbon ini. Harganya sampai Rp 35 juta
yang udah iso saya minta ijo2nya ya gan
bukan yg merah 
yang belum iso cukup kasih
semoga thread saya bermanfaat buat agan2 semua
Langsung aja:
Spoiler for Pertama-tama:
Dianggap kemahalan ketika pertama kali muncul. Sekarang malah sudah buka gerai di Singapura dan Malaysia
Spoiler for BAB I:
Quote:
Kita boleh bangga soal scene sepeda di Indonesia. Scene kendaraan roda dua tak bermotor ini memang sudah menjadi lebih dari sekadar olahraga atau hura-hura melupakan rutinitas. Tapi sudah merupakan gaya hidup buat masyarakat kota, contohnya Car Free Day (CFD). Macam-macam niat orang naik sepeda saat hari bebas kendaraan bermotor itu ada yang niat olahraga, ada yang seru-seruan aja bareng temenm ada juga yang buar pamer sepeda. 
Itu sekarang, coba kita mundur ke tahun 1997. Di mana saat itu seluruh kawasan Asia Tenggara diterpa krisis ekonomi, termasuk Indonesia. Banyak perusahaan yang gulung tikar, banyak bisnis yang bangkrut, daya beli masyarakat juga turun. Tidak terkecuali kenginan untuk membeli sepeda. Ditambah lagi, negara kita dilanda kekacauan politik di era lengsernya Presiden Soeharto tahun 1998. Situasi ekonomi pun semakin memburuk. Bahkan era keemasan sepeda tahun 1990-1994 tidak bisa membantu mengatrol keinginan masyarakat untuk memiliki sepeda baru. Alhasil, sepeda yang jadi hits di era emas itu, Federal, cepat menjadi barang usang yang banyak ditaruh di gudang.
"Sampai setelah krismon, nggak ada yang berpikir untuk membeli sepeda di atas Rp 500.000. Berat banget waktu itu menjual sepeda. Soalnya sepeda Polygon kami jual semua di atas Rp 500.000, bahkan ada yang di atas sejuta," tutur Peter Mulyadi, Manajer Promosi PT Insera Sena (IS), produsen sepeda Polygon.
Ya, Polygon memang lahir di suasana kacau balau. Beruntung, sebelum Polygon lahir pada tahun 1991, PT Insera Sena (IS) yang didirikan pada 1989 sudah mempunyai usaha ekspor sepeda. Perusahaan ini dipercaya untuk memiliki sepeda untuk beberapa merk internasionalnya di pabriknya di Sidoarjo. Merk seperti Raleigh, Scott USA, Miyata, Kona, Apollo, Mustang, Limit, dan Muddy Fox adalah produk pabrik Sidoarjo.
Dari kegiatan ekspor itulah, PT IS bisa survive dengan komposisi produksi 80% merk internasional dan 20% merk lokal. Perjuangan berikutnya malah lebih sulit lagi, yaitu bagaiman cara memasarkannya. Daya beli lemah, toko sepeda dianggap sebagai tempat servis gerobak/becak. Jelas bukan kondisi yang asik untuk berbisnis sepeda. "Dari sejak awal kami tidak memposisikan sepeda sebagai alat transportasi. Jika pola pikir awalnya begitu, tentunya masyarakat awam akan tetap memilih motor. Kredit ringan, lebih cepat di jalan raya," tukas Pak Peter.

Itu sekarang, coba kita mundur ke tahun 1997. Di mana saat itu seluruh kawasan Asia Tenggara diterpa krisis ekonomi, termasuk Indonesia. Banyak perusahaan yang gulung tikar, banyak bisnis yang bangkrut, daya beli masyarakat juga turun. Tidak terkecuali kenginan untuk membeli sepeda. Ditambah lagi, negara kita dilanda kekacauan politik di era lengsernya Presiden Soeharto tahun 1998. Situasi ekonomi pun semakin memburuk. Bahkan era keemasan sepeda tahun 1990-1994 tidak bisa membantu mengatrol keinginan masyarakat untuk memiliki sepeda baru. Alhasil, sepeda yang jadi hits di era emas itu, Federal, cepat menjadi barang usang yang banyak ditaruh di gudang.
"Sampai setelah krismon, nggak ada yang berpikir untuk membeli sepeda di atas Rp 500.000. Berat banget waktu itu menjual sepeda. Soalnya sepeda Polygon kami jual semua di atas Rp 500.000, bahkan ada yang di atas sejuta," tutur Peter Mulyadi, Manajer Promosi PT Insera Sena (IS), produsen sepeda Polygon.
Ya, Polygon memang lahir di suasana kacau balau. Beruntung, sebelum Polygon lahir pada tahun 1991, PT Insera Sena (IS) yang didirikan pada 1989 sudah mempunyai usaha ekspor sepeda. Perusahaan ini dipercaya untuk memiliki sepeda untuk beberapa merk internasionalnya di pabriknya di Sidoarjo. Merk seperti Raleigh, Scott USA, Miyata, Kona, Apollo, Mustang, Limit, dan Muddy Fox adalah produk pabrik Sidoarjo.
Dari kegiatan ekspor itulah, PT IS bisa survive dengan komposisi produksi 80% merk internasional dan 20% merk lokal. Perjuangan berikutnya malah lebih sulit lagi, yaitu bagaiman cara memasarkannya. Daya beli lemah, toko sepeda dianggap sebagai tempat servis gerobak/becak. Jelas bukan kondisi yang asik untuk berbisnis sepeda. "Dari sejak awal kami tidak memposisikan sepeda sebagai alat transportasi. Jika pola pikir awalnya begitu, tentunya masyarakat awam akan tetap memilih motor. Kredit ringan, lebih cepat di jalan raya," tukas Pak Peter.
Spoiler for BAB II:
Quote:
Ketika muncul pertama kali, Polygon langsung diposisikan sebagai sepeda dewasa untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Bisa olahraga, santai, bahkan untuk profesional. "Ketika Polygin masuk di dunia sepeda lokal, belum ada yang menggarap sepeda dewasa," lanjutnya dengan logat Surabaya yang kental.
Untuk mendukungnya, perlu ada wadah unutk berjualan. Maka didirikanlah toko sepeda Rodalink untuk menjual produk-produk sepeda Polygon. Rodalink adalah toko sepeda lifestyle pertama di Indonesia menurut Pak Peter. Pertama kali dibuka di Surabaya tahun 1997.
"Mana ada dulu toko sepeda yang bersih, pajangannya rapi, ber-AC. Orang juga seneng cuci mata di toko. Cuma ya itu, harganya pasti di atas sepeda yang beredar kebanyakan," katanya.
Itulah yang menjadi PR pertama Polygon. Yaitu bagaimana menggiring masyarakat memilih Polygon yang notabene harganya pasti lebih tinggi ketimbang sepeda kebanyakan. "Akhirnya kita muncul dengan kampanye pertama kita. 'jangan beli sepeda abal-abal'. Maksud dari kampanye ini adalah mengedukasi masyarakat agar memperlihatkan kualitas sepeda yang mereka beli. Jangan sampai tertipu merk palsu," jelas pak Peter lagi
Tantangan ini menurutnya sudah terasa manfaatnya sekarang. Orang mulai memilih produk lokal yang jelas ada layanan purna jualnya, dari pada merk luar yang ternyata cuman tempelan stiker doang.
"Sekarang sudah banyak yang fanatik sama sepeda lokal, lho. Sampai ada forum komunitasnya segala," celetuknya.
Tapi tetap ada PR jangka panjang yang belum kelar. Yaitu, menghapus anggapan sepeda merk internasional pasti lebih bagus dan bergensi. "Nah, itu yang sampai sekarang terus kami usahakan. Padahal kalau bicara kualitas, kan, kami sejak dulu sudah dipercayai memeroduksi sepeda merk internasional. Kita, kan, juga memperlajari merk-merk itu. Tapi, ya, kalau sidah bicara gengsi susah.
Perlu waktu untuk bertahun-tahun untuk menanamkannya," keluhnya.
Toh, sekarang strategi pemasaran terpadu itu akhirnya berbuah hasil. Sudah ada 38 outlet Rodalink di Indonesia yang siap melayani masyarakat. Intinya, jika aksesnya mudah, orang juga senang. Makanya, IS juga tetap mempertahankan beberapa lini sepedanya dipasok di aneka hypermart supaya tetap menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Selain penjualan, pemasaran Polygon juga dilancarkan ke arah kommunitas. Mulai dari membuat sepeda khusus Bike2Work, sepeda untuk Universitas Indonesia, dan menggelar balapan untuk komunitas penggemar (non atlet).
Menurut data penjualan sepeda merk lokal, Polygon sampai saat ini menguasai 70-80 persen pasar segmen itu.
Untuk mendukungnya, perlu ada wadah unutk berjualan. Maka didirikanlah toko sepeda Rodalink untuk menjual produk-produk sepeda Polygon. Rodalink adalah toko sepeda lifestyle pertama di Indonesia menurut Pak Peter. Pertama kali dibuka di Surabaya tahun 1997.
"Mana ada dulu toko sepeda yang bersih, pajangannya rapi, ber-AC. Orang juga seneng cuci mata di toko. Cuma ya itu, harganya pasti di atas sepeda yang beredar kebanyakan," katanya.
Itulah yang menjadi PR pertama Polygon. Yaitu bagaimana menggiring masyarakat memilih Polygon yang notabene harganya pasti lebih tinggi ketimbang sepeda kebanyakan. "Akhirnya kita muncul dengan kampanye pertama kita. 'jangan beli sepeda abal-abal'. Maksud dari kampanye ini adalah mengedukasi masyarakat agar memperlihatkan kualitas sepeda yang mereka beli. Jangan sampai tertipu merk palsu," jelas pak Peter lagi
Tantangan ini menurutnya sudah terasa manfaatnya sekarang. Orang mulai memilih produk lokal yang jelas ada layanan purna jualnya, dari pada merk luar yang ternyata cuman tempelan stiker doang.
"Sekarang sudah banyak yang fanatik sama sepeda lokal, lho. Sampai ada forum komunitasnya segala," celetuknya.
Tapi tetap ada PR jangka panjang yang belum kelar. Yaitu, menghapus anggapan sepeda merk internasional pasti lebih bagus dan bergensi. "Nah, itu yang sampai sekarang terus kami usahakan. Padahal kalau bicara kualitas, kan, kami sejak dulu sudah dipercayai memeroduksi sepeda merk internasional. Kita, kan, juga memperlajari merk-merk itu. Tapi, ya, kalau sidah bicara gengsi susah.

Toh, sekarang strategi pemasaran terpadu itu akhirnya berbuah hasil. Sudah ada 38 outlet Rodalink di Indonesia yang siap melayani masyarakat. Intinya, jika aksesnya mudah, orang juga senang. Makanya, IS juga tetap mempertahankan beberapa lini sepedanya dipasok di aneka hypermart supaya tetap menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Selain penjualan, pemasaran Polygon juga dilancarkan ke arah kommunitas. Mulai dari membuat sepeda khusus Bike2Work, sepeda untuk Universitas Indonesia, dan menggelar balapan untuk komunitas penggemar (non atlet).


Spoiler for BAB III:
Quote:
Satu lagi cara untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk adalah dengan memasok sepeda ke ranah balapan. Sejak tahun 2000-an, Polygon rajin ikut serta memajukan dunia sepeda balap Indonesia. Polygon mendukung tim balap sepeda Polygon Sweet Nice (Roadbike) dan Polygon Factory Team (Downhill) dengan memasok "sepeda-sepeda tempurnya". Semuanya telah mengukir prestasi di arena nasional, maupun internasional.
Selain mempunyai program khusus untuk para pembalap Polygon sendiri macam Polygon Tour de Jakarta, Polygon MTB Jakarta Challenge, Tour de Jatim, Prakualifikasi PON, dan sebagainya, atlet Polygon juga rajin mengikuti event balap kelas internasional macam Tour de Indonesia, Tour de Thailand, Tour de Taiwan, Tour de Beijing, SEA Games, Asian Games, Asean Downhill, UCI Asian Tour, Asian XC, dll. "Para atlet itu sudah seperti brand ambassador buat kami."
Meskipun peran Polygon dalam dunia balap sepeda banyak orang yang tahu, ternyata kiprahnya di luar negeri belum banyak yang tahu. Untuk ukuran Asia Tenggara, penyebaran produknya cukup mempunyai pembeli yang loyal.
Asia Tenggara adalah negara pertama dalam rangka invasinya ke Singapura. Tim IS mengadakan survei terlebih dahulu mengenai agensi atau distributor negara itu yang layak menjual brand Polygon, sampai mencari koneksi ke pemerintahan. "Singapura itu ibaratnya windows of the world. Semua barang bagus di dunia ada di sana. Jadi tujuan utama kita adalah yang penting bisa jualan di sana saja dulu. Profit nomor dua," ujar Sarjana lulusan Universitas Petra Surabaya ini lantang.
Alhasil, sampai saat ini ada lima outlet Rodalink si Singapura dan Malaysia. Di Malaysia ceritanya malah lebih seru. Di sana Polygon malah mengambil alih merk Malaysia, Lerun menjadi bagian dari partnership Polygon dan Rodalink.
"Tapi kami tak membunuh merk itu. Kami produksi dan kami tetap jual di Rodalink," ungkapnya.
Banyak rencana di tangan Polygon, satu per satu coba dipenuhi. Tujuannya hanya satu "Semoga semakin banyak orang yang sadar kalai Indonesia juga sudah bisa bikin sepeda berkualitas," tutupnya.
Selain mempunyai program khusus untuk para pembalap Polygon sendiri macam Polygon Tour de Jakarta, Polygon MTB Jakarta Challenge, Tour de Jatim, Prakualifikasi PON, dan sebagainya, atlet Polygon juga rajin mengikuti event balap kelas internasional macam Tour de Indonesia, Tour de Thailand, Tour de Taiwan, Tour de Beijing, SEA Games, Asian Games, Asean Downhill, UCI Asian Tour, Asian XC, dll. "Para atlet itu sudah seperti brand ambassador buat kami."
Meskipun peran Polygon dalam dunia balap sepeda banyak orang yang tahu, ternyata kiprahnya di luar negeri belum banyak yang tahu. Untuk ukuran Asia Tenggara, penyebaran produknya cukup mempunyai pembeli yang loyal.
Asia Tenggara adalah negara pertama dalam rangka invasinya ke Singapura. Tim IS mengadakan survei terlebih dahulu mengenai agensi atau distributor negara itu yang layak menjual brand Polygon, sampai mencari koneksi ke pemerintahan. "Singapura itu ibaratnya windows of the world. Semua barang bagus di dunia ada di sana. Jadi tujuan utama kita adalah yang penting bisa jualan di sana saja dulu. Profit nomor dua," ujar Sarjana lulusan Universitas Petra Surabaya ini lantang.
Alhasil, sampai saat ini ada lima outlet Rodalink si Singapura dan Malaysia. Di Malaysia ceritanya malah lebih seru. Di sana Polygon malah mengambil alih merk Malaysia, Lerun menjadi bagian dari partnership Polygon dan Rodalink.

Banyak rencana di tangan Polygon, satu per satu coba dipenuhi. Tujuannya hanya satu "Semoga semakin banyak orang yang sadar kalai Indonesia juga sudah bisa bikin sepeda berkualitas," tutupnya.
Spoiler for Sepeda Andalan POLYGON:
Spoiler for HELIOS 900:

Inilah sepeda balap (road bike) yang dipakai oleh timnas Indonesia di event SEA Games dan ASIAN games. Beratnya ringan karena sudah berbahan karbon. Harganya kurang lebih Rp 40 juta

Spoiler for COZMIC RX 3.0:

Pembalap crosscountry dari timnas Singapura dan Thailand memakai sepeda berbahan karbon ini. Harganya sampai Rp 35 juta

Spoiler for SUMBER:

yang udah iso saya minta ijo2nya ya gan


yang belum iso cukup kasih

semoga thread saya bermanfaat buat agan2 semua
Spoiler for TAMBAHAN:
Quote:
Original Posted By mobilderek►Ane tambahin gan, coba buka http://www.polygonbikes.com/ww/team/...inson-ur-team1
Itu web barunya Polygon, di page itu terpampang tim internasional Polygon cabang downhill, namanya Hutchinson UR Team.
Udah ikut kejuaraan internasional dan nggak kalah sama tim2 besar lainnya
Dan yg paling penting di tim itu ada Tracey Hannah sama Holly Feniak, cakep gan!!
Dan coba cek juga channel youtube dari Polygon Bikes di http://www.youtube.com/user/PolygonBikesMedia
videonya juga keren2 kalo ente penggemar downhill
Kalau cabang road bike ane kurang begitu dapet infonya
Pejwan kalo berkenan
Itu web barunya Polygon, di page itu terpampang tim internasional Polygon cabang downhill, namanya Hutchinson UR Team.
Udah ikut kejuaraan internasional dan nggak kalah sama tim2 besar lainnya

Dan yg paling penting di tim itu ada Tracey Hannah sama Holly Feniak, cakep gan!!

Dan coba cek juga channel youtube dari Polygon Bikes di http://www.youtube.com/user/PolygonBikesMedia
videonya juga keren2 kalo ente penggemar downhill

Kalau cabang road bike ane kurang begitu dapet infonya
Pejwan kalo berkenan
Diubah oleh rurjaf 24-01-2014 21:16
0
21.7K
Kutip
84
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan