Kaskus

Food & Travel

bisnismajuAvatar border
TS
bisnismaju
Menggapai Kemolekan si Mungil Pulau Semak Daun
Cuaca pagi itu cukup cerah, hangatnya belaian fajar adalah pertanda baik bagi kami untuk memulai perjalanan. Setelah sarapan dan melakukan briefing terakhir, tanpa buang waktu kami segera berkemas dan bergegas menuju Pelabuhan Muara Angke.

Rombongan berjumlah 6 orang, termasuk penulis. Sesuai rencana, destinasi yang dituju adalah salah satu pulau mungil di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yang bernama Pulau Semak Daun. Nama yang mungkin cukup asing bagi orang kebanyakan. Tempat kami (rencananya) akan menghabiskan waktu liburan selama 3 hari 2 malam.

Pada perjalanan kali ini, sesuai kesepakatan, kami memilih untuk melakukan backpacking, jenis wisata yang kian hari kian populer karena selain memakan biaya yang relatif kecil, tantangan yang disuguhkan juga akan terasa lebih greget. Dan dengan biaya hanya Rp350.000 per orang (sudah termasuk konsumsi, transportasi, dan menyewa perlengkapan snorkeling), perjalanan yang satu ini rasanya akan sangat sayang untuk dilewatkan.

Spoiler for Naik perahu:


Setibanya di Pelabuhan Muara Angke, kami berenam segera melangkah menuju kapal yang akan membawa kami ke Pulau Pramuka. Dan di sinilah kisah kami dimulai…

Hari Pertama

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam di atas kapal, akhirnya kami menjejakkan kaki di Pulau Pramuka, pulau persinggahan sebelum kembali melanjutkan perjalanan ke pulau tujuan. Saat itu Pulau Pramuka cukup ramai. Bukan hanya oleh warga sekitar, tetapi juga para wisatawan lokal. Bahkan tak jarang kami berpapasan dengan turis-turis asing yang terlihat santai menikmati cerahnya mentari dan deburan ombak khas pesisir.

Tak lama setelah merenggangkan kaki sejenak, Pak Bahrun, nelayan yang bertanggungjawab atas transportasi selama kami berada di Kepulauan Seribu, menghampiri. Beliau dan asistennya ternyata sudah siap untuk berlayar.

Cuaca cerah di pagi hari ternyata tidak menjamin perjalanan kami akan berjalan begitu lancar. Tak lama setelah meninggalkan dermaga, ombak tinggi menghantam kapal nelayan yang kami tumpangi. Tidak berdaya menghadapi kekuatan alam, kami terpaksa sepakat untuk berbalik arah, membatalkan niat yang sejak awal sudah menggebu-gebu.

Sedikit kecewa memang, tapi kami terpaksa harus memilih pulau lain untuk bermalam. Pilihan jatuh kepada Pulau Karya, pulau di mana petugas polisi dan pemadam kebakaran Kepulauan Seribu bermarkas.

Tak mau larut dalam kekecewaan, setelah mendirikan tenda dan makan siang, penulis bersama rekan seperjalanan memutuskan untuk mengitari Pulau Karya.

Malam harinya, selepas menikmati dinginnya udara malam di dermaga, kami memutuskan untuk merebahkan kepala. Mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok.

Hari Kedua

Sang mentari belum beranjak sepenuhnya dari petiduran, namun penulis dan rekan-rekan sudah terjaga. Antusiasme dibalut sedikit rasa cemas akan kondisi alam hari ini.

Tak lama setelah sarapan dan mengemasi segala perlengkapan, Pak Bahrun dan sang asisten tiba. Tanpa membuang waktu lama, kami sudah duduk manis di atas kapal. “Ombak hari ini bersahabat”, tutur Pak Bahrun, yang selidik punya selidik, ternyata cukup fasih berbahasa Inggris. Setelah sekitar 1 jam perjalanan, akhirnya si pulau mungil yang merupakan tujuan utama kami mulai tampak dari kejauhan.

Ya, Pulau Semak Daun. Pulau dengan beragam kisah dari mereka yang pernah mencicipi eksotismenya. Pulau yang membuat kami begitu tergelitik untuk menelusuri lebih jauh tentangnya. Yang membuat kami semua ingin bertatapan langsung dengan pesonanya.

Spoiler for Tembus pandang:


Begitu menjejakkan kaki di pasir putihnya yang lembut, semerbak aroma yang cukup unik membelai indera penciuman penulis. Aroma pohon-pohon pinus yang tumbuh di pulau tersebut, berbaur dengan aroma laut yang begitu khas, menciptakan perpaduan yang menciptakan kesan ramah sehingga seketika membuat penulis dan rekan merasa kerasan. Cinta pada pandangan (dan aroma) pertama itu nyata, Kawan.

Di pulau ini kami tidak sendirian. Ada sekitar 3 orang penghuni yang bertugas untuk menjaga pulau dan 2 rombongan traveler lain. Yah, setidaknya kami tidak perlu kuatir apabila nantinya kami mendadak membutuhkan pertolongan.

Spoiler for Bapak Penjaga Pulau:


Setelah selesai mendirikan tenda, inilah momen bagi kami untuk menikmati kemolekan si mungil seutuhnya. Ber-snorkeling ria di perairan sekitar pulau yang jernin nan hangat, mendokumentasikan keindahan lansekap, serta berkeliling pulau (yang mana hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit) menjadi agenda “padat” bagi kami.

Tapi dari kesemuanya itu, yang begitu menjadi magnet bagi penulis adalah dermaga pulau tersebut. Dermaga kayu berbentuk “T” dan menjorok ke laut ini begitu bersih terawat. Membuat kami semua ingin merebahkan diri di atasnya. Menghabiskan hari menikmati sapuan kuas terik sang surya tanpa ingin beranjak meski sejenak.

Spoiler for Pasir putih nan indah:


Tidak terasa matahari harus kembali mengalah kepada sang malam. Setelah menghabiskan makan malam yang terasa begitu nikmat, kami berenam langsung beranjak menuju dermaga yang sejak tadi tampak menggoda dari kejauhan. Sambil berdendang diiringi alunan suara gitar, menikmati bintang-bintang cerah yang bertabur laksana permadani tanpa batas, disertai hembusan angin malam dan nyanyian merdu debur ombak, sungguh suatu momen yang sempurna untuk menghabiskan malam.

Hari Ketiga

Pagi pertama di hari terakhir di Pulau Semak Daun. Setelah sarapan yang berlangsung cukup singkat, layaknya bocah, kami semua langsung menceburkan diri ke laut biru yang membentang mulai dari bibir pantai. “Pokoknya hari terakhir ini tidak boleh disia-siakan”, pikir kami.

Spoiler for Teduh banget:


sumber : ToursimBD
0
1.4K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan