- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Nambahin buat para pencinta "PETRUS"


TS
sweetsin03781
Nambahin buat para pencinta "PETRUS"
ane cuma mo nambahin nih, perihal maraknya PETRUS..
tadinya mo bikin trit, tp ud pada banyak yg nyumbang trit prihal bang "Petrus"
so, ane cuma ngelengkapin...
cekidot...
komentar yg pro dan kontra PETRUS
Kesaksian, nambahin
jika yg tidak komeng, ane bidik lho...



tadinya mo bikin trit, tp ud pada banyak yg nyumbang trit prihal bang "Petrus"
so, ane cuma ngelengkapin...
cekidot...
komentar yg pro dan kontra PETRUS
Spoiler for :

Kesaksian, nambahin
Quote:
Pengakuan korban
SUATU malam di bulan Juli 1983, mobil Toyota Hardtop yang dikemudikan Bathi Mulyono baru saja melintasi jalan Kawi, Semarang ketika dua motor menyalip kencang dan “dor..dor..” suara pistol menyalak. Dua peluru menembus mobil. Nasib naas masih jauh dari hidupnya. Bathi menginjak pedal gas dan melesat menembus kegelapan malam. Sang penembak pun kabur entah ke mana.
Sejak malam itu Bathi menghilang. Dia tak pulang ke rumah kendati istrinya, Siti Noerhayati, tengah hamil tua. Bathi memutuskan untuk menyembunyikan dirinya dari kejaran operasi pembasmian preman yang kerap disebut “Petrus” atau Penembakan Misterius. Sejak pertengahan 1983 Bathi hidup nomaden dan bersembunyi di Gunung Lawu. Dia baru berani turun gunung pada 1985, setelah Petrus mereda. Nasib Bathi masih mujur. Ribuan orang yang dituduh preman mati tanpa proses peradilan.
Bathi Mulyono bukan sembarang preman. Dia ketua Yayasan Fajar Menyingsing, organisasi massa yang menghimpun ribuan residivis dan pemuda di daerah Jawa Tengah. Organisasinya itu dibekingi oleh Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam, Ketua DPRD Jawa Tengah Widarto dan pengusaha Soetikno Widjojo. Dengan “restu” elite penguasa daerah, Bathi menjalankan bisnisnya mulai dari jasa broker sampai dengan lahan parkir di wilayah Jawa Tengah. Bathi juga aktif di dalam kepengurusan DPP Golkar Jawa Tengah.
Hubungan yang dibangun antara elite dengan para preman pun bergerak lebih jauh dari sekadar bisnis. Preman pun digunakan sebagai kelompok-kelompok milisi yang diberdayakan pada saat musim kampanye Pemilu tiba. Golongan Karya (Golkar) sebagai generator politik Orde Baru banyak menggunakan jasa para preman untuk menggalang massa dan mengamankan jalannya kampanye.
Bathi dan kawan-kawannya salah satu kelompok yang digunakan oleh Golkar dalam kampanye Pemilu 1982. Tugasnya memprovokasi massa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sedang berkampanye di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Insiden itu dikenal sebagai peristiwa Lapangan Banteng. Sejumlah korban berjatuhan. Beberapa orang ditangkap atas tuduhan mengacau.
Pada mulanya kampanye masih berjalan tenang. Massa Golkar yang menguningkan Lapangan Banteng masih menunggu kedatangan juru kampanye Golkar, Ali Murtopo. Tapi situasi berubah seketika pada saat massa beratribut PPP melintasi Lapangan Banteng. Saling cela antara massa Golkar dengan massa PPP pun semakin menjadi-jadi. Batu-batu berterbangan. Massa pendukung Golkar berhamburan ke jalan, mengejar massa PPP. Mereka segera saja terlibat dalam baku hantam. Insiden yang kemudian dikenal sebagai Insiden Lapangan Banteng itu secara cepat meluas ke beberapa titik di Jakarta.
Ketika kejadian itu berlangsung, Bathi Mulyono (61) berada di dalam kerumunan massa PPP
“Saya memakai jaket kuning, dalamnya kaos hijau,” kenang Bathi Mulyono.
“Kami sudah mendapatkan petunjuk untuk operasi di Jakarta, perintah itu datang dari number one melalui jaringan saya,” ujar Bathi. Number one yang dimaksud Bathi adalah Ali Murtopo, petinggi di era Orde Baru yang terkenal dengan operasi-operasi klandestinnya.
Operasi itu memang “berhasil.” Paling tidak ada korban jiwa yang jatuh dan banyak aktivis yang ditangkap. Ali Sadikin dan KH. Yusuf Hasyim dituduh berada di balik penyerangan aktivis PPP terhadap massa pendukung Golkar. “Padahal yang menyulut kejadian itu ya kami juga,” kata Bathi. Pemberitaan yang mengungkapkan ihwal kejadian itu diharuskan menandatangani surat pernyataan bersedia bekerjasama dengan pemerintah, termasuk pula Majalah Tempo yang terkenal kritis dalam pemberitaannya.
Rekayasa insiden itu tidak lain ditujukan untuk meraih simpati massa pada Golkar yang pada pemilu 1977, untuk beberapa wilayah, berhasil dikalahkan oleh PPP. Insiden itu juga disebut-sebut untuk menjegal Ali Sadikin yang digosipkan akan menyalonkan diri sebagai presiden. Rekayasa kerusuhan Lapangan Banten itu tampak dari keterlambatan Ali Sadikin untuk datang ke Lapangan Banteng, tempat di mana ia akan berbicara sebagai juru kampanye Golkar.
[URL="http://forum.detik..com/penembakan-misterius-petrus-kisah-gelap-orba-t236560.html"]SUMBER[/URL]
sekian trit dari ane...moon maap kl trit ini
SUATU malam di bulan Juli 1983, mobil Toyota Hardtop yang dikemudikan Bathi Mulyono baru saja melintasi jalan Kawi, Semarang ketika dua motor menyalip kencang dan “dor..dor..” suara pistol menyalak. Dua peluru menembus mobil. Nasib naas masih jauh dari hidupnya. Bathi menginjak pedal gas dan melesat menembus kegelapan malam. Sang penembak pun kabur entah ke mana.
Sejak malam itu Bathi menghilang. Dia tak pulang ke rumah kendati istrinya, Siti Noerhayati, tengah hamil tua. Bathi memutuskan untuk menyembunyikan dirinya dari kejaran operasi pembasmian preman yang kerap disebut “Petrus” atau Penembakan Misterius. Sejak pertengahan 1983 Bathi hidup nomaden dan bersembunyi di Gunung Lawu. Dia baru berani turun gunung pada 1985, setelah Petrus mereda. Nasib Bathi masih mujur. Ribuan orang yang dituduh preman mati tanpa proses peradilan.
Bathi Mulyono bukan sembarang preman. Dia ketua Yayasan Fajar Menyingsing, organisasi massa yang menghimpun ribuan residivis dan pemuda di daerah Jawa Tengah. Organisasinya itu dibekingi oleh Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam, Ketua DPRD Jawa Tengah Widarto dan pengusaha Soetikno Widjojo. Dengan “restu” elite penguasa daerah, Bathi menjalankan bisnisnya mulai dari jasa broker sampai dengan lahan parkir di wilayah Jawa Tengah. Bathi juga aktif di dalam kepengurusan DPP Golkar Jawa Tengah.
Hubungan yang dibangun antara elite dengan para preman pun bergerak lebih jauh dari sekadar bisnis. Preman pun digunakan sebagai kelompok-kelompok milisi yang diberdayakan pada saat musim kampanye Pemilu tiba. Golongan Karya (Golkar) sebagai generator politik Orde Baru banyak menggunakan jasa para preman untuk menggalang massa dan mengamankan jalannya kampanye.
Bathi dan kawan-kawannya salah satu kelompok yang digunakan oleh Golkar dalam kampanye Pemilu 1982. Tugasnya memprovokasi massa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sedang berkampanye di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Insiden itu dikenal sebagai peristiwa Lapangan Banteng. Sejumlah korban berjatuhan. Beberapa orang ditangkap atas tuduhan mengacau.
Pada mulanya kampanye masih berjalan tenang. Massa Golkar yang menguningkan Lapangan Banteng masih menunggu kedatangan juru kampanye Golkar, Ali Murtopo. Tapi situasi berubah seketika pada saat massa beratribut PPP melintasi Lapangan Banteng. Saling cela antara massa Golkar dengan massa PPP pun semakin menjadi-jadi. Batu-batu berterbangan. Massa pendukung Golkar berhamburan ke jalan, mengejar massa PPP. Mereka segera saja terlibat dalam baku hantam. Insiden yang kemudian dikenal sebagai Insiden Lapangan Banteng itu secara cepat meluas ke beberapa titik di Jakarta.
Ketika kejadian itu berlangsung, Bathi Mulyono (61) berada di dalam kerumunan massa PPP
“Saya memakai jaket kuning, dalamnya kaos hijau,” kenang Bathi Mulyono.
“Kami sudah mendapatkan petunjuk untuk operasi di Jakarta, perintah itu datang dari number one melalui jaringan saya,” ujar Bathi. Number one yang dimaksud Bathi adalah Ali Murtopo, petinggi di era Orde Baru yang terkenal dengan operasi-operasi klandestinnya.
Operasi itu memang “berhasil.” Paling tidak ada korban jiwa yang jatuh dan banyak aktivis yang ditangkap. Ali Sadikin dan KH. Yusuf Hasyim dituduh berada di balik penyerangan aktivis PPP terhadap massa pendukung Golkar. “Padahal yang menyulut kejadian itu ya kami juga,” kata Bathi. Pemberitaan yang mengungkapkan ihwal kejadian itu diharuskan menandatangani surat pernyataan bersedia bekerjasama dengan pemerintah, termasuk pula Majalah Tempo yang terkenal kritis dalam pemberitaannya.
Rekayasa insiden itu tidak lain ditujukan untuk meraih simpati massa pada Golkar yang pada pemilu 1977, untuk beberapa wilayah, berhasil dikalahkan oleh PPP. Insiden itu juga disebut-sebut untuk menjegal Ali Sadikin yang digosipkan akan menyalonkan diri sebagai presiden. Rekayasa kerusuhan Lapangan Banten itu tampak dari keterlambatan Ali Sadikin untuk datang ke Lapangan Banteng, tempat di mana ia akan berbicara sebagai juru kampanye Golkar.
[URL="http://forum.detik..com/penembakan-misterius-petrus-kisah-gelap-orba-t236560.html"]SUMBER[/URL]
sekian trit dari ane...moon maap kl trit ini
Spoiler for :

cuma nambahin kok...

jika yg tidak komeng, ane bidik lho...


Quote:

0
3.9K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan