VIVAnews - Antrean terlihat mengular di depan pintu masuk bank-bank yang mulai dibuka kembali pada Kamis waktu setempat di Siprus. Warga-warga sudah tidak sabar mengambil dana tabungan mereka di bank yang sempat tutup selama dua minggu.

Diberitakan Reuters, Kamis 28 Maret 2013, situasi di kota-kota Siprus pasca pembukaan kembali bank-bank tidak seperti yang ditakutkan. Warga dengan tenang mengantre, menunggu sampai pintu bank dibuka. Para staf perbankan datang lebih pagi untuk menyambut kantung-kantung uang yang dibawa oleh truk-truk anti peluru. Puluhan orang yang mengantre patuh pada perintah petugas keamanan agar tertib. Pintu bank dibuka pukul 6 pagi, para pengantre juga tidak masuk dengan terburu-buru. Santai.

Sebagian dana yang telah masuk berkat bailout Uni Eropa sebesar 10 miliar Euro atau setara Rp127 triliun, telah ditarik secara elektronik. Kebanyakan pengantre hari ini adalah orang-orang tua yang tidak memiliki kartu ATM. Di Nicosia, seorang warga lansia mengaku lega bisa mengambil uangnya lagi. Namun, dia merasa martabatnya sebagai warga Eropa jatuh dengan mengantre untuk menghidupi dirinya. "Saya merasa takut dan kecewa dengan mengantre seperti ini. Saya seperti berada di Negara Dunia Ketiga. Tapi saya bisa apa? Ini yang mereka lakukan pada kami dan kami menerimanya," kata Foro Kokikou, 61.

Penarikan Dibatasi

Demi mencegah pelarian modal secara besar-besaran, pemerintah Siprus menerapkan sejumlah pembatasan dalam menarik uang dari bank selama tujuh hari. Penarikan uang tunai oleh setiap nasabah tidak boleh lebih dari 300 euro per hari. Pemerintah melarang penguangan cek di bank. Selain itu, kalangan bisnis dilarang mentransfer uang dari bank ke luar negeri, kecuali mereka bisa membuktikan bahwa transfer dana itu untuk membiayai impor. Bank Sentral Siprus juga akan mengawasi setiap transaksi komersil senilai lebih dari 5.000 euro dan turut memantau transaksi individual senilai lebih dari 200.000 euro. Warga Siprus yang ke luar negeri juga hanya boleh membawa uang paling banyak 3.000 euro.

Berpenduduk hanya 860.000 jiwa, Siprus menyimpan dana 68 miliar euro di semua bank di negara itu. Ini merupakan jumlah dana yang sangat besar bagi negara sekecil Siprus, yang sebelum krisis menjadi lokasi yang menarik bagi para nasabah asing untuk menyimpan modal mereka. Namun, krisis keuangan yang melanda Siprus belakangan ini membuat bisnis di negara itu porak-poranda. Siprus harus memohon dana talangan dari Uni Eropa, Bank Sentral Eropa, dan IMF sebesar 10 miliar euro, namun dengan syarat harus membubarkan salah satu bank utamanya, Laiki, dan mengenakan pungutan khusus atas tabungan nasabah yang bersaldo di atas 100.000 euro.

Deposan di bank Siprus yang memiliki dana lebih dari 100.000 euro akan kehilangan 40 persen dana mereka yang dialihkan menjadi saham bank. Sementara mereka yang menyimpan dana kurang dari 100.000 euro tidak akan terimbas peraturan ini - tetapi tetap menghadapi pembatasan akses dana. Berbicara dengan media Financial Times, Sarris mengatakan bahwa kebijakan ini akan dikaji setelah tujuh hari, dan sejumlah bank bisa dibebaskan sama sekali.Kebijakan baru ini membuat Siprus menjadi negara kawasan euro pertama yang memberlakukan kontrol modal sejak krisis utang melanda Uni Eropa.