- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
18 Al-Qur'an Kuno dari Cirebon


TS
emhasanudin
18 Al-Qur'an Kuno dari Cirebon


Quote:

Quote:
Selamat Datang di Thread Sederhana ane, silahkan duduk yang manis & selamat menyimak.. 
Kali ini ane mau share peninggalan bersejarah orang terdahulu,
salah satunya Al-Quran kuno yg ada di Kota ane, Cirebon...
Selamat Menikmati...

Kali ini ane mau share peninggalan bersejarah orang terdahulu,
salah satunya Al-Quran kuno yg ada di Kota ane, Cirebon...
Selamat Menikmati...

Dari berbagai informasi penelusuran naskah di Cirebon,
menunjukkan bahwa kota ini kaya akan naskah kuno yang disimpan oleh berbagai pihak,
yaitu keraton, keluarga keraton, pengguron, kantor arsip daerah, pesantren, masjid, dan lain-lain.
Jenis koleksinya bermacam-macam, dari petarekan, tauhid, nahwu, babad, sampai obat-obatan.
Namun tidak semua pemilik atau kolektor naskah memiliki mushaf Al-Qur’an.
menunjukkan bahwa kota ini kaya akan naskah kuno yang disimpan oleh berbagai pihak,
yaitu keraton, keluarga keraton, pengguron, kantor arsip daerah, pesantren, masjid, dan lain-lain.
Jenis koleksinya bermacam-macam, dari petarekan, tauhid, nahwu, babad, sampai obat-obatan.
Namun tidak semua pemilik atau kolektor naskah memiliki mushaf Al-Qur’an.
Dari penelusuran kami (saya menemukan 15 mushaf, dan H.Enang Sudrajat 3 mushaf),
beberapa pihak yang memilikinya, dan berhasil kami dokumentasi, yaitu:
beberapa pihak yang memilikinya, dan berhasil kami dokumentasi, yaitu:
(1) EPJ 3 mushaf,
(2) Pesantren Buntet 3 mushaf,
(3) Masjid Dog Jemeneng, Makam Sunan Gunung Jati 8 mushaf,
(4) Makam Mbah Muji 1 mushaf, dan
(5) Kraton Kacirebonan 3 mushaf.
Quote:
Quote:
Semuanya 18 mushaf. Satu buah mushaf di Kraton Kasepuhan, berupa mushaf cetakan India, tidak kami masukkan dalam deskripsi ini, karena sementara sudah ‘diwakili’ oleh mushaf cetakan India lainnya yang ada di Masjid Dog Jumeneng. Meskipun demikian, mushaf tersebut tetap perlu dicatat, dan dimasukkan dalam analisis.
Ke-18 mushaf yang kami temukan kami urutkan berdasarkan asumsi dari yang paling tua ke yang paling muda. Hal ini untuk memudahkan analisis mushaf, untuk sebisanya menggambarkan perkembangan penyalinan mushaf, juga barangkali perkembangan tanda-tanda baca dan tajwid. Setelah kami urutkan, kami beri kode dengan huruf A sampai R.
Deskripsi masing-masing mushaf adalah sebagai berikut:
Deskripsi masing-masing mushaf adalah sebagai berikut:
Quote:
(1) Mushaf A (EPJ-1)
Mushaf ini adalah milik EPJ (inisial), dari keluarga kesultanan. Ia mewarisi seluruh naskahnya secara turun-temurun. Bahan dluwang, ukuran 31 x 21 x 5 cm, bidang teks 20 x 13 cm.
Kondisi naskah masih cukup baik, lengkap 30 juz.
Pojok bawah sebelah kanan dan kiri mushaf tampak kotor, menunjukkan bahwa mushaf ini sering dibaca oleh pemiliknya.
Sebenarnya mushaf ini tidak memiliki kolofon yang dapat memastikan umurnya. Namun di halaman depan mushaf, bagian atas, terdapat catatan kelahiran dua orang anak pemilik mushaf, dalam bahasa Arab, yaitu Tahirah, pada Senin, 6 Jumadilawal 1247 (Kamis? 13-10-1831, dan Munadi pada Jumat, 12 Rabiul Akhir 1251 (7 Agustus 1835). Sementara, di bagian akhir mushaf terdapat catatan, “Penget Qur’an punika waqafe bi-Raden Warakas maring isun.”
Di halaman sebelahnya, terdapat catatan yang telah dicoret, dalam huruf Pegon dan huruf Jawa. Catatan berhuruf Pegon berbunyi: “Penget ingkang gadhah Qur’an Bagus Muhammad Ali ... tumbas maring Kimas Gugur ingkang anumbasaken Kiai Muhammad ing wong saniyenh titi (?)”
Mushaf ini adalah milik EPJ (inisial), dari keluarga kesultanan. Ia mewarisi seluruh naskahnya secara turun-temurun. Bahan dluwang, ukuran 31 x 21 x 5 cm, bidang teks 20 x 13 cm.
Kondisi naskah masih cukup baik, lengkap 30 juz.
Pojok bawah sebelah kanan dan kiri mushaf tampak kotor, menunjukkan bahwa mushaf ini sering dibaca oleh pemiliknya.
Sebenarnya mushaf ini tidak memiliki kolofon yang dapat memastikan umurnya. Namun di halaman depan mushaf, bagian atas, terdapat catatan kelahiran dua orang anak pemilik mushaf, dalam bahasa Arab, yaitu Tahirah, pada Senin, 6 Jumadilawal 1247 (Kamis? 13-10-1831, dan Munadi pada Jumat, 12 Rabiul Akhir 1251 (7 Agustus 1835). Sementara, di bagian akhir mushaf terdapat catatan, “Penget Qur’an punika waqafe bi-Raden Warakas maring isun.”
Di halaman sebelahnya, terdapat catatan yang telah dicoret, dalam huruf Pegon dan huruf Jawa. Catatan berhuruf Pegon berbunyi: “Penget ingkang gadhah Qur’an Bagus Muhammad Ali ... tumbas maring Kimas Gugur ingkang anumbasaken Kiai Muhammad ing wong saniyenh titi (?)”
Spoiler for Mushaf A (EPJ-1):

(2) Mushaf B (EPJ-2)
Mushaf ini milik EPJ, kertas Eropa, ukuran 33 x 20 x 4 cm, bidang teks 26 x 15 cm. Cap kertas Concordia, dengan countermark “VDL”.
Mushaf ini tidak lengkap, bagian awal dan akhir mushaf sudah hilang. Meskipun demikian, halaman iluminasi Surah al-Fatihah masih tersisa sepotong. Adapun surah terakhir yang ada adalah an-Nur. Huruf mushaf ini sangat sederhana, tampak ditulis oleh orang yang belum terlatih.
Mushaf ini milik EPJ, kertas Eropa, ukuran 33 x 20 x 4 cm, bidang teks 26 x 15 cm. Cap kertas Concordia, dengan countermark “VDL”.
Mushaf ini tidak lengkap, bagian awal dan akhir mushaf sudah hilang. Meskipun demikian, halaman iluminasi Surah al-Fatihah masih tersisa sepotong. Adapun surah terakhir yang ada adalah an-Nur. Huruf mushaf ini sangat sederhana, tampak ditulis oleh orang yang belum terlatih.
Spoiler for Mushaf B (EPJ-2):

(3) Mushaf C (BTT-1)
Koleksi Pesantren Buntet. Bahan kertas Eropa, naskah tidak lengkap, dan kondisinya telah rusak. Tulisan cukup bagus, tampak penulisnya terlatih.
Koleksi Pesantren Buntet. Bahan kertas Eropa, naskah tidak lengkap, dan kondisinya telah rusak. Tulisan cukup bagus, tampak penulisnya terlatih.
Spoiler for Mushaf C (BTT-1):
(4) Mushaf D (BTT-2)
Koleksi Pesantren Buntet. Bahan kertas Eropa, kondisi naskah telah rusak, tidak lengkap. Tulisan sangat sederhana
.Koleksi Pesantren Buntet. Bahan kertas Eropa, kondisi naskah telah rusak, tidak lengkap. Tulisan sangat sederhana
Spoiler for Mushaf D (BTT-2):
(5) Mushaf E (BTT-3)
Koleksi Pesantren Buntet. Bahan kertas Eropa, mushaf tidak lengkap, dan kondisi naskah telah rusak. Tulisan cukup sederhana, namun tampak konsisten.
Koleksi Pesantren Buntet. Bahan kertas Eropa, mushaf tidak lengkap, dan kondisi naskah telah rusak. Tulisan cukup sederhana, namun tampak konsisten.
Spoiler for Mushaf E (BTT-3):
(6) Mushaf F (MDJ-1)
Mushaf ini terdapat di Masjid Dog Jumeneng, di kompleks makam Sunan Gunung Jati, Gunung Sembung. Menurut informasi dari pengurus masjid yang sudah sepuh, dahulu banyak sekali mushaf dan naskah keagamaan di masjid ini, disimpan di para, di atas langit-langit masjid, di dalam karung. Ketika masjid ini dibongkar pada sekitar tahun 1952, keadaan naskah banyak yang hancur, dan dibuang.
Mushaf F berbahan kertas Eropa, ukuran 33 x 21 x 5,5 cm, bidang teks 22 x 13 cm. Cap kertas tertera Erve Wysmuller. Menurut keterangan Russell Jones, kertas dengan cap seperti itu berasal dari pertengahan abad ke-19, sekitar 1850-1964.[1] Mushaf ini tidak lengkap, bagian depan adalah akhir Surah al-Baqarah dan bagian akhir Surah al-Munafiqun. Mushaf ini merupakan “ayat sudut” atau “ayat pojok”m artinya, setiap halaman diakhiri dengan penghabisan ayat.
Mushaf ini terdapat di Masjid Dog Jumeneng, di kompleks makam Sunan Gunung Jati, Gunung Sembung. Menurut informasi dari pengurus masjid yang sudah sepuh, dahulu banyak sekali mushaf dan naskah keagamaan di masjid ini, disimpan di para, di atas langit-langit masjid, di dalam karung. Ketika masjid ini dibongkar pada sekitar tahun 1952, keadaan naskah banyak yang hancur, dan dibuang.
Mushaf F berbahan kertas Eropa, ukuran 33 x 21 x 5,5 cm, bidang teks 22 x 13 cm. Cap kertas tertera Erve Wysmuller. Menurut keterangan Russell Jones, kertas dengan cap seperti itu berasal dari pertengahan abad ke-19, sekitar 1850-1964.[1] Mushaf ini tidak lengkap, bagian depan adalah akhir Surah al-Baqarah dan bagian akhir Surah al-Munafiqun. Mushaf ini merupakan “ayat sudut” atau “ayat pojok”m artinya, setiap halaman diakhiri dengan penghabisan ayat.
Spoiler for Mushaf F (MDJ-1):

(7) Mushaf G (MDJ-2)
Mushaf ini koleksi Masjid Dog Jumeneng. Kondisi naskah tidak lengkap, hanya tersisa sedikit. Ukuran naskah 31 x 19 x 2 cm, bidang teks 20 x 12.
Mushaf ini koleksi Masjid Dog Jumeneng. Kondisi naskah tidak lengkap, hanya tersisa sedikit. Ukuran naskah 31 x 19 x 2 cm, bidang teks 20 x 12.
Spoiler for Mushaf G (MDJ-2):

(8) Mushaf H (MDJ-3)
Koleksi Masjid Dog Jumeneng, kertas Eropa, dengan cap kertas Propatria dan cap tandingan H F de Charro & Zonen. Menurut Russell Jones, kertas jenis ini memiliki rentang waktu antara 1855 hingga 1870.[2] Mushaf tidak lengkap, yang tersisa mulai Surah al-Ma’idah hingga Surah al-Mulk.
Koleksi Masjid Dog Jumeneng, kertas Eropa, dengan cap kertas Propatria dan cap tandingan H F de Charro & Zonen. Menurut Russell Jones, kertas jenis ini memiliki rentang waktu antara 1855 hingga 1870.[2] Mushaf tidak lengkap, yang tersisa mulai Surah al-Ma’idah hingga Surah al-Mulk.
Spoiler for Mushaf H (MDJ-3):

(9) Mushaf I (MDJ-4)
Mushaf koleksi Masjid Dog Jumeneng, kertas Eropa, cap kertas bulatan bermahkota, dan cap tandingan LVG. Ukuran mushaf 32 x 20 x 5 cm, bidang teks 23 x 13 cm. Mushaf tidak lengkap, yang tersisa mulai Surah an-Nisa hingga Surah al-Muzzammil.
Mushaf koleksi Masjid Dog Jumeneng, kertas Eropa, cap kertas bulatan bermahkota, dan cap tandingan LVG. Ukuran mushaf 32 x 20 x 5 cm, bidang teks 23 x 13 cm. Mushaf tidak lengkap, yang tersisa mulai Surah an-Nisa hingga Surah al-Muzzammil.
Spoiler for Mushaf I (MDJ-4):

(10) Mushaf J (MDJ-5)
Mushaf koleksi Masjid Dog Jumeneng, kertas Eropa. Ukuran 33 x 21 x 4 cm, bidang teks 24 x 14 cm. Mushaf tidak lengkap.
Mushaf koleksi Masjid Dog Jumeneng, kertas Eropa. Ukuran 33 x 21 x 4 cm, bidang teks 24 x 14 cm. Mushaf tidak lengkap.
Spoiler for Mushaf J (MDJ-5):

(11) Mushaf K (MBM-1)
Mushaf ini terletak di makam Mbah Buyut Muji, seorang abdi dalem Kraton Kasepuhan, tokoh penyebar Islam pada sekitar tahun 1600 – demikian menurut juru kunci. Kondisi mushaf rusak parah dan sangat rapuh, karena penyimpanan yang tidak layak. Mushaf dibungkus kain dan ditaruh begitu saja di atas pintu makam. Ukuran mushaf 26,5 x 21,5 x 6 cm, bidang teks 19 x 13,5 cm. Bagian pojok bawah kotor, menunjukkan bahwa mushaf ini sering dibaca.
Mushaf ini terletak di makam Mbah Buyut Muji, seorang abdi dalem Kraton Kasepuhan, tokoh penyebar Islam pada sekitar tahun 1600 – demikian menurut juru kunci. Kondisi mushaf rusak parah dan sangat rapuh, karena penyimpanan yang tidak layak. Mushaf dibungkus kain dan ditaruh begitu saja di atas pintu makam. Ukuran mushaf 26,5 x 21,5 x 6 cm, bidang teks 19 x 13,5 cm. Bagian pojok bawah kotor, menunjukkan bahwa mushaf ini sering dibaca.
Spoiler for Mushaf K (MBM-1):

(12) Mushaf L (KCR-1)
Mushaf ini koleksi Kraton Kacirebonan. Kraton ini mengoleksi sekitar 50 naskah dari berbagai kategori, tiga di antaranya mushaf Al-Qur’an. Kondisi mushaf rusak dan tidak lengkap, dimulai pada juz dua hingga Surah al-Muddassir. Ukuran 32 x 20 x 5,5 cm, bidang teks 22 x 12,5 cm. Kertas Eropa, dengan dua macam kertas, bagian depan bercap tandingan JW HATM 1812, dan kedua MWI dan VI (?) – sementara cap kertasnya sendiri kurang jelas gambarnya. Dengan angka tahun 1812 yang tercantum dalam cap kertas, dapat diasumsikan bahwa naskah ini berasal dari sekitar tahun 1815-1816.[3] Bagian pojok bawah kotor, diduga dahulu sering dibaca. Bagian pojok yang hancur kadang-kadang diberi lapisan kertas lagi. Mushaf ini memiliki banyak catatan qira’at di pinggir halaman, khususnya qira’at Nafi’, dengan tinta merah. Mushaf ini menggunakan qiraat Nafi’ namun selalu disertai dengan keterangan bacaan Hafs dalam warna biru di pinggir halaman.
Mushaf ini koleksi Kraton Kacirebonan. Kraton ini mengoleksi sekitar 50 naskah dari berbagai kategori, tiga di antaranya mushaf Al-Qur’an. Kondisi mushaf rusak dan tidak lengkap, dimulai pada juz dua hingga Surah al-Muddassir. Ukuran 32 x 20 x 5,5 cm, bidang teks 22 x 12,5 cm. Kertas Eropa, dengan dua macam kertas, bagian depan bercap tandingan JW HATM 1812, dan kedua MWI dan VI (?) – sementara cap kertasnya sendiri kurang jelas gambarnya. Dengan angka tahun 1812 yang tercantum dalam cap kertas, dapat diasumsikan bahwa naskah ini berasal dari sekitar tahun 1815-1816.[3] Bagian pojok bawah kotor, diduga dahulu sering dibaca. Bagian pojok yang hancur kadang-kadang diberi lapisan kertas lagi. Mushaf ini memiliki banyak catatan qira’at di pinggir halaman, khususnya qira’at Nafi’, dengan tinta merah. Mushaf ini menggunakan qiraat Nafi’ namun selalu disertai dengan keterangan bacaan Hafs dalam warna biru di pinggir halaman.
Spoiler for Mushaf L (KCR-1):

Lanjut Di Bawah gan, gak muat... 

Diubah oleh emhasanudin 15-03-2013 05:37
0
8K
Kutip
42
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan