Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

PaparazzoAvatar border
TS
Paparazzo
Cerpen pagi hari : Permen Ajaib (NO REPOST) >> Monggo ...
Pagi itu aku sedang duduk-duduk di sebuah taman yang udaranya begitu sejuk membelai kulitku. Dalam benakku, pastilah taman itu sangat hijau dan indah serta berhiaskan bunga-bunga cantik yang bermekaran. Apalagi ditambah dengan suara anak-anak yang bermain dengan ceria disekelilingku. Pasti sangat menyenangkan bisa melihat suasana di taman itu.
Saat lulus SMA setahun yang lalu, sebuah kecelakaan merenggut penglihatanku. Sedih memang, tapi aku sangat bersyukur masih diberi hidup. Ditambah lagi karena keluargaku sangat menyayangiku.
“tunggu disini ya, Ayah mau beli minuman sebentar. Jangan kemana-mana!”, kata ayah padaku.
“ya, Icha akan tunggu disini kok”, jawabku. Jarang sekali ayah bisa mengajakku jalan-jalan, kesibukannya bekerja membuat waktu luang untuk keluarga sangat terbatas.
Akupun menunggu dengan sabar sembari menikmati suasana disekitarku. Beberapa saat kemudian kurasakan seseorang berjalan dibelakangku.
“ayah, kaukah itu?”, tanyaku.
“bolehkah aku duduk disampingmu nona?”, kudengar suara laki-laki yang belum pernah kukenal. Aku pun mulai sedikit merasa takut. Dengan canggung, ku anggukkan kepalaku.
“tenanglah, aku takkan menggigitmu”, kata lelaki itu sedikit tertawa. Singkat waktu kami pun terlibat perbincangan yang sangat seru. Dia bernama Alvin, usianya 21 tahun, dua tahun lebih tua dariku. Katanya dia juga sedang menunggu. Kini aku yakin kalau dia orang baik. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kusadari ayah belum kembali sejak tadi. Aku pun mulai khawatir.
“Icha, kau terlihat sedih? Sedang memikirkan apa?”, tanya Alvin.
“aku teringat ayahku, sejak tadi belum juga kembali. Aku khawatir”, kataku.
“sudahlah jangan bersedih… mau ‘permen ajaib’?”, tanyanya tiba-tiba.
“Permen ajaib?, memangnya ada?”, tanyaku kembali.
“Ada, permen ajaib ini akan membiatmu tersenyum slamanya”, ucapnya. Aku tertawa kecil mendengarnya. Kurasa aku tengah dirayu olehnya, dan kurasa aku mulai menyukainya. Kuterima permen itu. Manis sekali seperti cokelat, dan ada sedikit rasa mint didalamnya. Kurasakan kepalaku pusing, aku sangat mengantuk sekali. Akhirnya aku pun tertidur.
Sesaat setelah itu, aku merasa mataku ditutup oleh kain dan tangan kiriku diikat dengan sesuatu. Aku pun histeris memanggil-manggil ayah. Aku takut sekali, pasti aku diculik, pasti aku akan disakiti. “Teganya Alvin padaku, dia telah membodohi aku”, jeritku dalam hati. Kurasakan sebuah tangan menahanku. Aku semakin histeris. Tapi tangan itu adalah tangan ayah, ayah menenagkanku. Terdengar pula suara ibu dan kakakku. Aku pun tenang.
Setelah diberi penjelasan oleh ayah, berbagai perasaan berkecamuk dihatiku. Rasa sedih, malu, senang,dan haru bercampur baur dihatiku. Betapa tidak, Alvin tak pernah menculikku. Justru dia membahagiakan aku dengan permen ajaibnya.
Kata ayah, Alvin menderita kanker otak stadium akhir. Sebelum dia pergi selamanya, dia sudah bernazar akan berbuat sesuatu untuk orang lain. Dan dia mendonorkan matanya untukku.
“terimakasih Alvin, semoga kamu tenang disisiNya. Aku akan selalu tersenyum untukmu selamanya”, do’aku dalam hati.
Sebelum keluar dari rumah sakit, aku mengunjungi Alvin. Ingin melihat wajahnya untuk yang terakhir kali dan berterimakasih. Dia sungguh tampan. Aku berusaha untuk tidak menangis. Karena mata ini adalah matanya, aku tak ingin dia turut menangis.

-end-

makasih buat agan-agan yang udah mau baca cerpen ane..
bagi agan yang suka boleh kasih emoticon-Rate 5 Star hehe, sukur-sukur dikasih emoticon-Blue Guy Cendol (L)..
minta "Like" cerita ane di facebook yaaa gan emoticon-Request :
Permen Ajaib on Facebook

thank-sin gan emoticon-Shakehand2
Diubah oleh Paparazzo 19-02-2013 02:46
0
2.7K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan