“Berpuluh kali, atau beratus kali atau mungkin beribu kali saya diserang rasa takut ketika menjalani kehidupan dengan kursi roda ini. Ketika membuat pilihan kembali ke sekolah, ketika menyeret kaki untuk menaiki tangga bioskop agar bisa menemani wanita pujaan menonton, ketika memutuskan untuk kuliah, ketika menghadapi 4 lantai untuk bisa praktikum kuliah, ketika harus menjalani kemoterapi, ketika memulai bekerja, ketika naik pesawat, ketika akhirnya bisa ke luar negeri, ketika melamar calon istri, ketika mulai bekerja di GE yang penuh dengan orang asing, ketika menerima tawaran untuk mempimpin GE di Indonesia….Saya takut. Tembok besar berdiri tegak, angkuh, dan ribuan panah berapi menghujami saya.”



Kalimat diatas merupakan cukilan kecil dari dalam Surat kepada Pemimpin Indonesia Masa Depan.Berisi 909 kata, ditulis dengan kalimat lugas,dan telah menginspirasi banyak orang.

Surat tersebut ditulis oleh Handy Satriago, orang Indonesia pertama, dengan pedidikan Indonesia yang dipercaya mempimpin General Elektrics Indonesia yang telah beroperasi lebih dari 70 tahun di Indonesia.

Hendry Satriago, harus berhadapan dengan kenyataan terberat dalam hidupnya saat mengalami kelumpuhan yang menyebabkan ia tidak bisa berjalan, pada usia remaja.Ia harus membuang angan-angannya mendaki puncak gunung tertinggi di Indonesia, berlarian mengejar kupu-kupu bersayap warna-warni.Dua hobi favoritnya, yang harus ditinggalkan akibat penyakit kangker.

Namun ia tidak menyerah dan lari dari kangker.Sikapnya ditunjukkan dengan menamatkan pendidikan SMA Lab School Rawamangun, menjadi mahasiswa teladan Indonesia saat kuliah di Institut Pertanian Bogor, lulus dengan nilai meyakinkan, menyelesaikan Master di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) dengan nilai Cum Laude, hingga menyandang gelar Doktor dari Universitas Indonesia pada 2010.Di tahun yang sama ia menjadi CEO General Electrics Indonesia,tempatnya meniti karir selama 13 tahun terakhir.Tahun-tahun kehidupan diisinya dengan semangat dan sikap pantang menyerah.Suranya berdentam-dentam,menyiratkan optimisme dalam menatap hidup.Dan saya merasa beruntung bisa mendapat dorongan semangat saat mengikuti kuliah terbukanya.



Berbicara dalam kuliah terbuka,selama 2 jam dalam sesi acara Akademi Berbagi, ia tidak ragu untuk menularkan semangat dan pengetahuannya.Ia berbicara lugas, dengan diselingi humor,tentang “Competitive Tallent”.Hal-hal yang telah dibuktikannya mampu untuk bertahan dalam persaingan dunia kerja yang ibarat hutan rimba di Jakarta.Dari rintisan karir dasar hingga menjadi CEO.

“Menjadi pemimpin bermula dari memimpin diri sendiri. Mewujudkan mimpi yang ingin dicapai. Tidak perlu membayar orang untuk menjadi pengikut. Jika mereka melihat anda dengan penuh keyakinan berani mempimpin diri anda sendiri, mereka akan mengikuti dan membantu anda dengan tulus, serta percaya pada kepemimpinan anda.”

Tidak berlebihan jika ia menulis surat untuk pemimpin dan calon pemimpin masa depan Indonesia.Sebuah pesan untuk direnungkan :

“Pekerjaan rumah anda sebagai pemimpin Indonesia tidaklah mudah. Tidak berarti, tembok besar dan ribuan panah api bisa menghentikan langkah anda untuk berperang.”