Kaskus

Entertainment

ahlulkhoirAvatar border
TS
ahlulkhoir
JAKARTA OH JAKARTA... Lagi kena azab/bala' kah??
Menyedihkan memang, tapi
jangan dipungkiri bahwa setiap
musibah pasti ada sebab dan
akibat walau mau dikaji dari segi
manapun. Tempat tinggal saya di
kawasan Cawang sana juga luluh
lantak diterpa air bah. Kali
Sunter yang melintas sudah tidak
mampu menampung volume air
sehingga tumpah ruah ke
pemukiman.
Entah sampai kapan nasib Ibu
Kota akan terus begini. Banjir,
banjir dan banjir. Sejuta janji tak
bosan mengalir menunggu
realisasi tanpa pernah (sulit)
terbukti. Namun adakah yang
berpikir kalau bisa saja Jakarta
sedang terkena azab Ilahi?
Wallahu ‘alam.
Oke, berikut gambaran ringan
(refleksi) dan sengaja saya pakai
diri ini sebagai tersangka utama
ketimbang bersemangat
menyalahkan orang lain tapi tak
mampu memberi solusi.
1. Saya hobby membuang
sampah sembarangan di saluran
got, flyover, tanah kosong, dan
sesekali cuek bebek
membuangnya di pinggiran jalan
bahkan di areal kuburan.
2. Rumah yang saya tempati tidak
ada sejengkal tanah untuk
dijadikan pekarangan, semua
serba cor habis untuk garasi dan
teras. Boro-boro ngerti soal
AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
3. Saya terpaksa membuat
rumah bedeng di bantaran kali
meski papan larangan
terpampang jelas. Habisnya mau
bagaimana lagi, saya tidak
mampu sewa kontrakan karena
untuk makan saja sudah sulit.
Apalagi saya terlanjur urban ke
Jakarta dan malu pulang
kampung sebagai kere.
4. Saya memiliki lima villa mewah
di kawasan puncak sana setelah
membeli area pada warga
setempat. Sebodo amat dengan
hilangnya resapan air, yang
penting saya bisa relax setiap
weekend.
5. Saya memiliki titel tinggi
sebagai ‘oknum’ insinyur
merangkap arsitek, tapi saya
sendiri bingung apa yang mesti
dilakukan. Hari ke hari cuma
teori tapi nol praktek. Keahlian
saya menganalisa dan mengakali
dana proyek semaksimal
mungkin.
6. Saya wakil rakyat, tapi saya
tidak pernah tau apa rasanya
kebanjiran. Maklum, saya tinggal
di kawasan elit dan peduli setan
dengan nasib warga. Itulah
mengapa dari tahun ke tahun
banjir besar selalu melanda
Jakarta.
7. Saya terlalu angkuh dan
sombong, lupa curhat kepada
Tuhan dan baru ingat Dia ketika
musibah menerpa. Nanti ketika
musibah itu berlalu, saya kembali
kufur.
So, azab atau bukan banjir ini
pasti ada hikmahnya, yaitu
meningkatnya persaudaraan dan
perasaan senasib. Semoga semua
pihak legowo untuk mengkoreksi
diri serta bersama-sama
mewujudkan Jakarta sebagai Ibu
Kota yang membanggakan.

Sumber: kompasiana
0
1.4K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan