- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Asia Dibayangi Potensi Kenaikan Inflasi Pada Tahun Ini


TS
senyumanmu
Asia Dibayangi Potensi Kenaikan Inflasi Pada Tahun Ini
(Vibiznews - Business) - Kondisi fundamental ekonomi Asia pada awal tahun ini terbilang cukup baik dimana ekspektasi mengenai pemulihan ekonomi Jepang dan China cukup menonjol pasca tahun lalu mengalami perlambatan. Namun disisi lain justru muncul sebuah kekhawatiran lain dimana tingkat inflasi diperkirakan akan menjadi hal yang patut untuk menjadi fokus tersendiri.
Kondisi tersebut didukung oleh beberapa faktor, salah satunya ialah mengenai kebijakan beberapa bank sentral di Asia seperti bank sentral Jepang dan bank sentral India yang sejak beberapa waktu melakukan kebijakan menambah jumlah uang beredar. Hal tersebut dinilai membawa sebuah efek yang akan menjadi bumerang bagi perekonomian negara tersebut. Banyaknya uang beredar akan mendorong naiknya jumlah penggunaan uang likuid sehingga harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan.
Disaat yang bersamaan nilai tukar mata uang dalam negeri akan mengalami pelemahan dibandingkan mata uang mayoritas. Hal etrsebut dapat dilihat pada posisi yen yang kini mengalami penurunan terhadap dollar akibat kebijakan bank sentral Jepang yang menginginkan adanya kenaikan performa ekonominya terutama pada sisi eksportir.
Hal yang hampir sama juga diprediksi akan terjadi pada China dan India, untuk India sendiri bahkan sampai dengan saat ini masih sulit untuk menekan tingkat inflasi akibat adanya kebijakan bank sentral yang melakukan penurunan tingkat suku bunga acuan pada tahun lalu yang berdampak negatif bagi mata uang rupee. Berdasarkan laporan pemerintah India, tingkat inflasi untuk bulan November tahun lalu dikabarkan mencapai 7,24%.
Selain faktor kebijakan bank sentral, imbas dari adanya potensi kenaikan harga energi juga akan memberikan dorongan bagi kenaikan inflasi. Ditahannya jumlah produksi minyak OPEC sebesar 30 juta barel per hari menandakan bahwa kartel minyak tersebut menginginkan adanya sebuah kenaikan harga di tahun ini. Apalagi kebutuhan akan energi akan meningkat ditahun ini seiring dengan adanya kebijakan pembangunan infrastruktur di China sebagai cara untuk mendorong perekonomian negara tersebut.
Banyak pengamat menilai bahwa negara-negara Asia cukup rawan dalam memperoleh imbas dari kenaikan harga energi. Banyaknya negara-negara berkembang dan negara industri baru sudah barang tentu akan membutuhkan pasokan energi yang besar. Sedangkan disaat yang bersamaan jumlah persediaan minyak cukup terbatas.
Sumber : http://www.vibiznews.com/2013-01-03/...pada-tahun-ini
Jepang sama india yah kayaknya yang paling gawat
Kondisi tersebut didukung oleh beberapa faktor, salah satunya ialah mengenai kebijakan beberapa bank sentral di Asia seperti bank sentral Jepang dan bank sentral India yang sejak beberapa waktu melakukan kebijakan menambah jumlah uang beredar. Hal tersebut dinilai membawa sebuah efek yang akan menjadi bumerang bagi perekonomian negara tersebut. Banyaknya uang beredar akan mendorong naiknya jumlah penggunaan uang likuid sehingga harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan.
Disaat yang bersamaan nilai tukar mata uang dalam negeri akan mengalami pelemahan dibandingkan mata uang mayoritas. Hal etrsebut dapat dilihat pada posisi yen yang kini mengalami penurunan terhadap dollar akibat kebijakan bank sentral Jepang yang menginginkan adanya kenaikan performa ekonominya terutama pada sisi eksportir.
Hal yang hampir sama juga diprediksi akan terjadi pada China dan India, untuk India sendiri bahkan sampai dengan saat ini masih sulit untuk menekan tingkat inflasi akibat adanya kebijakan bank sentral yang melakukan penurunan tingkat suku bunga acuan pada tahun lalu yang berdampak negatif bagi mata uang rupee. Berdasarkan laporan pemerintah India, tingkat inflasi untuk bulan November tahun lalu dikabarkan mencapai 7,24%.
Selain faktor kebijakan bank sentral, imbas dari adanya potensi kenaikan harga energi juga akan memberikan dorongan bagi kenaikan inflasi. Ditahannya jumlah produksi minyak OPEC sebesar 30 juta barel per hari menandakan bahwa kartel minyak tersebut menginginkan adanya sebuah kenaikan harga di tahun ini. Apalagi kebutuhan akan energi akan meningkat ditahun ini seiring dengan adanya kebijakan pembangunan infrastruktur di China sebagai cara untuk mendorong perekonomian negara tersebut.
Banyak pengamat menilai bahwa negara-negara Asia cukup rawan dalam memperoleh imbas dari kenaikan harga energi. Banyaknya negara-negara berkembang dan negara industri baru sudah barang tentu akan membutuhkan pasokan energi yang besar. Sedangkan disaat yang bersamaan jumlah persediaan minyak cukup terbatas.
Sumber : http://www.vibiznews.com/2013-01-03/...pada-tahun-ini
Jepang sama india yah kayaknya yang paling gawat

Spoiler for Belajar Forex dan academy:
0
938
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan