- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Fenomena Merger di Asia Tenggara-The Number One


TS
senyumanmu
Fenomena Merger di Asia Tenggara-The Number One

(Vibiznews-Business)-Menurut para bankir tren ini akan terus bertahan. Korporasi Asia Tenggara semakin percaya diri dalam memperebutkan aset melawan perusahaan global maupun rival mereka sendiri dari kawasan yang sama. Namun hal ini berpotensi membuat kancah M&A kebanjiran peminat, sementara aset yang tersedia terlalu sedikit.
Tahun 2012 akan dikenang sebagai saat-saat Asia Tenggara mencuri tampuk juara dari Cina sebagai biangnya aktivitas merger dan akuisisi atau M&A di Asia.
Aktivitas M&A di Asia Tenggara, yang didominasi Singapura dan Thailand, berada di level tertinggi sejak krisis finansial 2008. Total nilai M&A Asia Tenggara yang sudah rampung atau akan dituntaskan tahun ini mencapai $105,4 miliar, kata perusahaan riset dan data Dealogic. Angka ini naik lebih dari 50% dibanding tahun lalu pada $68,6 miliar. Dalam konteks total M&A Asia Pasifik di luar Jepang, pangsanya tahun ini—26%—pun naik dibanding 18% tahun 2011.
Pusat perhatian kancah merger tahun ini adalah perebutan konglomerasi Fraser & Neave Ltd. atau F&N dari Singapura. Awalnya, miliarder Thailand Charoen Sirivadhanabhakdi membeli saham perusahaan yang bergerak di bidang properti dan minuman ringan itu. Charoen juga membeli sebagian kepemilikan Asia Pacific Breweries, tempat F&N menanam saham hingga 29,7%. Perusahaan bir Heineken NV dari Belanda bereaksi dengan memborong kepemilikan F&N di Asia Pacific Breweries senilai $4,7 miliar. Charoen kemudian mengajukan tawaran untuk akuisisi keseluruhan F&N. Tawaran ini mendapat tandingan dari keluarga Riady, pemilik Lippo Group, yang didukung Kirin Holdings dari Jepang. Kirin sendiri sudah memegang 15% saham F&N, dan akan mengambil alih unit minuman ringan F&N jika tawaran mereka bersama Lippo akhirnya diterima.

Fraser & Neave telah menyatakan baik tawaran Charoen maupun Lippo berada di bawah nilai konglomerasi itu.
Jika F&N kelak akhirnya terpecah-belah, ini bukan satu-satunya restrukturisasi perusahaan besar yang akan terjadi di kawasan ini, kata para bankir.

Para pengamat dan bankir juga memperhatikan perebutan F&N itu mencerminkan beberapa kecenderungan yang menonjol dalam kancah M&A Asia Tenggara. Yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi kawasan ini yang meroket. Kedua, perusahaan-perusahaan besar dan kaya dari Asia Tenggara sudah berani keluar dari pasar domestik yang selama ini mereka kuasai.
Drama F&N melibatkan dua miliarder Asia Tenggara yang melangkah ke luar batas-batas geografis tradisional mereka. Perusahaan Thailand lain, konglomerasi pertanian Charoen Pokphand Group—tidak ada hubungannya dengan Charoen yang mengincar F&N—bulan ini telah sepakat membeli kepemilikan perusahaan asuransi jiwa Ping An Insurance (Group) Co. of China Ltd yang dipegang oleh HSBC Holdings PLC, dengan nilai $9,4 miliar. Upaya Charoen Pokphand menumpang gelombang pertumbuhan Cina itu merupakan aksi merger lintas negara terbesar sepanjang sejarah kancah M&A Asia Tenggara.
“Dengan hadirnya orang kaya [Asia Tenggara] dalam kancah merger, artinya ada latar belakang kelompok pembeli di kawasan ini semakin beragam,” ujar Theresa Esperdy, kepala urusan perbankan di unit korporasi dan bank investasi Asia Pasifik J.P. Morgan Chase. Pihak bank “harus bisa berpikir kreatif sepanjang waktu.”
Menurut David Aronovitch, kepala Morgan Stanley untuk urusan bisnis perbankan investasi Asia Tenggara, layanan keuangan, pertanian, dan sumber daya semestinya bisa menjadi sektor dengan transaksi paling aktif di kawasan ini tahun depan. Sejumlah sektor di atas juga muncul pada tahun 2012.
Perusahaan minyak Thailand, PTT Exploration & Production, tahun ini membuat kejutan dengan menyingkirkan Royal Dutch Shell dalam akuisisi perusahaan eksplorasi gas alam Inggris yang beroperasi di Mozambik, Cove Energy PLC, senilai $1,95 miliar.
San Miguel Corp., konglomerasi asal Filipina, melepas kepemilikan saham mayoritas di Bank of Commerce kepada CIMB Group Holdings Bhd bulan Mei lalu dengan harga $288,3 juta.
Sejumlah layanan asuransi di ING Groep, perusahaan layanan keuangan asal Belanda, menarik banyak minat dari investor Barat dan Asia Tenggara tahun ini. AIA Group Ltd. membeli bisnis asuransinya di Malaysia sebesar $1,73 miliar. Sementara itu, taipan Hong Kong, Richard Li, mengambil alih usaha ING di Thailand, Hong Kong, dan Makau dengan nilai $2,14 miliar.
“Ada banyak pasar berskala bagus [di Asia Tenggara]. Populasi dan pertumbuhan [ekonominya] sedang menunggu booming di sektor asuransi, di tengah tingkat penetrasi yang masih rendah,” ungkap David Chin, kepala perbankan investasi untuk Asia di UBS AG.
Di tengah memanasnya pasar Asia Tenggara, banyak perusahaan kawasan ini dimiliki keluarga maupun negara, sehingga hanya sedikit saja aset yang tersedia untuk dijual, ujar para bankir. Dan artinya, aset-aset yang ditawarkan dilepas dengan harga tinggi.
Tawaran Heineken atas APB, produsen bir merek Tiger, mencerminkan price-to-earnings ratio, atau rasio harga saham terhadap laba bersih, sebesar 35,1 kali taksiran laba bersih APB tahun 2012. Angka ini jauh di atas rivalnya, Carlsberg Brewery Malaysia, yang mencatat rasio 20,3 kali.
Bulan ini, Petra Foods Ltd. dari Singapura menjual bisnis kakao kepada produsen cokelat asal Swiss, Barry Callebaut sebesar $950 juta demi memusatkan usahanya pada pembuatan dan pendistribusian sejumlah produk seperti cokelat, wafer, dan biskuit. Menurut hasil riset CIMB, harga itu mewakili 14 kali laba operasi yang dicatatkan Petra tahun 2011. Dibandingkan dengan perusahaan lain yang tercatat di bursa—JB Foods Ltd., contohnya, diperdagangkan pada 4,6 kali laba operasi—itu harga tinggi.
Sumber : http://www.vibiznews.com/2012-12-21/...the-number-one
Asia Tenggara mulai unjuk gigi

-----
Spoiler for Spoiler:
Diubah oleh senyumanmu 28-12-2012 09:59
0
1.5K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan