Busway, three in one, pelat genap ganjil, dan nantinya MRT, adalah cara2 pemerintah mengatasi kemacetan.

Saya sempat berpikir, gimana kalo pajak mobil khusus plat B dipajaki tinggi, misalnya 50jt per tahun. Cara ini berhasil diterapkan di singapore, kota yang amat kecil, dengan penduduk sebanyak itu, dan dgn taraf hidup lebih dari cukup u/ tiap orangnya punya mobil.

Tapi saya pesimis, cara apapun, tidak akan mungkin berhasil, karena sebenarnya, ada satu unsur penting yg harusnya dibenahi dulu sebelum semua itu.

Yaitu kesadaran masyarakat.

1. busway: banyak yg ga mau naik, hanya karena gengsi
2. three in one: nyewa aja joki, ato cari jalur laen
3. MRT: belum terbukti, tp mungkin akan spt busway
4. plat genap ganjil: beli aja plat palsu, ato beli mobil satu lagi kalo mampu
5. pajak tinggi: masyarakat berbondong2 membanjiri dealer2 mobil luar daerah, ganti plat laen

Apapun caranya, tanpa dibenahi dulu kesadaran masyarakat u/ naik kendaraan umum, akan banyak sekali berkurang efektifitasnya, atau bahkan percuma.

Masalah ini adalah sama dgn mengatasi banjir di jakarta. Tanpa kesadaran masyarakat akan lingkungan, segala upaya pemerintah tidak akan efektif.

Karena itu, langkah nomer satu u/ mengatasi macet bukan dari pemerintah, justru dari kita semua.

Bahwa naik TU (transportasi umum) itu bukanlah hal yang memalukan.
Bahwa naik TU itu bukan memperlama tapi mempersingkat waktu perjalanan.
Bahwa naik TU itu bukan mempersulit tapi mempermudah.

Kalau masyarakat sudah bersatu dalam kesadaran, barulah solusi2 yang diberikan pemerintah akan terasa hasilnya.