
Liputan 6Liputan 6 – Sel, 4 Des 2012
Ilustrasi
Liputan6.com, Beijing: Hingga akhirnya terungkap, sama sekali tak ada yang menyangka keberadaan sel di ruang bawah tanah tempat tinggal Li Hao. Di sana lah, pria durjana itu diam-diam menyekap enam perempuan dan memperlakukan mereka sebagai budak seks.
Atas perbuatannya itu, pria 35 tahun asal Provinsi Henan itu divonis mati minggu lalu. Ada dua hal yang dituduhkan padanya, menyekap enam perempuan di ruangan sempit dan perannya membunuh dua di antara para korban.
Seperti dilaporkan Xinhua, yang dimuat kembali Daily Mail (3/12/2012), juru tulis itu divonis hakim bersalah atas tuduhan pembunuhan, pemerkosaan, prostitusi terorganisasi, dan penahanan ilegal.
Sidang pengadilan mendengarkan pengakuan pelaku, bagaimana ia membangun sel di ruang bawah tanahnya, di mana ia memaksa enam perempuan menjadi pekerja seks komersial (PSK).
Menurut polisi, Li juga memaksa empat korbannya membunuh dua perempuan lain. Meski diputus bersalah, tiga dari mereka diberi keringanan hukuman atas peran mereka dalam dua kasus pembunuhan. Satu perempuan divonis tiga tahun, dan dua lainnya diberi hukuman percobaan. Sementara satu perempuan lainnya berhasil kabur.
Terkuak
Keberadaan sel tersebut terungkap setelah salah satu korban berhasil melarikan diri dan melapor ke polisi.
Investigasi aparat mengungkapkan, Li membangun ruang bawah tanah itu pada tahun 2009, di mana ia menahan para korbannya antara 2 sampai 21 bulan.
Selama itu, pria biadab tersebut berulang kali merudapaksa para korbannya, menjual mereka ke pria hidung belang, dan memaksa para perempuan malang itu tampil di situs porno.
Sebelum akhirnya berakhir di penjara milik Li, para korban bekerja di kelab malam dan karaoke.
Dua dari enam korban diketahui tewas ketika seorang wanita 23 tahun yang telah disekap selama tiga bulan melarikan diri, saat ia diseret untuk dijual ke lelaki hidung belang September tahun lalu. Keterangannya menjadi petunjuk polisi.
Seorang pengacara di Changsha yang mengikuti kasus ini mengatakan hukuman mati untuk Li sudah bisa ditebak, tapi dia tidak setuju dengan vonis untuk tiga perempuan.
"Saya terkejut ketika mendengar putusan itu. Padahal, mereka adalah korban dalam skandal budak seks," kata Zhang Yan kepada South China Morning Post. (EIN)
ketiga wanita yang menjadi korban kebiadaban pelaku itu tidak seharusnya mendapat hukuman